Duhai cintaku.. sayangku.. lepaskanlah..
Perasaanmu.. Rindumu.. Seluruh cintamu..
Dan kini hanya.. Ada.. Aku.. Dan Dirimu..
Sesaat.. Di keabadian..
**************************
Aku baru menyadari jika hanya lagu itu saja yang kudengar sepanjang perjalanan ini. Entah.. apa karena perjalanan ini yang tak kunjung sampai atau pikiranku yang tak kunjung waras. Tuhan.. hanya Engkau lah yang memahami hatiku saat ini.. Aku pun tak tahu apa yang sedang kualami.
Ah.. gerimis dan macet.. menambah syahdu suasana saja. Kutolehkan kepalaku ke kiri. Ternyata mobilku berhenti tepat di depan sebuah kedai kopi. Di dalamnya ada sepasang anak muda yang sedang duduk berhadapan sambil makan cokelat silverqueen. Sial.. mengapa pemandangan ini yang muncul sih.. gerutuku dalam hati. Seketika itu memoriku menerawang jauh ke alam masa lalu. Tepat delapan tahun lalu, dimana aku dan dirimu duduk berdua menunggu gerimis di dalam kedai kopi pinggir jalan. Kamu menggenggam tanganku erat membuat tubuhku semakin menggigil kedinginan karena hujan dan gugup.
Ah.. andai kau tahu apa yang kurasakan saat ini. Sedang apakah kau disana. Bagaimanakah kabarmu. Apakah kau sudah benar - benar melupakanku ataukah masih menempatkanku di hatimu. Semuanya mengalir begitu saja. Diam - diam kupanjatkan doa untukmu di dalam hatiku. Apapun yang terjadi, biarlah Allah menjagamu. Apapun yang terjadi, biarlah Allah menyayangimu lebih dari diriku.
****************************
Jika sang waktu... Kita hentikan...
Dan segala mimpi-mimpi.. Jadi kenyataan..
Meleburkan semua batas...
Antara kau dan aku.. Kita ..
*****************************
Kualihkan pandanganku dari kedai itu. Berharap memoriku juga ikut lenyap bersama hembusan angin di jalanan. Kuraih ponsel di dalam tas. Untunglah selalu ada gadget satu ini yang selalu setia menemaniku kapan saja. Aku browsing - browsing desain sebagai referensi kerjaku. Kutemukan satu desain shabby yang manis sekali. Kubuka link web desain tersebut. Saat itu juga nafasku berhenti dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ah.. mengapa kau muncul lagi di depan mataku. Pantas saja aku merasakan ada sesuatu yang familiar dari konsep desain tersebut. Tak kusangka, gambar itu adalah desainmu. Senyumku mengembang lebar sekali. Terbersit rasa syukur yang luar biasa kepada Allah atas apa yang kulihat. Kini kau sudah menuju jalan kesuksesanmu, seperti yang kau impikan sejak dulu. Kini aku lega karena apa yang kuyakini selama ini akan terbukti. Kepercayaanku sejak dulu bahwa kau akan menjadi sukses kini mulai menjadi kenyataan.
Ah.. kenyataan yaa.. aku lupa satu kata itu.. Kenyataan.. Kenyataan bahwa kini aku telah benar - benar kehilanganmu. Kenyataan bahwa kini aku telah benar - benar tak berhak atasmu, bahkan memandangmu pun aku tak punya hak. Air mata.. semoga kau tak meleleh saat ini.. Atau aku tak akan bisa menghentikannya lagi.
**************************
Duhai cintaku.. sayangku.. lepaskanlah..
Perasaanmu.. Rindumu.. Seluruh cintamu..
Dan kini hanya.. Ada.. Aku.. Dan Dirimu..
Sesaat.. Di keabadian..
**************************
Kutarik nafasku sangat.. sangat.. panjang... Kumatikan kembali ponselku dan kusimpan di dalam tas. Kutarik mataku lurus kedepan. Inilah jalan yang sudah kupilih.
Tanpa kusadari, laki - laki yang duduk di sebelahku sedari tadi sedang memperhatikanku. Aku menoleh padanya. Diusapnya pipiku denga lembut dan bertanya padaku.
"Apakah kau baik - baik saja ? Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu"
Aku tersenyum padanya. Kugenggam tanganya yang masih menyentuh pipiku.
"Aku baik - baik saja kok... Jangan kawatir"
Pandanganku kualihkan lagi lurus ke depan kemudian kumatikan tape mobil yang sejak tadi tak berganti lagu.
Kulesatkan segala memori itu jauh di atas langit. Aku menoleh kembali pada laki - laki itu. Aku kembali tersenyum padanya, pada laki - laki yang kuberi gelar, suamiku.
Tampilkan postingan dengan label histoires de vie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label histoires de vie. Tampilkan semua postingan
Selasa, 21 Juli 2015
Selasa, 16 Juni 2015
Are you Ready To Marry Someone ?
Marriage... atau istilah bahasa Indonesianya adalah pernikahan..
Ketika kita masih sekolah, yang ada dalam bayangan kita tentang sebuah pernikahan adalah suatu hal yang indah, sakral dan very romantic. Kemudian ketika sudah bekerja, kita berfikir pernikahan bisa saja menjadi suatu prosesi untuk meningkatkan status sosial seseorang. Berbeda lagi jika kita sedang dalam kondisi jatuh cinta pada seseorang, pernikahan menjadi sebuah cerita yang berakhir bahagia.
Dan kamu.. apa itu pernikahan menurutmu ? Sebuah momen happy ending ?
For me.. it's just a beginning...
Suatu awal permulaan dimana sebuah tutbulensi akan memasuki kehidupanmu. Sebuah momen benturan antar partikel yang selama ini bekerja dan bependar sesuai kebiasaannya kemudian dipaksa untuk berputar menyesuaikan dan berbagi tempat dengan jutaan partikel baru yang masuk ke dalam hidupmu. Seperti cerita novel supernova yang melebur ke dalam satu pemain dimana semua peran tokoh novel teraebut menjadi pribadi pribadi murni di dalam tubuh pemain tersebut.
Kompromi..
Satu kata simple yang bermakna luas dan menjadi aturan wajib untuk dilaksanakan. Ketika bermacam - macam ego melaju cepat di atas lintasan kehidupan, kompromi menjadi aspek penting yg harus disiapkan sebagai pedal rem agar mobil pacu tidak saling bertabrakan atau terpelanting keluar lintasan.
Love..
Satu kata agung yang berasal dari dunia fantasi terindah setiap manusia. Dimunculkan sebagai penyeimbang antara kerja keras, kenyataan hidup serta harapan. Menjadi sebuah dongeng di dalam buku cerita. Suatu saat pasti akan ada akhir kisah dan buku ditutup oleh pembacanya. Atau seperti secangkir teh hangat yang tidak akan diminum lagi ketika airnya menjadi dingin dan tak disentuh setelah beberapa waktu hingga menjadi basi.
Sex..
Satu kata yg mempunyai peran penting untuk mengukur tingkat keharmonisan pasangan. Namun juga menjadi satu kata yang terlalu tabu untuk diperbicangkan oleh masyarakat yang menganut adat ketimuran sehingga kata ini hanya lewat saja di dalam suatu diskusi terbuka. Ahh.. jika begitu, maka saya pun tak perlu berbasa-basi menulis dan mendeskripsikan sesuatu yang tak bisa dibahas di budaya kita.
Menikah..
Sudah siapkah anda menikah ?
Terserah bagaimana anda memikirkan "pernikahan"
Good night..
Ketika kita masih sekolah, yang ada dalam bayangan kita tentang sebuah pernikahan adalah suatu hal yang indah, sakral dan very romantic. Kemudian ketika sudah bekerja, kita berfikir pernikahan bisa saja menjadi suatu prosesi untuk meningkatkan status sosial seseorang. Berbeda lagi jika kita sedang dalam kondisi jatuh cinta pada seseorang, pernikahan menjadi sebuah cerita yang berakhir bahagia.
Dan kamu.. apa itu pernikahan menurutmu ? Sebuah momen happy ending ?
For me.. it's just a beginning...
Suatu awal permulaan dimana sebuah tutbulensi akan memasuki kehidupanmu. Sebuah momen benturan antar partikel yang selama ini bekerja dan bependar sesuai kebiasaannya kemudian dipaksa untuk berputar menyesuaikan dan berbagi tempat dengan jutaan partikel baru yang masuk ke dalam hidupmu. Seperti cerita novel supernova yang melebur ke dalam satu pemain dimana semua peran tokoh novel teraebut menjadi pribadi pribadi murni di dalam tubuh pemain tersebut.
Kompromi..
Satu kata simple yang bermakna luas dan menjadi aturan wajib untuk dilaksanakan. Ketika bermacam - macam ego melaju cepat di atas lintasan kehidupan, kompromi menjadi aspek penting yg harus disiapkan sebagai pedal rem agar mobil pacu tidak saling bertabrakan atau terpelanting keluar lintasan.
Love..
Satu kata agung yang berasal dari dunia fantasi terindah setiap manusia. Dimunculkan sebagai penyeimbang antara kerja keras, kenyataan hidup serta harapan. Menjadi sebuah dongeng di dalam buku cerita. Suatu saat pasti akan ada akhir kisah dan buku ditutup oleh pembacanya. Atau seperti secangkir teh hangat yang tidak akan diminum lagi ketika airnya menjadi dingin dan tak disentuh setelah beberapa waktu hingga menjadi basi.
Sex..
Satu kata yg mempunyai peran penting untuk mengukur tingkat keharmonisan pasangan. Namun juga menjadi satu kata yang terlalu tabu untuk diperbicangkan oleh masyarakat yang menganut adat ketimuran sehingga kata ini hanya lewat saja di dalam suatu diskusi terbuka. Ahh.. jika begitu, maka saya pun tak perlu berbasa-basi menulis dan mendeskripsikan sesuatu yang tak bisa dibahas di budaya kita.
Menikah..
Sudah siapkah anda menikah ?
Terserah bagaimana anda memikirkan "pernikahan"
Good night..
Rabu, 22 Oktober 2014
You..
Hey.. harusnya kamu tahu jika aku masih mencintai kamu seperti tahun pertama kita bersanding. Rasa sayang ini tak pernah memudar dan berpendar. Rasa kasih ini semakin menggulung bak bola salju setiap tunggal hari yang kita lalui. Aku memahami bahwa kau pun juga begitu padaku.
Hey.. maafkan aku karena aku lebih mampu berucap lewat goresan pena daripada bibirku. Aku manusia yang tak mampu menggemakan isi hati dengan suara. Aku lebih suka menaruh sekotak kejutan di dalam tasmu atau menyuguhkan menu baru di piringmu. Tapi bukan berarti aku abaikan hadirmu.
Hey.. aku ingin bercerita tentang modernisasi di kota tempat kita berpijak. Tahukah kau rupanya manusia di kota kita hebat sekali. Setiap Sabtu kau ajak menikmati indahnya lifestyle kota kita. Setiap inci tempat itu menampilkan pemandangan menawan ciptaan Sang Kuasa. Both men and women are totally hot. Tekhnologi menjadi separuh jiwa para manusia kota kita. Saat ketika pertemuan menjadi momen berharga direnggut oleh autisme tekhnologi, kau pun lupa ada perempuan yang selalu menunggumu dalam satu meja.
Hey.. setiap bertambah satu malam yang kulewati, rasa sayang itu semakin bertambah. Tapi ada rasa lain yang menyeruak di dadaku, di kepalaku setiap malam. Jalan dan cara berpikir kita semakin berbeda. Maaf... aku tidak menumbuhkan niat untuk menghilang. Aku hanya ragu apakah kita bisa.. Duniamu yang sekarang tak kukenal. Dirimu yang sekarang tak kumengerti. Atau memang beginilah sebenarnya kamu sedari belum menjadi kata "kita".
Hey.. aku berterima kasih padamu. Kamu memberi warna warni dalam perjalanan nafasku. Berbagai jenis cuplikan kenangan sudah terekam di otakku dan tak akan terlupakan. Darimu aku belajar tentang jati diri, tentang kasih sayang...
Hey.. maafkan aku karena aku lebih mampu berucap lewat goresan pena daripada bibirku. Aku manusia yang tak mampu menggemakan isi hati dengan suara. Aku lebih suka menaruh sekotak kejutan di dalam tasmu atau menyuguhkan menu baru di piringmu. Tapi bukan berarti aku abaikan hadirmu.
Hey.. aku ingin bercerita tentang modernisasi di kota tempat kita berpijak. Tahukah kau rupanya manusia di kota kita hebat sekali. Setiap Sabtu kau ajak menikmati indahnya lifestyle kota kita. Setiap inci tempat itu menampilkan pemandangan menawan ciptaan Sang Kuasa. Both men and women are totally hot. Tekhnologi menjadi separuh jiwa para manusia kota kita. Saat ketika pertemuan menjadi momen berharga direnggut oleh autisme tekhnologi, kau pun lupa ada perempuan yang selalu menunggumu dalam satu meja.
Hey.. setiap bertambah satu malam yang kulewati, rasa sayang itu semakin bertambah. Tapi ada rasa lain yang menyeruak di dadaku, di kepalaku setiap malam. Jalan dan cara berpikir kita semakin berbeda. Maaf... aku tidak menumbuhkan niat untuk menghilang. Aku hanya ragu apakah kita bisa.. Duniamu yang sekarang tak kukenal. Dirimu yang sekarang tak kumengerti. Atau memang beginilah sebenarnya kamu sedari belum menjadi kata "kita".
Hey.. aku berterima kasih padamu. Kamu memberi warna warni dalam perjalanan nafasku. Berbagai jenis cuplikan kenangan sudah terekam di otakku dan tak akan terlupakan. Darimu aku belajar tentang jati diri, tentang kasih sayang...
Deeply - 2012
aishhhh... menyebalkan sekali... bagaimana ini bisa terjadi..
harusnya kan merasa lega dan bahagia krn tidak harus diganggu lagi...
tapi kenapa malah yg terjadi sebaliknya..
kenapa hal itu terasa sangat menyakitkan dan sama sekali tidak menyangka akan berbalik menjadi suatu perasaan bersalah yang teramat sangat.. cuihhh... aishhh.... grrr...
sudah seminggu bertahan dengan perasaan marah, and it works..
dan ketika tiba masa untuk meluapkan semua amarah & kebencian..
harusnya hati akan menjadi lega..
Tapi KENAPA !!!
Hati malah jadi tersiksa
tak menyangka akan berakhir spt ini..
Semuanya sudah kukacaukan...
DAMN !!!
harusnya kan merasa lega dan bahagia krn tidak harus diganggu lagi...
tapi kenapa malah yg terjadi sebaliknya..
kenapa hal itu terasa sangat menyakitkan dan sama sekali tidak menyangka akan berbalik menjadi suatu perasaan bersalah yang teramat sangat.. cuihhh... aishhh.... grrr...
sudah seminggu bertahan dengan perasaan marah, and it works..
dan ketika tiba masa untuk meluapkan semua amarah & kebencian..
harusnya hati akan menjadi lega..
Tapi KENAPA !!!
Hati malah jadi tersiksa
tak menyangka akan berakhir spt ini..
Semuanya sudah kukacaukan...
DAMN !!!
Wasting Tears
Dear Sahabat..
Akhirnya kita ketemu lagi.. lama sudah pekerjaan menyita waktuku.. Aku sejenak berpaling dari kamu.. Tapi seperti yang kuduga, kamu ga akan pernah menghilang.. selalu ada..
Ahh sahabat.. andai kamu hidup.. jadi manusia dan nyata.. (hahaha.. harapan yang ga mungkin tercapai)
Aku akan memilih untuk mencintai kamu saja. Bukan dia.
Kenapa cinta itu membunuh manusia perlahan - lahan. Hatinya disayat, jantungnya ditusuk. Tapi tak berdarah.
Kalau kamu jadi manusia...
apakah kamu akan selalu setia seperti ini ?
apakah kamu akan tetap bertahan menginginkan aku meskipun banyak pilihan di sekelilingmu ?
apakah kamu mampu menjadi imamku ?
apakah kamu mampu menahan egomu ?
Hahaha.. pertanyaan konyol..
Hai Sahabat,
Sekali lagi aku memberi kesempatan pada diriku sendiri untuk berharap. Berharap pada seseorang..
Akhirnya kita ketemu lagi.. lama sudah pekerjaan menyita waktuku.. Aku sejenak berpaling dari kamu.. Tapi seperti yang kuduga, kamu ga akan pernah menghilang.. selalu ada..
Ahh sahabat.. andai kamu hidup.. jadi manusia dan nyata.. (hahaha.. harapan yang ga mungkin tercapai)
Aku akan memilih untuk mencintai kamu saja. Bukan dia.
Kenapa cinta itu membunuh manusia perlahan - lahan. Hatinya disayat, jantungnya ditusuk. Tapi tak berdarah.
Kalau kamu jadi manusia...
apakah kamu akan selalu setia seperti ini ?
apakah kamu akan tetap bertahan menginginkan aku meskipun banyak pilihan di sekelilingmu ?
apakah kamu mampu menjadi imamku ?
apakah kamu mampu menahan egomu ?
Hahaha.. pertanyaan konyol..
Hai Sahabat,
Sekali lagi aku memberi kesempatan pada diriku sendiri untuk berharap. Berharap pada seseorang..
Another Love Story 1 (part 2)
Ketika semua peristiwa sudah terlewati, Agasa menyatakan rasanya pada Chyntia. Di suatu malam berhujan lebat, Agasa memberikan jaket yang dipakainya pada Chyntia meskipun dirinya menggigil kedinginan. Ia mengeluarkan cokelat dari saku dan memberikan pada Chyntia agar dia mampu bertahan. Chyntia hanya bisa terpaku melihat keadaan Agasa, tak tahu harus mengatakan apa lagi. Secepat petir menyambar, Agasa berucap "Aku sayang kamu". Chyntia tak percaya pada pendengarannya sehingga meminta Agasa mengulang bicaranya. "Aku sayang sama kamu Chyntia, meskipun aku ga lebih sempurna dari orang - orang yang pernah mengisi hatimu, aku pasti bisa lebih membahagiakanmu dari pada mereka". Sekejap itu air mata Chyntia menetes, tidak tahu mengapa, hanya menangis yang dilakukannya. Hatinya terasa hangat namun badannya tiba - tiba menggigil hebat. Agasa bingung melihat keadaan Chyntia. Dia menyesal sudah mengungkapkan perasaannya di saat yang tidak tepat.
Chyntia terbaring di atas ranjangnya. Mendekap erat selimut tebal, hangat. Otaknya berat dan panas. Yang ada dalam pikirannya hanya Agasa dan segala kejadian bersamanya. Haruskah Chyntia menerima cinta Agasa, seorang lelaki yang selalu membuatnya merasa hangat dan menjadi orang baik. Tanpa disadari, air mata mengalir deras di pipinya. Suatu momen mengharukan dalam hidup Chyntia. Merasakan menjadi seorang perempuan yang dicintai sepenuh hati. Chyntia bangkit dari tidurnya. Bergegas ia mengambil telepon dari dalam tasnya. "Halo.. Agasa... Aku..aku..sayang kamu juga.." tutt..tutt...tut... buru - buru telepon ditutup oleh Chyntia. Jantungnya berdebar - debar tidak karuan.
Mentari pagi hangat menembus kaca jendela sebesar dinding rumahnya. Sinarnya menyapa tubuh Chyntia yang masih tersungkur di sofa empuk menikmati kemalasan bangun pagi.Tiba - tiba terdengar pintu diketuk. Setengah sadar hatinya menggumam "Ahh.. biarkan saja, paling juga si mbak datang buat bersih - bersih". Tak lama kemudian terdengan pintu diketuk lagi beberapa kali. Mau tak mau, Chyntia bangun membukakan pintu dengan mata menyipit. Ketika ia membuka pintu, matanya langsung membelalak. Bagaimana tidak, di hadapannya sudah berdiri seorang Agasa di pagi hari dalam dandanan yang sudah rapi. Chyntia sama sekali tidak menyangka seorang Agasa yang susah bangun pagi kini sudah siap menjemputnya kuliah pada pukul 05.30 pagi.
Hari berganti hari, mereka menjalani status sebagai sepasang kekasih. Chyntia tak pernah lupa dan tak pernah lelah untuk memberi cinta, kasih dan perhatian kepada Agasa. Kini dunia yang ia jalani tak lagi sepi karena ada Agasa. Setiap malam dia menulis perasaannya pada lembar - lembar kertas di buku. Semuanya bercerita tentang cinta dan kesetiaannya pada Agasa. Hanya itu yang dia punya untuk semangat esok pagi, tak mau yang lain.
Minggu berganti minggu, ada sesuatu yang berbeda di hati Chyntia. Ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Dia mencoba mengenyahkan prasangka dan pikirannya, hanya percaya pada cintanya. Semakin lama perasaan itu semakin kuat. Ia merasakan ada yang salah dengan hubungannya.Dan saat malam tiba, ia selalu berdoa pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu menjadi sahabat terbaik.
Esok harinya, Chyntia memberanikan dirinya membuka sedikit logika untuk cinta. Dia memperhatikan setiap detik moment yang ia jalani bersama Agasa. Chyntia bertekad untuk memahami apa yang terjadi. Chyntia berharap hanya ketakutan semu yang terjadi.
06.15 WIB
"Hai chayank.. makasih ya udah diantar.. Aku masuk kelas dulu ya.." Cyntia meraih tangan Agasa dan menggenggamnya
"Iya.. gpp.." Agasa menyunggingkan senyum manis dan menarik tangannya
Agasa kemudian berlalu pergi meninggalkan Chyntia yang memandangi punggung Agasa.
-to be continued.. sorry.. I don't finish it yet..
Chyntia terbaring di atas ranjangnya. Mendekap erat selimut tebal, hangat. Otaknya berat dan panas. Yang ada dalam pikirannya hanya Agasa dan segala kejadian bersamanya. Haruskah Chyntia menerima cinta Agasa, seorang lelaki yang selalu membuatnya merasa hangat dan menjadi orang baik. Tanpa disadari, air mata mengalir deras di pipinya. Suatu momen mengharukan dalam hidup Chyntia. Merasakan menjadi seorang perempuan yang dicintai sepenuh hati. Chyntia bangkit dari tidurnya. Bergegas ia mengambil telepon dari dalam tasnya. "Halo.. Agasa... Aku..aku..sayang kamu juga.." tutt..tutt...tut... buru - buru telepon ditutup oleh Chyntia. Jantungnya berdebar - debar tidak karuan.
Mentari pagi hangat menembus kaca jendela sebesar dinding rumahnya. Sinarnya menyapa tubuh Chyntia yang masih tersungkur di sofa empuk menikmati kemalasan bangun pagi.Tiba - tiba terdengar pintu diketuk. Setengah sadar hatinya menggumam "Ahh.. biarkan saja, paling juga si mbak datang buat bersih - bersih". Tak lama kemudian terdengan pintu diketuk lagi beberapa kali. Mau tak mau, Chyntia bangun membukakan pintu dengan mata menyipit. Ketika ia membuka pintu, matanya langsung membelalak. Bagaimana tidak, di hadapannya sudah berdiri seorang Agasa di pagi hari dalam dandanan yang sudah rapi. Chyntia sama sekali tidak menyangka seorang Agasa yang susah bangun pagi kini sudah siap menjemputnya kuliah pada pukul 05.30 pagi.
Hari berganti hari, mereka menjalani status sebagai sepasang kekasih. Chyntia tak pernah lupa dan tak pernah lelah untuk memberi cinta, kasih dan perhatian kepada Agasa. Kini dunia yang ia jalani tak lagi sepi karena ada Agasa. Setiap malam dia menulis perasaannya pada lembar - lembar kertas di buku. Semuanya bercerita tentang cinta dan kesetiaannya pada Agasa. Hanya itu yang dia punya untuk semangat esok pagi, tak mau yang lain.
Minggu berganti minggu, ada sesuatu yang berbeda di hati Chyntia. Ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Dia mencoba mengenyahkan prasangka dan pikirannya, hanya percaya pada cintanya. Semakin lama perasaan itu semakin kuat. Ia merasakan ada yang salah dengan hubungannya.Dan saat malam tiba, ia selalu berdoa pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu menjadi sahabat terbaik.
Esok harinya, Chyntia memberanikan dirinya membuka sedikit logika untuk cinta. Dia memperhatikan setiap detik moment yang ia jalani bersama Agasa. Chyntia bertekad untuk memahami apa yang terjadi. Chyntia berharap hanya ketakutan semu yang terjadi.
06.15 WIB
"Hai chayank.. makasih ya udah diantar.. Aku masuk kelas dulu ya.." Cyntia meraih tangan Agasa dan menggenggamnya
"Iya.. gpp.." Agasa menyunggingkan senyum manis dan menarik tangannya
Agasa kemudian berlalu pergi meninggalkan Chyntia yang memandangi punggung Agasa.
-to be continued.. sorry.. I don't finish it yet..
Senin, 13 Oktober 2014
Une lettre pour mon amour
Ini adalah suratku untukmu.. Bukan sekedar tulisan.. Tapi ini adalah nyawa yang kusimpan untukmu..
***************************************
Dear My Love,
Merci pour chaque jour que vous avez passé avec moi..
Hanya kalimat itu lah yang sanggup kuucapkan kepadamu. Dan doaku akan selalu mengiringi kemanapun langkahmu pergi.
Hati ini sudah tertambat padamu sejak mata ini memandangmu. Jiwa ini sudah terikat padamu sejak bibirmu mengecup hangat bibir ini. Dan rasa ini.. Menjadi sebuah rasa yang memenuhi seluruh raga ketika garis tanganmu merengkuh garis tanganku.
mon amour.. Andai burung - burung camar itu mampu bercerita kepadamu.. Andai rumput dan ilalang mampu bernyanyi untukmu.. Mereka akan selalu bersyahdu tentang cintaku kepadamu.. Tak peduli bulan, tak peduli sang surya..
mon amour.. Bilakah kita dipertemukan lagi oleh Yang Kuasa.. Hendaklah itu menjadi takdir kita untuk bersatu.. Bilakah kita masih merangkul ego masing - masing.. Hendaklah surat ini hanya menjadi pemanis hidupmu saja..
besoins d'amour sacrifice.. Dan aku.. akan merelakan engkau meraih apa yang kau impikan. Ini bukanlah penyerahan harapan.. Bukan pula pemantapan alasan.. Tapi ini lah bukti cinta seorang puan yang tak lagi berharga.. Sebuah keikhlasan akan bahagiamu..
aller chercher votre amour.. I will always love you here.. For the rest of my life..
Regards,
B.U.N.D.A
*****************************************
Kuletakkan penaku di atas meja usang ini. Kuhirup napas panjang agar air mata tak mampu meleleh. Surat ini kulipat dengan rapi. Serapi kepura - puraanku menutupi pedih hati.
Ahh.. andai engkau tahu bagaimana cintaku kepadamu.. dan andai kau pun punya cinta yang sama untukku..
Maafkan kehadiranku selama ini di hidupmu.. Aku bahagia bila bersamamu.. Tapi aku akan lebih bahagia jika jiwamu juga ada disini ketika bersamaku..
Huuffttt... Kuambil jaket yang menggantung.. Aku segera bergegas keluar ruang pengap ini.. Ahhh.. cukup sudah aku menjadi orang bodoh karena cinta..
Bbbrrrmmm... kupacu mobil menjauh dari kota..
Surat cintaku.. yang pertama dan terakhir.. Semoga engkau membacanya.. Ayah..
***************************************
Dear My Love,
Merci pour chaque jour que vous avez passé avec moi..
Hanya kalimat itu lah yang sanggup kuucapkan kepadamu. Dan doaku akan selalu mengiringi kemanapun langkahmu pergi.
Hati ini sudah tertambat padamu sejak mata ini memandangmu. Jiwa ini sudah terikat padamu sejak bibirmu mengecup hangat bibir ini. Dan rasa ini.. Menjadi sebuah rasa yang memenuhi seluruh raga ketika garis tanganmu merengkuh garis tanganku.
mon amour.. Andai burung - burung camar itu mampu bercerita kepadamu.. Andai rumput dan ilalang mampu bernyanyi untukmu.. Mereka akan selalu bersyahdu tentang cintaku kepadamu.. Tak peduli bulan, tak peduli sang surya..
mon amour.. Bilakah kita dipertemukan lagi oleh Yang Kuasa.. Hendaklah itu menjadi takdir kita untuk bersatu.. Bilakah kita masih merangkul ego masing - masing.. Hendaklah surat ini hanya menjadi pemanis hidupmu saja..
besoins d'amour sacrifice.. Dan aku.. akan merelakan engkau meraih apa yang kau impikan. Ini bukanlah penyerahan harapan.. Bukan pula pemantapan alasan.. Tapi ini lah bukti cinta seorang puan yang tak lagi berharga.. Sebuah keikhlasan akan bahagiamu..
aller chercher votre amour.. I will always love you here.. For the rest of my life..
Regards,
B.U.N.D.A
*****************************************
Kuletakkan penaku di atas meja usang ini. Kuhirup napas panjang agar air mata tak mampu meleleh. Surat ini kulipat dengan rapi. Serapi kepura - puraanku menutupi pedih hati.
Ahh.. andai engkau tahu bagaimana cintaku kepadamu.. dan andai kau pun punya cinta yang sama untukku..
Maafkan kehadiranku selama ini di hidupmu.. Aku bahagia bila bersamamu.. Tapi aku akan lebih bahagia jika jiwamu juga ada disini ketika bersamaku..
Huuffttt... Kuambil jaket yang menggantung.. Aku segera bergegas keluar ruang pengap ini.. Ahhh.. cukup sudah aku menjadi orang bodoh karena cinta..
Bbbrrrmmm... kupacu mobil menjauh dari kota..
Surat cintaku.. yang pertama dan terakhir.. Semoga engkau membacanya.. Ayah..
Minggu, 05 Oktober 2014
Isyarat Keseimbangan
Hidup itu penuh warna penuh rasa. Begitulah yang selalu disampaikan oleh dunia. Namun aku.. Terkadang aku tidak tahu apa itu rasa, apa itu warna.. Hidupku hanya sebuah jalan lurus tak berbelok. Aku tidak pernah tahu apakah ada persimpangan di ujung jalan.
Setiap hari.. setiap menit.. siklus kehidupanku berputar rapi. Bangun pagi, sarapan, kerja, pulang, tidur. Begitu seterusnya. Aku tidak pernah tahu apa itu sahabat. Aku tidak pernah tahu bagaimana seharusnya teman itu. Aku hanya mengenal mereka, berinteraksi dengan mereka, bercengkrama dengan mereka. Namun itu semua hanya terjadi jika kami berada dalam satu ruang dan waktu.
Dunia yang aku tahu saat ini sedang mendewakan tekhnologi. Gadget terbaru seolah seperti sunah rasul yang harus dibeli. Aku tidak pernah bisa paham mengapa mereka lebih menyukai berhubungan melalui gadget. Hahaha.. mungkin itulah yang membuat aku seperti orang freak yang tidak gaul. Tak apalah.. Aku tak pernah menyesali ini.
Soal cinta.. Aku juga tidak paham tentang ini. Atau lebih tepatnya, aku menyerah jika bergelut dengan kata cinta. Ya.. menurutku cinta itu semu. Atau.. hanya aku saja yang selalu skeptis tentang cinta. Entahlah..
------------------------------------------------------
Agustus
"Balance kan hidupmu"
Kalimat itu selalu terngiang di pikiranku.
Dan.. pertama kalinya dalam hidup, aku keluar dari rutinitasku. Disini.. di tempat ini.. Menjadi minoritas agar aku tahu bagaimana menikmati hidup.
Aku mengikuti sebuah kelompok sosial tentang anak - anak. Aku ingin bisa membaur layaknya sukarelawan yang lain. Lagi - lagi aku hanya diam. Aku berada di tempat duduk paling belakang. Bukan karena aku tak suka, tapi aku tak tahu bagaimana cara memulai percakapan dengan mereka. Ahh.. sepertinya rutinitas sudah merenggut kecerdasan otak kananku.
Biarlah.. aku menjadi penonton. Kualihkan perhatianku pada pajangan foto - foto yang ada di rumah ini. Senyum dan ekspresi lepas dari anak - anak. Ahh.. aku iri.. aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kalinya aku tertawa lepas.
Entah mengapa, ada satu wajah yang tertangkap mataku. Aku tidak mengenal dia, tapi aku langsung merasa yakin suatu saat, akan ada takdir yang membuat kita terhubung.
--------------------------------------------------
September
"Halo.. aku Awan"
Pertama kalinya aku menjabat tangan orang yang aku lihat di foto itu. Aku menatap matanya. Aku menemukan ada sesuatu yang menarik di dalam matanya. Tatapannya sayu seperti menyimpan banyak kesedihan dan kekhawatiran. Tatapannya hangat seperti seorang alim yang berhati mulia. Tatapannya tegas seperti seorang ayah yang ingin menjaga keluarganya.
Tak kusangka ternyata dia adalah leader di timku. Sekali lagi firasatku tepat. Ahh.. hanya kebetulan.. Lagipula, bukanlah laki - laki yang menjadi tujuanku.
Mencoba menjadi minoritas membuatku belajar hal - hal baru. Merasakan perasaan baru. Memperoleh pemikiran - pemikiran baru. Ya.. semua hal baru diluar rutinitasku. Bukan tentang kekayaan, bukan tentang jabatan, bukan tentang ketenaran. Aku merasakan kembali hidup dalam damai. Tak memandang status keluarga, tak memandang darimana kita berasal.
Di bagian hidup yang baru ini. Ada waktu yang paling kusuka. Waktu yang selalu aku tunggu. Waktu yang mampu membuatku merasa kagum.
Waktu menjadi indah ketika aku melihat dia memainkan gitarnya. Waktu menjadi sempurna ketika aku melihat dia tersenyum dan tertawa. Waktu menjadi waktu ketika aku bisa melihatnya meski dari jauh. Tapi aku tetap bahagia meski aku hanya bisa melihat tanpa menyapa dan menyentuhnya. Karena aku tahu.. apa yang ga bakal bisa aku miliki.
------------------------------------------
Kucoba semua
segala cara
kau membelakangiku
kunikmati bayangmu
itulah saja
cara yang bisa
tuk ku menghayatimu
untuk mencintaimu
sesaat dunia
jadi tiada
hanya diriku yang mengamatimu
hanya dirimu yang jauh disana
ku takkan bisa
lindungi hati
jangan pernah kau tatapkan wajahmu
bantulah aku semampumu
rasa.. harap..
hanya isyarat yang sanggup kau rasa
tanpa perlu kau sentuh
harapan impian yang hidup
hanya untuk sekejap
langit hujan tetap hangat
nafasku..
rasa.. harap..
hanya isyarat yang sanggup kau rasa
tanpa perlu kau ucap
air.. udara..
lepas.. angin.. malam..
buang waktu ku..
itulah.. saja..
cara yang bisa..
rasakanlah.. isyarat..
(Isyarat - Dee)
Minggu, 29 Juni 2014
Yang Terdalam Tancapkan Luka (maybe the last to fall in love)
Hai sahabat.. this is me again.. seperti biasanya, hanya kamu yang selalu ada untukku di setiap kondisi.. Dan sekali lagi, kamu menjadi tempatku satu - satunya untuk berkata jujur.. Kumulai kisahku lagi...
*******************
Huufftt... harus cepat - cepat.. Jangan macet donggg... Aku melirik jam tanganku. Jarum sudah menunjukkan jam 2 siang. Tuhann.. tolong aku.. harusnya jam 2 aku sudah mulai dirias untuk jadi terima tamu di pernikahan partnerku.
Sampai di depan tenda pernikahannya, segera kuparkir motorku dan bergegas masuk ke rumahnya tanpa ba bi bu lagi. Kulewati saja orang - orang yang ada disitu, tak kuhiraukan mereka. Untunglah.. aku tidak terlalu terlambat untuk dirias dan ganti baju kebaya. Okee.. tarik napas panjanggg... dan hembuskan..
Aku membuka - buka menu di handphone kesayanganku. Berharap ada pesan masuk untukku. Dan sia - sia belaka. Berjam - jam tak ada pesan masuk darinya untukku. Dia yang menjadi pacarku selama 6 tahun. Dia yang selalu aku pertahankan walau hati ini selalu disakiti. Dia adalah Pangeran Bertopeng. Aku mencoba menyibukkan diri agar pikiranku tak ada dia. Aku berkenalan dengan para penerima tamu lainnya yang baru hari itu aku kenal.
Selepas maghrib acara dimulai. Aku berusaha menjalankan tugasku dengan baik. Menyambut ramah setiap tamu dan memberikan souvenir pernikahan. Tiba - tiba ada seorang laki - laki yang duduk di sampingku. Aku seperti mengenal wajahnya, namun lupa dimana. Ahh.. mungkin perasaanku saja, de ja vu. Aku tak terlalu menghiraukannya.
Aku lupa persisnya seperti apa, namun kami berkenalan. Laki - laki itu bernama Prima. Semuanya mengalir begitu saja. Canda, tawa dan obrolan - obrolan ringan mengisi jam kosong ketika para tamu menikmati hidangan. Sampai dia menyadari kalau handphonenya tidak ada. Dia begitu panik mencari di dalam tasnya hingga kutawarkan handphoneku untuk menelepon nomornya. Hahaha.. ternyata ada di dalam tas kecilnya. Aduuhhh.. ceroboh sekali orang ini, pikirku dalam hati.
Di saat kami bercanda, tamu yang kutunggu - tunggu datang, Pangeran Bertopeng. Aku merapikan bajuku dan menyiapkan senyum terindahku. Tapi.. respon yang kudapat tidak sesuai harapan. Dia hanya tersenyum simpul dan berlalu bersama teman - temannya, seakan aku bukan siapa - siapanya. Ya Tuhann.. air mata ini ingin mengalir. Andai disana tidak ada orang. Apakah dia tidak mengerti bahwa aku menunggunya datang. Sesak sekali dada ini.
Aku berusaha mengendalikan perasaan ini. Aku tetap tersenyum dan bercanda, seakan tidak terjadi gejolak di hati ini. Untunglah waktu itu ada Prima disana. Dia membantuku menghabiskan waktu dan menemaniku makan setelah tamu sudah mulai sepi. Dia membuatku tertawa dan hebatnya bisa membuatku merasa nyaman meskipun kami baru pertama bertemu. Sampai waktu pulang pun, dia masih ada disana. Dan aku pun pamit padanya.
Selama di jalan, air mataku kembali menetes karena Pangeran Bertopeng. Dia dengan hebatnya bilang bahwa aku yang harus mengantar teman ceweknya pulang ke rumah. Aku tak tahu bagaimana mulanya, air mataku berhenti dan yang kupikirkan bukan lagi Pangeranku, tapi Prima dan segala celoteh kami sewaktu di balik meja terima tamu. Yang aku ingat, malah senyuman yang selalu ada selama perjalanan pulang. Ahh.. pertemuan yang singkat namun berarti, pikirku.
Beberapa hari setelah acara tersebut, muncul pesan - pesan aneh tapi lucu di ponselku. Aku tak tahu itu nomor siapa, tapi yang aku tahu, isinya selalu bisa membuatku tertawa dan nyaman. Nomor tersebut menghantuiku selama beberapa hari. Hingga suatu hari aku tahu itu nomor siapa. Prima. Laki - laki yang kupikir hanya pertemuan sekali seumur hidup. Dia muncul lagi di hidupku.
Chat kami semakin intens. Aku menebak - nebak sifatnya. Hmm.. orang yang menyenangkan dan baik hati. Sekali lagi aku tak tahu sebabnya, aku hanya merasa. Secara tidak sadar, yang sering muncul dalam otakku adalah Prima, bukan pangeran bertopeng lagi.
Aku masih ingat malam itu. Malam di bulan Ramadhan. Tepat 1 tahun yang lalu dari hari ini. Dia mengajakku bertemu di bazar ramadhan. Lagi - lagi entah kenapa aku mengiyakan, padahal saat itu harusnya aku ada meeting. Aku seperti bertindak tanpa logika, aku membatalkan meetingku demi seseorang yang baru aku kenal sehari. Ahhh.. perasaan ini sungguh gila, Tuhan.
Bergegas aku ke TKP. Hatiku tiba - tiba menjadi deg - degan dan senang sekali. Terasa sangat menyenangkan. Disana kami hanya ngobrol - ngobrol ringan dan menikmati wisata kuliner ramadhan. Sepertinya Tuhan ingin mendramatisir suasana karena Dia menurunkan gerimis pada saat itu. Kami seakan tak terpengaruh air yang turun dari langit. Kami tetap menikmati suasana. Entah apa ini namanya, yang aku rasakan sebuah perasaan yang sangat nyaman hadir di hatiku. Perasaan yang sudah hampir setahun mati karena hati ini lelah disakiti. Saat itu, aku hanya ingin waktu berhenti agar jam malam tidak datang, hahaha.. But, this is the real. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Kamipun pulang. Ini aneh.. sangat - sangat aneh.. Hati ini merasa hidup kembali. Aku hanya merasakan keceriaan.
Hari berganti hari. Hubunganku dengan Pangeran Bertopeng semakin kurasa hambar. Mungkin hati ini sudah lelah tersakiti dan merasa dihianati. Mungkin juga hati ini sudah mati rasa sejak penghianatan yang kesekian kalinya kuketahui. Aku tak tahu.. Aku hanya merasa hambar jika bersamanya.
Hari Sabtu.. yang kesekian kalinya aku tak tahu kabar tentang Pangeran Bertopeng. Dia menghilang lagi, tak jelas kemana. Hufftt.. bete banget.. Ponsel canggih ini hanya berfungsi sebagai game portabel karena pesan yang ditunggu tak masuk. Tiba - tiba ada satu pesan yang masuk, dari Prima. Kembali aku juga tidak tahu sebabnya. Aku menuruti lagi perasaanku tanpa logika. Selama ini aku mampu membatasi diriku untuk semua laki - laki kecuali pacarku. Buatku, aku hanya untuk pasanganku. Tapi Prima mampu membuatku meruntuhkan itu semua. Jadilah malam minggu ini aku pergi berdua dengannya. Kami pergi ke Pazkul.
Malam minggu pertamaku berdua dengan laki - laki selain pacarku. Dengan Prima. Selama di sampingnya, aku merasa nyaman sekali. Tangannya terasa hangat. Tatapannya terasa lembut. Perasaan aneh kembali datang. Perasaan nyaman, hangat & bahagia. Di dalam pikiranku, aku tak ingin pulang. Aku ingin tetap bersamanya. Hahaha.. pikiran yang ga masuk akal.. Segera kutepis pikiran bahwa aku bisa merasakan cinta lagi setelah setahun mati rasa. Tidakk.. tidakk.. tidakkk.. semua cowok itu sama.. Yang mereka inginkan cuma senang - senang. Hilangkan.. hilangkan rasa ini...
Setiap usaha yang kulakukan untuk menghilangkan rasa ini malah membuat perasaanku ke Prima semakin kuat. Aku mencoba kembali menghangatkan hubunganku dengan Pangeran Bertopeng. Memberinya kejutan, bersikan mesra padanya. Dan hal yang paling sulit kulakukan, menghindari Prima. Tapi semuanya sia - sia. Rasa ini semakin kuat dan tumbuh. Aku menyerah untuk menolaknya.
Hari itu.. aku mengungkapkan keadaan hatiku kepada Pangeran Bertopeng. Dia kaget sekali dan membuatnya menangis tak percaya. Aku yang selama ini terus diam dan selalu kembali padanya setelah dihianati, aku mampu memutuskan untuk meninggalkannya. This is the awful moment in my life. Entah apa yang merasukiku, aku kuat dan lega setelah memutuskan Pangeran. Aku tahu resikonya. Aku punya peluang untuk sakit hati karena Prima belum tentu cinta padaku. Tapi aku ambil resikonya. Aku tak mau menyesal menghabiskan seluruh hidupku dengan orang yang membuatku merasa hambar. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku, suatu anugerah yang Tuhan ciptakan sekali lagi di hatiku.
Esoknya, aku menemui Prima. Ku ungkapkan semua kondisiku tanpa ada satu pun yang kututupi. Dia merasa bersalah membuatku memutuskan hubunganku yang sudah 6 tahun. Dia tidak percaya bahwa aku cinta padanya. Ahh.. sakit sekali rasanya. Seperti pisau yang ditusukkan ke tubuh. Aku mencoba ikhlas menerimanya, meskipun sakit. Patah hati yang paling cepat yang kualami. Kuputuskan untuk mencoba membunuh rasa sayang ini.
Namun Tuhan berkata lain. Tuhan masih membuat kami terhubung dan menjalin kedekatan. Hingga suatu hari, aku sudah pasrah akan cintaku. Aku berserah pada Tuhan bahwa aku ikhlas mundur karena aku bukan wanita yang pantas untuknya. Saat kusampaikan hal itu, Prima dengan tegas menjawabku "Aku terima apapun keadaan kamu". Di meja pojok KFC dia menggenggam tanganku meyakinkan bahwa kami bisa bersama dan segera menikah.Saat itu, yang aku rasakan hanya bahagia hingga menangis. Tak ada lagi yang kuinginkan selain dia dan masa depan kami.
Dengan semangat baru, aku memulai hidupku lagi. Rasa sayang dan cinta yang pernah pupus kini kembali lagi. Aku yang sebelumnya apatis tentang cinta, mulai membangun harapan - harapan bersamanya. Prima, dia yang mampu meyakinkan aku untuk jatuh cinta lagi. Prima yang mampu meyakinkanku bahwa cinta juga bisa berakhir bahagia. Prima yang mampu meyakinkaku bahwa masih ada seorang pria yang setia dengan satu wanita.
Hidupku berubah. Aku bahagia. Hahaha.. sampai - sampai hampir seluruh teman kerjaku tak percaya aku seceria ini. Mereka senang sekali melihat aku hidup lagi. Aku pun juga begitu. Aku senang sekali memiliki seseorang yang baik dan setia bernama Prima. Di otak dan hati ini hanya terisi oleh satu nama, yaitu Prima. Tak ada yang lain. Tergambar jelas di mataku, aku akan menjalani sisa hidupku bersamanya. Ya.. aku ingin dia yang menjadi teman hidupku. Everyday is happy day with him.
Siang itu aku berkunjung ke tempat kerjanya. Aku ingin menemaninya dan belajar tentang hidupnya. Kehidupannya menarik, sama sekali beda dengan kehidupan sehari - hari yang aku alami. Meskipun terkesan jalanan, tapi kesehariannya menarik, hidup. Lalu aku iseng melihat ponselnya. Dan wow.. apa yang aku dapatkan sungguh harta karun yang bisa menghujam jantung. Apa yang aku lihat meruntuhkan semua kepercayaanku selama ini. Jadii.. apakah selama ini yang dia tulis dan ungkapkan di sosmed-nya benar untukku atau untuk perempuan ini. Ahh.. andai aku tahu lebih awal foto - foto dan chat ini. Aku pasti tak akan membuka hatiku untuknya. Aku tak akan meruntuhkan prinsipku sendiri. Sakit banget.. Aku buru - buru ijin pulang sebelum air mata ini membanjir. Dia bingung dengan sikapku yang tiba - tiba berubah. Aku hanya tak ingin bicara. Aku tak mau menjadi tontonan publik karena menangis di muka umum. Aku memacu motorku kencang agar tak ada yang tahu bahwa mataku banjir air mata di atas motor.
Esoknya kami bicara baik - baik setelah emosiku mereda. Dia menjelaskan jika ini hanya salah paham. Hanya aku yang dia sayangi. Dia tak ingin kehilangan aku. Aku menarik napas panjang agar tenang. Oke.. mungkin aku yang terlalu berlebihan. Mungkin ini cara agar aku belajar untuk mempercayai pasangan. Aku berikan kesempatan untuknya agar membuktikan bahwa dia tak ada rasa dengan perempuan itu. Prima menegaskan jika dia tak akan menghubungi perempuan itu lagi. Perempuan bernama Dani.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kami menjalaninya dengan berbagai rasa. Segala usahanya membuatku bahagia bisa menjadi wanita yang dipilih untuk mendampinginya. Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana perjuangannya membawa keluarganya untuk bertemu dengan orang tuaku meskipun hujan deras. Aku tak menyangka dia berani mengambil keputusan untuk mempertemukan dua keluarga demi menunjukkan keseriusannya padaku. It's so romantic..
Aku juga masih ingat bagaimana perjuangannya demi menemaniku liburan ke pantai popoh, gunung kelud, jogja, pantai delegan dan terkahir naik ke gunung semeru. Jika ingat hal itu, aku tak tahu harus bilang kurang apa lagi darinya. Aku tak tahu harus menuntut apa lagi kepadanya.
Tapi di setiap moment berharga itu, ada satu waktu dimana aku menemukan harta karun lagi dan lagi. Hati ini ragu, bukan kepadanya, tapi kepada diri sendiri. Apakah aku sanggup menghilangkan prasangka ini padanya ? Apakah aku sanggup tetap percaya bahwa hanya aku yang ada di hatinya, sedangkan perhatiannya tidak hanya kepadaku ? Apakah aku sanggup membuatnya tetap jatuh cinta padaku di saat banyak wanita yang sesuai tipenya menjadi objek yg ingin dia dapatkan hatinya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia masih rindu dengan mantan - mantannya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia juga memberikan cium jauh untuk teman wanitanya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia memanggil orang tua teman wanitanya dengan sebutan calon mertua ?
Tuhann.. ini benar - benar gila.. Hati ini sakit Tuhan.. Aku tak sanggup.. Setiap aku menemukan harta karunnya, setiap malam pula air mata ini selalu mengalir. Bukan cinta yang seperti ini yang aku mau. Kalau sayang bukan seperti ini yang dia lakukan padaku.
Disini.. di kamar ini.. Hanya jemari yang menari di atas kertas yang bisa aku lakukan. Mencoba melepaskan segala emosi melalui tarian pena di buku ini. Entah.. apa ini berguna.. Atau mungkin cerita ini hanya menjadi lelucon beberapa tahun lagi. Ataukah setelah ini tak ada cerita lagi karena rasa sayang ini tetap tidak mau pergi ? Entah..
Hari pertama puasa Ramadhan. Hari yang membuatku mengela napas panjang. Dan ini untukmu sahabatku, jangan pernah lelah setiap lembar kertasmu aku goreskan tinta hitam kisahku. Hari pertama puasa Ramadhan menjadi saksi hidup baruku. Tanpa seorang laki - laki bernama F.P.T.U.
Tuhann... Bantu aku mengikhlaskan semuanya...
*********************
Hoaaammm... ngantuk sekali rasanya. Aku menoleh ke tong sampah pinggir meja. Hasshh.. banyak sekali kertas yang kubuang. Aku melihat sekali lagi tumpukan cerita yang sudah kubuat.
Okee.. ini waktunya memasukkan cerita tersebut ke dalam amplop. Kucium amplop ini dan ku letakkan rapi di atas meja. Pagi.. cepatlah datang. Agar cerita ini bisa segera ku kirimkan. Agar Tuhan memberikan harinya untuk belajar melepasmu, Ayah...
*******************
Huufftt... harus cepat - cepat.. Jangan macet donggg... Aku melirik jam tanganku. Jarum sudah menunjukkan jam 2 siang. Tuhann.. tolong aku.. harusnya jam 2 aku sudah mulai dirias untuk jadi terima tamu di pernikahan partnerku.
Sampai di depan tenda pernikahannya, segera kuparkir motorku dan bergegas masuk ke rumahnya tanpa ba bi bu lagi. Kulewati saja orang - orang yang ada disitu, tak kuhiraukan mereka. Untunglah.. aku tidak terlalu terlambat untuk dirias dan ganti baju kebaya. Okee.. tarik napas panjanggg... dan hembuskan..
Aku membuka - buka menu di handphone kesayanganku. Berharap ada pesan masuk untukku. Dan sia - sia belaka. Berjam - jam tak ada pesan masuk darinya untukku. Dia yang menjadi pacarku selama 6 tahun. Dia yang selalu aku pertahankan walau hati ini selalu disakiti. Dia adalah Pangeran Bertopeng. Aku mencoba menyibukkan diri agar pikiranku tak ada dia. Aku berkenalan dengan para penerima tamu lainnya yang baru hari itu aku kenal.
Selepas maghrib acara dimulai. Aku berusaha menjalankan tugasku dengan baik. Menyambut ramah setiap tamu dan memberikan souvenir pernikahan. Tiba - tiba ada seorang laki - laki yang duduk di sampingku. Aku seperti mengenal wajahnya, namun lupa dimana. Ahh.. mungkin perasaanku saja, de ja vu. Aku tak terlalu menghiraukannya.
Aku lupa persisnya seperti apa, namun kami berkenalan. Laki - laki itu bernama Prima. Semuanya mengalir begitu saja. Canda, tawa dan obrolan - obrolan ringan mengisi jam kosong ketika para tamu menikmati hidangan. Sampai dia menyadari kalau handphonenya tidak ada. Dia begitu panik mencari di dalam tasnya hingga kutawarkan handphoneku untuk menelepon nomornya. Hahaha.. ternyata ada di dalam tas kecilnya. Aduuhhh.. ceroboh sekali orang ini, pikirku dalam hati.
Di saat kami bercanda, tamu yang kutunggu - tunggu datang, Pangeran Bertopeng. Aku merapikan bajuku dan menyiapkan senyum terindahku. Tapi.. respon yang kudapat tidak sesuai harapan. Dia hanya tersenyum simpul dan berlalu bersama teman - temannya, seakan aku bukan siapa - siapanya. Ya Tuhann.. air mata ini ingin mengalir. Andai disana tidak ada orang. Apakah dia tidak mengerti bahwa aku menunggunya datang. Sesak sekali dada ini.
Aku berusaha mengendalikan perasaan ini. Aku tetap tersenyum dan bercanda, seakan tidak terjadi gejolak di hati ini. Untunglah waktu itu ada Prima disana. Dia membantuku menghabiskan waktu dan menemaniku makan setelah tamu sudah mulai sepi. Dia membuatku tertawa dan hebatnya bisa membuatku merasa nyaman meskipun kami baru pertama bertemu. Sampai waktu pulang pun, dia masih ada disana. Dan aku pun pamit padanya.
Selama di jalan, air mataku kembali menetes karena Pangeran Bertopeng. Dia dengan hebatnya bilang bahwa aku yang harus mengantar teman ceweknya pulang ke rumah. Aku tak tahu bagaimana mulanya, air mataku berhenti dan yang kupikirkan bukan lagi Pangeranku, tapi Prima dan segala celoteh kami sewaktu di balik meja terima tamu. Yang aku ingat, malah senyuman yang selalu ada selama perjalanan pulang. Ahh.. pertemuan yang singkat namun berarti, pikirku.
Beberapa hari setelah acara tersebut, muncul pesan - pesan aneh tapi lucu di ponselku. Aku tak tahu itu nomor siapa, tapi yang aku tahu, isinya selalu bisa membuatku tertawa dan nyaman. Nomor tersebut menghantuiku selama beberapa hari. Hingga suatu hari aku tahu itu nomor siapa. Prima. Laki - laki yang kupikir hanya pertemuan sekali seumur hidup. Dia muncul lagi di hidupku.
Chat kami semakin intens. Aku menebak - nebak sifatnya. Hmm.. orang yang menyenangkan dan baik hati. Sekali lagi aku tak tahu sebabnya, aku hanya merasa. Secara tidak sadar, yang sering muncul dalam otakku adalah Prima, bukan pangeran bertopeng lagi.
Aku masih ingat malam itu. Malam di bulan Ramadhan. Tepat 1 tahun yang lalu dari hari ini. Dia mengajakku bertemu di bazar ramadhan. Lagi - lagi entah kenapa aku mengiyakan, padahal saat itu harusnya aku ada meeting. Aku seperti bertindak tanpa logika, aku membatalkan meetingku demi seseorang yang baru aku kenal sehari. Ahhh.. perasaan ini sungguh gila, Tuhan.
Bergegas aku ke TKP. Hatiku tiba - tiba menjadi deg - degan dan senang sekali. Terasa sangat menyenangkan. Disana kami hanya ngobrol - ngobrol ringan dan menikmati wisata kuliner ramadhan. Sepertinya Tuhan ingin mendramatisir suasana karena Dia menurunkan gerimis pada saat itu. Kami seakan tak terpengaruh air yang turun dari langit. Kami tetap menikmati suasana. Entah apa ini namanya, yang aku rasakan sebuah perasaan yang sangat nyaman hadir di hatiku. Perasaan yang sudah hampir setahun mati karena hati ini lelah disakiti. Saat itu, aku hanya ingin waktu berhenti agar jam malam tidak datang, hahaha.. But, this is the real. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Kamipun pulang. Ini aneh.. sangat - sangat aneh.. Hati ini merasa hidup kembali. Aku hanya merasakan keceriaan.
Hari berganti hari. Hubunganku dengan Pangeran Bertopeng semakin kurasa hambar. Mungkin hati ini sudah lelah tersakiti dan merasa dihianati. Mungkin juga hati ini sudah mati rasa sejak penghianatan yang kesekian kalinya kuketahui. Aku tak tahu.. Aku hanya merasa hambar jika bersamanya.
Hari Sabtu.. yang kesekian kalinya aku tak tahu kabar tentang Pangeran Bertopeng. Dia menghilang lagi, tak jelas kemana. Hufftt.. bete banget.. Ponsel canggih ini hanya berfungsi sebagai game portabel karena pesan yang ditunggu tak masuk. Tiba - tiba ada satu pesan yang masuk, dari Prima. Kembali aku juga tidak tahu sebabnya. Aku menuruti lagi perasaanku tanpa logika. Selama ini aku mampu membatasi diriku untuk semua laki - laki kecuali pacarku. Buatku, aku hanya untuk pasanganku. Tapi Prima mampu membuatku meruntuhkan itu semua. Jadilah malam minggu ini aku pergi berdua dengannya. Kami pergi ke Pazkul.
Malam minggu pertamaku berdua dengan laki - laki selain pacarku. Dengan Prima. Selama di sampingnya, aku merasa nyaman sekali. Tangannya terasa hangat. Tatapannya terasa lembut. Perasaan aneh kembali datang. Perasaan nyaman, hangat & bahagia. Di dalam pikiranku, aku tak ingin pulang. Aku ingin tetap bersamanya. Hahaha.. pikiran yang ga masuk akal.. Segera kutepis pikiran bahwa aku bisa merasakan cinta lagi setelah setahun mati rasa. Tidakk.. tidakk.. tidakkk.. semua cowok itu sama.. Yang mereka inginkan cuma senang - senang. Hilangkan.. hilangkan rasa ini...
Setiap usaha yang kulakukan untuk menghilangkan rasa ini malah membuat perasaanku ke Prima semakin kuat. Aku mencoba kembali menghangatkan hubunganku dengan Pangeran Bertopeng. Memberinya kejutan, bersikan mesra padanya. Dan hal yang paling sulit kulakukan, menghindari Prima. Tapi semuanya sia - sia. Rasa ini semakin kuat dan tumbuh. Aku menyerah untuk menolaknya.
Hari itu.. aku mengungkapkan keadaan hatiku kepada Pangeran Bertopeng. Dia kaget sekali dan membuatnya menangis tak percaya. Aku yang selama ini terus diam dan selalu kembali padanya setelah dihianati, aku mampu memutuskan untuk meninggalkannya. This is the awful moment in my life. Entah apa yang merasukiku, aku kuat dan lega setelah memutuskan Pangeran. Aku tahu resikonya. Aku punya peluang untuk sakit hati karena Prima belum tentu cinta padaku. Tapi aku ambil resikonya. Aku tak mau menyesal menghabiskan seluruh hidupku dengan orang yang membuatku merasa hambar. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku, suatu anugerah yang Tuhan ciptakan sekali lagi di hatiku.
Esoknya, aku menemui Prima. Ku ungkapkan semua kondisiku tanpa ada satu pun yang kututupi. Dia merasa bersalah membuatku memutuskan hubunganku yang sudah 6 tahun. Dia tidak percaya bahwa aku cinta padanya. Ahh.. sakit sekali rasanya. Seperti pisau yang ditusukkan ke tubuh. Aku mencoba ikhlas menerimanya, meskipun sakit. Patah hati yang paling cepat yang kualami. Kuputuskan untuk mencoba membunuh rasa sayang ini.
Namun Tuhan berkata lain. Tuhan masih membuat kami terhubung dan menjalin kedekatan. Hingga suatu hari, aku sudah pasrah akan cintaku. Aku berserah pada Tuhan bahwa aku ikhlas mundur karena aku bukan wanita yang pantas untuknya. Saat kusampaikan hal itu, Prima dengan tegas menjawabku "Aku terima apapun keadaan kamu". Di meja pojok KFC dia menggenggam tanganku meyakinkan bahwa kami bisa bersama dan segera menikah.Saat itu, yang aku rasakan hanya bahagia hingga menangis. Tak ada lagi yang kuinginkan selain dia dan masa depan kami.
Dengan semangat baru, aku memulai hidupku lagi. Rasa sayang dan cinta yang pernah pupus kini kembali lagi. Aku yang sebelumnya apatis tentang cinta, mulai membangun harapan - harapan bersamanya. Prima, dia yang mampu meyakinkan aku untuk jatuh cinta lagi. Prima yang mampu meyakinkanku bahwa cinta juga bisa berakhir bahagia. Prima yang mampu meyakinkaku bahwa masih ada seorang pria yang setia dengan satu wanita.
Hidupku berubah. Aku bahagia. Hahaha.. sampai - sampai hampir seluruh teman kerjaku tak percaya aku seceria ini. Mereka senang sekali melihat aku hidup lagi. Aku pun juga begitu. Aku senang sekali memiliki seseorang yang baik dan setia bernama Prima. Di otak dan hati ini hanya terisi oleh satu nama, yaitu Prima. Tak ada yang lain. Tergambar jelas di mataku, aku akan menjalani sisa hidupku bersamanya. Ya.. aku ingin dia yang menjadi teman hidupku. Everyday is happy day with him.
Siang itu aku berkunjung ke tempat kerjanya. Aku ingin menemaninya dan belajar tentang hidupnya. Kehidupannya menarik, sama sekali beda dengan kehidupan sehari - hari yang aku alami. Meskipun terkesan jalanan, tapi kesehariannya menarik, hidup. Lalu aku iseng melihat ponselnya. Dan wow.. apa yang aku dapatkan sungguh harta karun yang bisa menghujam jantung. Apa yang aku lihat meruntuhkan semua kepercayaanku selama ini. Jadii.. apakah selama ini yang dia tulis dan ungkapkan di sosmed-nya benar untukku atau untuk perempuan ini. Ahh.. andai aku tahu lebih awal foto - foto dan chat ini. Aku pasti tak akan membuka hatiku untuknya. Aku tak akan meruntuhkan prinsipku sendiri. Sakit banget.. Aku buru - buru ijin pulang sebelum air mata ini membanjir. Dia bingung dengan sikapku yang tiba - tiba berubah. Aku hanya tak ingin bicara. Aku tak mau menjadi tontonan publik karena menangis di muka umum. Aku memacu motorku kencang agar tak ada yang tahu bahwa mataku banjir air mata di atas motor.
Esoknya kami bicara baik - baik setelah emosiku mereda. Dia menjelaskan jika ini hanya salah paham. Hanya aku yang dia sayangi. Dia tak ingin kehilangan aku. Aku menarik napas panjang agar tenang. Oke.. mungkin aku yang terlalu berlebihan. Mungkin ini cara agar aku belajar untuk mempercayai pasangan. Aku berikan kesempatan untuknya agar membuktikan bahwa dia tak ada rasa dengan perempuan itu. Prima menegaskan jika dia tak akan menghubungi perempuan itu lagi. Perempuan bernama Dani.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kami menjalaninya dengan berbagai rasa. Segala usahanya membuatku bahagia bisa menjadi wanita yang dipilih untuk mendampinginya. Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana perjuangannya membawa keluarganya untuk bertemu dengan orang tuaku meskipun hujan deras. Aku tak menyangka dia berani mengambil keputusan untuk mempertemukan dua keluarga demi menunjukkan keseriusannya padaku. It's so romantic..
Aku juga masih ingat bagaimana perjuangannya demi menemaniku liburan ke pantai popoh, gunung kelud, jogja, pantai delegan dan terkahir naik ke gunung semeru. Jika ingat hal itu, aku tak tahu harus bilang kurang apa lagi darinya. Aku tak tahu harus menuntut apa lagi kepadanya.
Tapi di setiap moment berharga itu, ada satu waktu dimana aku menemukan harta karun lagi dan lagi. Hati ini ragu, bukan kepadanya, tapi kepada diri sendiri. Apakah aku sanggup menghilangkan prasangka ini padanya ? Apakah aku sanggup tetap percaya bahwa hanya aku yang ada di hatinya, sedangkan perhatiannya tidak hanya kepadaku ? Apakah aku sanggup membuatnya tetap jatuh cinta padaku di saat banyak wanita yang sesuai tipenya menjadi objek yg ingin dia dapatkan hatinya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia masih rindu dengan mantan - mantannya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia juga memberikan cium jauh untuk teman wanitanya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia memanggil orang tua teman wanitanya dengan sebutan calon mertua ?
Tuhann.. ini benar - benar gila.. Hati ini sakit Tuhan.. Aku tak sanggup.. Setiap aku menemukan harta karunnya, setiap malam pula air mata ini selalu mengalir. Bukan cinta yang seperti ini yang aku mau. Kalau sayang bukan seperti ini yang dia lakukan padaku.
Disini.. di kamar ini.. Hanya jemari yang menari di atas kertas yang bisa aku lakukan. Mencoba melepaskan segala emosi melalui tarian pena di buku ini. Entah.. apa ini berguna.. Atau mungkin cerita ini hanya menjadi lelucon beberapa tahun lagi. Ataukah setelah ini tak ada cerita lagi karena rasa sayang ini tetap tidak mau pergi ? Entah..
Hari pertama puasa Ramadhan. Hari yang membuatku mengela napas panjang. Dan ini untukmu sahabatku, jangan pernah lelah setiap lembar kertasmu aku goreskan tinta hitam kisahku. Hari pertama puasa Ramadhan menjadi saksi hidup baruku. Tanpa seorang laki - laki bernama F.P.T.U.
Tuhann... Bantu aku mengikhlaskan semuanya...
*********************
Hoaaammm... ngantuk sekali rasanya. Aku menoleh ke tong sampah pinggir meja. Hasshh.. banyak sekali kertas yang kubuang. Aku melihat sekali lagi tumpukan cerita yang sudah kubuat.
Okee.. ini waktunya memasukkan cerita tersebut ke dalam amplop. Kucium amplop ini dan ku letakkan rapi di atas meja. Pagi.. cepatlah datang. Agar cerita ini bisa segera ku kirimkan. Agar Tuhan memberikan harinya untuk belajar melepasmu, Ayah...
Minggu, 15 September 2013
S.A.S
S.A.S
What is a name.. kita panggil saja inisialnya begitu. S.A.S.
Dia itu orang yang unik, orang paling unik yang pernah saya kenal. Dan yang lebih spesial dari dia adalah dia menjadi lelaki satu - satunya yang mendampingi saya selama 6 tahun.
Enam tahun berlalu pasti banyak sekali kenangan baik suka maupun duka yang terjadi. But, that's life.. Life is never flat..
Sebelum ini, selama 6 tahun saya terbiasa dan dibiasakan menjadi manusia dewasa. Segala sesuatu harus terlihat tenang, datar dan baik-baik saja. Kepada siapapun dan dimanapun.
But now.. saya hanya ingin berrubah.. menjadi saya yang sebenarnya.. Saya dulu yang punya banyak cara dan tak pernah malu menunjukkan rasa cinta dan sayang. Saya ingin mencoba agar hati, mulut dan tindakan saya berada dalam satu garis satu kata. Saya hanya ingin jujur kepada diri sendiri,kepada nurani.. Meskipun tidak selamanya kejujuran itu nyaring didengar.
Oleh karena itu,melalui ini. Melalui sahabat yang selalu menemani saya dalam kondisi apapun, saya akan menyampaikan sesuatu yang harusnya saya nyatakan dari dulu.
***********************************************
Dear S.A.S
Apa kabarmu ? Aku harap kamu selalu sehat dan bahagia. Aku selalu berdoa agar km sukses meraih mimpi-mimpi yang slama ini kamu perjuangkan.
Aku mohon maaf kepadamu.. dari lubuk hati yg paling dalam. Tapi inilah yang harusnya dilakukan sejak lama. Tolong maafkanlah aku atas segala salah dan egoisku. Aku tahu kamu sangat terluka tapi inilah saatnnya. Agar kita bisa lebih bahagia dari hari ini.
Tidak ada kata terima kasih yg lebih besar lagi untuk menggambarkan rasa syukurku atasmu. Terima kasih kamu menjadi seseorang yg menemani hari-hariku slama enam tahun ini.
Setiap kenangan yang pernah kita lewati akan slalu kusimpan dalam hati sebagai bagian dari sejarah hidupku. Kenanganmu tak akan terganti karena kamu adalah kamu.
Ikhlaskanlan setiap wktu yang kita lewati sebagai bagian dari perjalanan hidup kita mencari kebahagiaan yang dijanjikan oleh Tuhan. Relakan semua yang terjadi sabagai bagian dari kisah cinta untuk anak cucu kita. Biarlah setiap penggal cerita menjadi pelajaran untuk masa depan kita.
Kini hati dan cintaku sudah dimliki oleh dia. Seseorang yang dengan kesederhanaannya mampu membuatku seperti manusia yang sempurna. Dia bukan orang yang lebih tampan, lebih kaya atau lebih segalanya dari kamu. Dia hanya dia yang jadi dirinya sendiri dalam mendapatkan hatiku.
Aku tak akan melupakan kamu dan kenangan kita. Semuanya akan selalu tersimpan dalam hatiku. Aku akan selalu menyayangimu. Hanya saja sekarang dengan cara yang berbeda. Aku akan menyayangimu sebagai keluarga dan sahabatmu. Bukan lagi sebagai orang yang kuinginkan bersamaku selamanya.
Aku hanya yakin dan percaya kepadanya. Aku menginginkan dia yang menjadi teman hidupku selamanya. Menjadi tempat bersandar bagiku yang rapuh dan pernah tersakiti.
Bahagialah agar aku lepad dari rasa bersalahku. Bahagialah agar aku mampu merelakanmu hidup di jalanmu. Bahahialah agar aku mampu bahagia berjalan bersamanya.
Maaf dan terima kasih atas segalanya.
A lot of love..
Sincerely yours
Sinz'
What is a name.. kita panggil saja inisialnya begitu. S.A.S.
Dia itu orang yang unik, orang paling unik yang pernah saya kenal. Dan yang lebih spesial dari dia adalah dia menjadi lelaki satu - satunya yang mendampingi saya selama 6 tahun.
Enam tahun berlalu pasti banyak sekali kenangan baik suka maupun duka yang terjadi. But, that's life.. Life is never flat..
Sebelum ini, selama 6 tahun saya terbiasa dan dibiasakan menjadi manusia dewasa. Segala sesuatu harus terlihat tenang, datar dan baik-baik saja. Kepada siapapun dan dimanapun.
But now.. saya hanya ingin berrubah.. menjadi saya yang sebenarnya.. Saya dulu yang punya banyak cara dan tak pernah malu menunjukkan rasa cinta dan sayang. Saya ingin mencoba agar hati, mulut dan tindakan saya berada dalam satu garis satu kata. Saya hanya ingin jujur kepada diri sendiri,kepada nurani.. Meskipun tidak selamanya kejujuran itu nyaring didengar.
Oleh karena itu,melalui ini. Melalui sahabat yang selalu menemani saya dalam kondisi apapun, saya akan menyampaikan sesuatu yang harusnya saya nyatakan dari dulu.
***********************************************
Dear S.A.S
Apa kabarmu ? Aku harap kamu selalu sehat dan bahagia. Aku selalu berdoa agar km sukses meraih mimpi-mimpi yang slama ini kamu perjuangkan.
Aku mohon maaf kepadamu.. dari lubuk hati yg paling dalam. Tapi inilah yang harusnya dilakukan sejak lama. Tolong maafkanlah aku atas segala salah dan egoisku. Aku tahu kamu sangat terluka tapi inilah saatnnya. Agar kita bisa lebih bahagia dari hari ini.
Tidak ada kata terima kasih yg lebih besar lagi untuk menggambarkan rasa syukurku atasmu. Terima kasih kamu menjadi seseorang yg menemani hari-hariku slama enam tahun ini.
Setiap kenangan yang pernah kita lewati akan slalu kusimpan dalam hati sebagai bagian dari sejarah hidupku. Kenanganmu tak akan terganti karena kamu adalah kamu.
Ikhlaskanlan setiap wktu yang kita lewati sebagai bagian dari perjalanan hidup kita mencari kebahagiaan yang dijanjikan oleh Tuhan. Relakan semua yang terjadi sabagai bagian dari kisah cinta untuk anak cucu kita. Biarlah setiap penggal cerita menjadi pelajaran untuk masa depan kita.
Kini hati dan cintaku sudah dimliki oleh dia. Seseorang yang dengan kesederhanaannya mampu membuatku seperti manusia yang sempurna. Dia bukan orang yang lebih tampan, lebih kaya atau lebih segalanya dari kamu. Dia hanya dia yang jadi dirinya sendiri dalam mendapatkan hatiku.
Aku tak akan melupakan kamu dan kenangan kita. Semuanya akan selalu tersimpan dalam hatiku. Aku akan selalu menyayangimu. Hanya saja sekarang dengan cara yang berbeda. Aku akan menyayangimu sebagai keluarga dan sahabatmu. Bukan lagi sebagai orang yang kuinginkan bersamaku selamanya.
Aku hanya yakin dan percaya kepadanya. Aku menginginkan dia yang menjadi teman hidupku selamanya. Menjadi tempat bersandar bagiku yang rapuh dan pernah tersakiti.
Bahagialah agar aku lepad dari rasa bersalahku. Bahagialah agar aku mampu merelakanmu hidup di jalanmu. Bahahialah agar aku mampu bahagia berjalan bersamanya.
Maaf dan terima kasih atas segalanya.
A lot of love..
Sincerely yours
Sinz'
Kamis, 12 September 2013
Jalan Perpisahan
Ada suatu masa dalam hidup
Yang itu tak bisa kau hindari
Namun sangat ingin kau enyahkan
Disinilah aku sekarang
Melalui waktu itu
Haruskah aku menyerah
Dan bebaskan engkau terbang
Karena aku mungkin bukan untukmu
Hingga kamu tega ucapakan
Perasaanku palsu kepadamu
Sakit.. hati ini sakit...
Sekejam itukah harus kau lakukan
Aku bukanlah siapa – siapa tanpamu
Yang bisa kulakukan sekarang
Hanya duduk di sudut kesepian
Perih.. hati ini perih..
Sepahit itukah cinta yang kulalui
Menyaksikan berakhir pedih
Terbuang percuma sudah
Lama waktu kita bersama
3rd
Aduhhh.. jam 07.10, mati aku.. Hari pertama MOS (masa orientasi
siswa) dimulai sejak 40 menit yang lalu. Aku berlari tergesa - gesa
memasuki gerbang sekolah. Aisshhh rambut dikepang tidak karuan membuatku
kepalaku pusing. Ahhh.. cuek saja mau dimarahi atau dijemur.
Jam 08.45 akhirnya aku diperbolehkan masuk kelas. Ternyata di dalam kelas hanya tersisa 1 bangku di pojok paling belakang. Aku santai saja menuju bangku terakhir di kelas itu. Hatiku berkecamuk marah & kecewa terhadap sekolah pilihan orang tuaku. Aku tak punya teman satupun di sekolah ini karena terletak sangat jauh dari rumahku. Aku merasa benar - benar seorang diri, apalagi hari pertamapun aku tidak diantar orang tuaku.
Aku duduk di bangkuku. Aku menghela napas panjang sambil memutar pandangan mengamati keadaan sekitarku. Aku masih memikirkan seseorang. Dia siswa baru juga. Dia menempati peringkat pertama siswa yang diterima di sekolah ini. Menurutku dia sama saja denganku, bodoh. Kami memperoleh nilai tinggi yang pasti akan diterima di sekolah favorit manapun di kota ini namun hanya memilih memasuki sekolah level menengah. Aku ingin sekali bisa berkenalan dengan orang yang mengalahkan nilaiku. Pasti anak itu kutu buku & membosankan sekali.
"Hei.. ngapain kamu telat ? Diapain aja kamu ? sudah tenang aja, para senior itu kan cuma pura - pura aja" tiba - tiba seorang siswa bangku sebelah nyeletuk di sebelahku.
"Ohh.. aku kejauhan turun angkotnya, baru pertama kali naik angkot. Iya aku santai aja kok menghadapi para senior itu." aku menjawab dengan malas karena sejak awal aku sudah sangat tidak bersemangat masuk sekolah ini.
"Kenalin.. Aku Aris." Dia mulai mengenalkan dirinya.
Aku memandangnya sekilas dan menyambut uluran tangannya. Hmm.. lumayan juga. Ganteng & putih. Tapi, kayaknya tipe - tipe cowok playboy kayak dia pasti sama sekali ga pintar & malas sekolah. Ahh.. cuekin saja.
Aku membolak - balik buku peraturan sekolah dan sama sekali tidak menghiraukan guru di depan kelas yang sedang menjelaskan isi buku tersebut. Tiba - tiba guru tersebut menghentikan penjelasan materi. Beliau memuji seorang siswa dan menyebutkan prestasi - prestasinya. "Siswa yang menduduki peringkat pertama & berprestasi itu adalah Arisandi. Mari maju ke depan kelas" Seru guru itu.
Siswa yang tadi mengajakku berkenalan tiba - tiba berdiri dan tersenyum kepadaku. Dia maju ke depan kelas. "Whadzzz.. cowok gaul itu Arisandi si peringkat pertama ? ga mungkin banget.."protesku dalam hati. Aku memandangnya tak percaya.
____________________________________________________________________
Tahun keduaku di sekolah ini baru saja dimulai. Aku mengambil tempat duduk di belakang dekat dengan teman - teman seperjuanganku. Di saat aku dan teman - temanku asyik bercanda, tiba - tiba ada seorang cowok menaruh tasnya di sebelah tempat dudukku. Aku menoleh ke arahnya. Ahh.. ternyata cowok paling populer di sekolahku. "Ga salah tempat duduk tuh.." batinku.
Dia menyapaku "hei.. ketemu lagi. Apa kabar ?"
"Ohhh kamu Ris, baik.." jawabku singkat
Dan kamipun melewatkan semester pertama kami dalam satu bangku.
Penilaianku tentangnya selama ini salah. Meskipun dia gaul dan populer, dia siswa tercerdas yang pernah ku kenal di sekolah ini. Dia seorang katolik yang taat, penuh perhatian & kepedulian terhadap sesamanya. Banyak orang mengira dia cowok yang ceria & tegar namun di balik senyumannya, dia sosok yang rapuh dan kesepian.
Setiap waktu sholat Jumat tiba, semua siswa laki - laki menunaikan kewajibannya. Begitu juga dengan teman - temanku yang mayoritas adalah anak laki - laki. Aku menunggu di dalam kelas sambil membaca novel yang kupinjam dari perpustakaan. Aris menemaniku dalam diamnya di sebelahku. Raut mukanya berbeda dari kesehariannya. Dia menampakkan wajah kelelahan dan kesedihan yang aku tidak tahu sebabnya. Jika dia sudah sangat jengah dengan kehidupan sekolahnya, dia selalu bersandar di bahuku hingga memejamkan mata menunggu bel masuk berbunyi.
Aku tidak pernah bertanya mengapa & bagaimana. Aku terlalu takut untuk sekedar bertanya apa yang terjadi padanya. Aku terdiam saat dia mulai meletakkan kepalanya di bahuku. Yang bisa aku lakukan hanya mengusap kepalanya dan menutup matanya dengan tanganku. Dia selalu tersenyum simpul. Senyumnya merupakan pemandangan indah bagiku.
Kami melalui hari - hari kami seperti itu saja, tidak lebih tidak kurang. Dalam hal pelajaran, kami bersaing secara sehat tapi tetap saling menguatkan satu sama lain. Di luar pelajaran, kami menjadi seorang sahabat tanpa kata. Kami seakan mampu membaca pikiran satu sama lain dengan tatapan mata & bahasa tubuh. Hingga suatu saat di hari Jumat seperti biasa kami duduk berdua di dalam kelas.
Dia tidak seperti biasanya. Dia menelungkupkan kepalanya di meja, tidak lagi bersandar kepadaku. Aku menutup novelku. Aku memberanikan diri bertanya kepadanya "Ada apa denganmu ?" Aris memandangku dengan mata berkaca - kaca. "Ayahku sakit. Sakitnya yang sekarang bertambah parah. Aku takut ayahku ga akan bisa bertahan." Cerita hidupnya mulai mengalir dari mulutnya. Aku terperangah mendengar kisah perjalanan hidupnya. Tak terasa air mataku menetes di pipiku.
Dia mengambil beberapa bangku dan disusun berjajar. Dia merebahkan tubuhnya di atas bangku - bangku itu. Kutawarkan pahaku sebagai bantalnya. Dia tersenyum menerima tawaranku. Dia meraih tanganku dan meletakkannya di atas matanya. Baru kali ini aku melihat laki - laki serapuh dia. Aku tidak tahu mengapa perasaanku bergejolak bercampur antara sedih, senang, dan khawatir. Aku mengusap kepalanya berharap dia mampu tegar menjalani hidupnya.
____________________________________________________________________
Siang itu hujan rintik - rintik disertai mendung tebal memayungi sekolah kami. Dari pengeras suara sekolah terdengar pengumuman ayah Arisandi meninggal. Seketika itu aku terhenyak, khawatir membayangkan betapa terpukulnya dia. Seisi sekolah heboh dan berbondong - bondong pergi ke rumahnya, termasuk aku.
Di pelataran rumahnya aku dapat melihat ekspresi wajah sedih bernaung padanya. Ahhh ingin sekali aku memeluk dan meredakan kekhawatirannya. Kami yang masih SMA tidak mungkin mampu melakukan itu. Kami hanya bisa menatap dari kejauhan. Kami semua mengikuti prosesi pemakamannya hingga selesai. Ditemani hujan dan mendung, persemayaman terakhir ayahnya ditutup. Pendeta membacakan ayat - ayat dan doa agar ayahnya damai bersamaNya.
Sejak kepergian ayahnya, dia seakan kehilangan gairah dalam hidup. Dia yang sekarang sudah tidak kukenal lagi. Setiap hari aku mencoba membawanya kembali dalam kehidupan nyata yang harus dia jalani demi masa depannya. Teman - teman sekelas kami akhirnya menyadari juga perubahan diri seorang Aris. Mereka dan para gadis sekolahku berlomba - lomba menghadirkan keceriaan dalam diri Aris. Aku bersyukur banyak yang peduli padanya bahkan mungkin lebih peduli dari aku. Aku tak berkeberatan setiap hari menjadi sandaran baginya melepaskan penat dan kesedihannya.
_____________________________________________________________________
Pagi ini dia datang menghampiriku dengan penuh semangat. Aku bahagia sekali melihatnya tertawa riang dengan teman - teman yang lain. Semangatku hari ini melebihi hari kemarin. Di tengah pelajaran, dia mengajakku pergi ke kantin karena lapar. Kami mencuri - curi kesempatan dan mencari alasan agar diperbolehkan keluar kelas. Dia sudah menungguku di samping pintu. Kami berlarian menuju ke kantin sambil cekikikan seperti orang gila saja.
Di kantin kami memesan menu bersambal ekstra pedas. Dia menantangku menghabiskan masakan tersebut. Aku masih ingat alasannya menyuruhku makan menu itu. "Ayo makan. Kalau kamu bisa makan sambal puedesss, kamu ga akan takut sakit hati karena cinta. Kamu akan kuat saat merasa sakit atau patah hati". Kupikir itu lelucon paling tidak masuk akal yang ada di dunia.
Kami menjalani hari - hari seperti dulu. Tidak, lebih baik dari waktu yang telah berlalu. Dia menjadi sosok yang penuh kebahagiaan. Matanya berbinar - binar saat bercerita apapun yang dia alami hari ini atau kemarin. Aku tidak pernah bosan menatap matanya yang tajam namun meneduhkan hati. Kami seperti sebuah kotak yang berisikan helai - helai cerita rahasia. Kami menjadi tempat sampah satu sama lain soal apapun. Kami mampu merasakan satu sama lain meskipun kami tidak sedang berdekatan.
Suatu hari perutku sakit karena menstruasi. Dia mengantarku ke ruang UKS agar bisa beristirahat. Temanku yang berjaga di UKS menanyakan soal hubunganku dengan dia.
"Wahh tambah dekat saja kamu dengannya. Sudah menyatakan cinta belum ?" Wati bertanya sembari memeriksa keadaanku.
"Ahh kau ini.. Kami cuma berteman."Jawabku tersipu
"Masak sih... kayaknya kalian lebih dari teman deh.. Hati - hati, agama kalian berbeda. Jangan sampai kamu patah hati karena perbedaan agama" Wati berlalu meninggalkanku untuk beristirahat.
Aku gelisah, gundah. Mataku terpejam tapi otakku terus memutar kembali rekaman nasehat dari Wati.
______________________________________________________________________
Pagi ini dimulai seperti pagiku biasanya. Aku melangkah dengan santai menuju kelasku. Ketika hampir memasuki kelas aku mendengar suara anak - anak dikelas begitu ramai dan bergemuruh. Aku membuka pintu dan uppss... hampir saja aku berciuman dengan Aris. Kami kaget setengah mati. Kami termenung sejenak hingga aku memutuskan untuk cepat - cepat masuk kelas.
Baru saja aku duduk di tempatku, Idah mendekatiku diam - diam. Dia duduk di sebelahku dan berbisik "Aris nembak Theresia. Diterima." Ohhh tidakk.. seketika itu jantungku mau meledak. Air mataku hampir saja meleleh jika saja Idah tidak menarikku keluar kelas. Aku mengatur pernapasanku. Aku berjalan mondar - mandir agar tidak menangis.
Idah menarikku ke ruang UKS. Dia memberiku air minum agar aku lebih tenang. Pikiran dan perasaanku kacau. Aku bingung. Aku merasa sangat sangat sangat sedih, aku ingin menangis sekencangnya tapi aku tetap tidak bisa mengeluarkan air mata. Dada ini terasa sesak. Aku memejamkan mata, berdoa pada Allah agar Dia menguatkan aku. Saat aku membuka mata, aku masih merasakan kesedihan tapi ada satu tempat jauh di lubuk hati aku merasa lega. Aku tidak tahu mengapa.
Aris mencariku ke sekeliling kelas. Dia bertanya pada anak - anak yang lain tapi tak berhasil. Dia berputar - putar hingga melihat sepatuku di depan UKS. Dia menemuiku. Dia duduk di ranjang UKS tempat aku beristirahat. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya. Genggaman tangannya membuatku merasa nyaman dan hangat.
"Aku minta maaf padamu. Aku tidak menceritakan hal ini kepadamu sebelumnya. Aku tahu aku salah. Harusnya aku tidak pernah menyembunyikan apapun padamu. Kamu seperti separuh jiwaku." Aris terus menggenggam tanganku erat - erat. Aku bangkit dari tidurku dan duduk berhadapan dengannya di atas ranjang UKS.
"Aku kecewa kamu merahasiakan ini dariku. Aku pikir aku berarti bagimu. Aku menyayangimu dan mungkin lebih dari sekedar temanmu. Tapi, kupikir ini adalah yang terbaik. Kamu menyukai seseorang yang seiman denganmu karena penghalang diantara kita terlalu berat, agama." Aku menghentikan ucapanku, mengatur napas agar aku tetap tenang menghadapinya.
"Aku bahagia menjadi seseorang yang selalu berada di sampingmu baik sedih maupun senang. Aku ingin kita terus menjadi sahabat seperti sedia kala. Jangan pernah berubah. Aku bahagia kamu menemukan semangat hidupmu" Aku menggenggam tanganya dan menatap matanya dalam - dalam.
_______________________________________________________________________
Tahun ketiga kami berada di kelas yang berbeda. Dia sekelas dengan pacarnya. Aku pikir kami akan baik - baik saja seperti sedia kala. Hmmm... sulit rupanya. Tanpa disadari kami mulai menjaga jarak. Kami pun jarang bertemu. Kami hanya saling memandang dari jauh tanpa mengucap kata apapun. Hingga saat - saat terakhir kami di SMA.
Upacara pelepasan siswa berjalan dengan khidmat. Lagu - lagu kebangsaan mengalun merdu diiringi piano klasik milik sekolah. Setelah upacara, kami para murid kelas tiga diberi kebebasan untuk saling mengucapkan kata perpisahan. Tak sengaja aku berhadapan dengan Aris dalam jarak dekat. Lagi - lagi hampir saja kami berciuman. Kami saling memandang mata masing - masing. Dia menggenggam tanganku. Aku menjadi salah tingkah karena agak jauh dari kami ada pacarnya yang sedang memandangi kami. Dia seakan tak peduli. Dia lebih mendekatkan badannya dan berkata
"Maaf selama ini aku membuatmu dalam keadaan yang sulit. Akupun juga begitu. Kita berbeda agama, oleh karena itu tidak ada harapan bagi kita untuk bersatu. Sebentar lagi kita akan melanjutkan hidup kita dan mungkin ga bisa bertemu lagi. Aku ingin kamu tahu kalau selama ini aku menyukai kamu".
Jam 08.45 akhirnya aku diperbolehkan masuk kelas. Ternyata di dalam kelas hanya tersisa 1 bangku di pojok paling belakang. Aku santai saja menuju bangku terakhir di kelas itu. Hatiku berkecamuk marah & kecewa terhadap sekolah pilihan orang tuaku. Aku tak punya teman satupun di sekolah ini karena terletak sangat jauh dari rumahku. Aku merasa benar - benar seorang diri, apalagi hari pertamapun aku tidak diantar orang tuaku.
Aku duduk di bangkuku. Aku menghela napas panjang sambil memutar pandangan mengamati keadaan sekitarku. Aku masih memikirkan seseorang. Dia siswa baru juga. Dia menempati peringkat pertama siswa yang diterima di sekolah ini. Menurutku dia sama saja denganku, bodoh. Kami memperoleh nilai tinggi yang pasti akan diterima di sekolah favorit manapun di kota ini namun hanya memilih memasuki sekolah level menengah. Aku ingin sekali bisa berkenalan dengan orang yang mengalahkan nilaiku. Pasti anak itu kutu buku & membosankan sekali.
"Hei.. ngapain kamu telat ? Diapain aja kamu ? sudah tenang aja, para senior itu kan cuma pura - pura aja" tiba - tiba seorang siswa bangku sebelah nyeletuk di sebelahku.
"Ohh.. aku kejauhan turun angkotnya, baru pertama kali naik angkot. Iya aku santai aja kok menghadapi para senior itu." aku menjawab dengan malas karena sejak awal aku sudah sangat tidak bersemangat masuk sekolah ini.
"Kenalin.. Aku Aris." Dia mulai mengenalkan dirinya.
Aku memandangnya sekilas dan menyambut uluran tangannya. Hmm.. lumayan juga. Ganteng & putih. Tapi, kayaknya tipe - tipe cowok playboy kayak dia pasti sama sekali ga pintar & malas sekolah. Ahh.. cuekin saja.
Aku membolak - balik buku peraturan sekolah dan sama sekali tidak menghiraukan guru di depan kelas yang sedang menjelaskan isi buku tersebut. Tiba - tiba guru tersebut menghentikan penjelasan materi. Beliau memuji seorang siswa dan menyebutkan prestasi - prestasinya. "Siswa yang menduduki peringkat pertama & berprestasi itu adalah Arisandi. Mari maju ke depan kelas" Seru guru itu.
Siswa yang tadi mengajakku berkenalan tiba - tiba berdiri dan tersenyum kepadaku. Dia maju ke depan kelas. "Whadzzz.. cowok gaul itu Arisandi si peringkat pertama ? ga mungkin banget.."protesku dalam hati. Aku memandangnya tak percaya.
____________________________________________________________________
Tahun keduaku di sekolah ini baru saja dimulai. Aku mengambil tempat duduk di belakang dekat dengan teman - teman seperjuanganku. Di saat aku dan teman - temanku asyik bercanda, tiba - tiba ada seorang cowok menaruh tasnya di sebelah tempat dudukku. Aku menoleh ke arahnya. Ahh.. ternyata cowok paling populer di sekolahku. "Ga salah tempat duduk tuh.." batinku.
Dia menyapaku "hei.. ketemu lagi. Apa kabar ?"
"Ohhh kamu Ris, baik.." jawabku singkat
Dan kamipun melewatkan semester pertama kami dalam satu bangku.
Penilaianku tentangnya selama ini salah. Meskipun dia gaul dan populer, dia siswa tercerdas yang pernah ku kenal di sekolah ini. Dia seorang katolik yang taat, penuh perhatian & kepedulian terhadap sesamanya. Banyak orang mengira dia cowok yang ceria & tegar namun di balik senyumannya, dia sosok yang rapuh dan kesepian.
Setiap waktu sholat Jumat tiba, semua siswa laki - laki menunaikan kewajibannya. Begitu juga dengan teman - temanku yang mayoritas adalah anak laki - laki. Aku menunggu di dalam kelas sambil membaca novel yang kupinjam dari perpustakaan. Aris menemaniku dalam diamnya di sebelahku. Raut mukanya berbeda dari kesehariannya. Dia menampakkan wajah kelelahan dan kesedihan yang aku tidak tahu sebabnya. Jika dia sudah sangat jengah dengan kehidupan sekolahnya, dia selalu bersandar di bahuku hingga memejamkan mata menunggu bel masuk berbunyi.
Aku tidak pernah bertanya mengapa & bagaimana. Aku terlalu takut untuk sekedar bertanya apa yang terjadi padanya. Aku terdiam saat dia mulai meletakkan kepalanya di bahuku. Yang bisa aku lakukan hanya mengusap kepalanya dan menutup matanya dengan tanganku. Dia selalu tersenyum simpul. Senyumnya merupakan pemandangan indah bagiku.
Kami melalui hari - hari kami seperti itu saja, tidak lebih tidak kurang. Dalam hal pelajaran, kami bersaing secara sehat tapi tetap saling menguatkan satu sama lain. Di luar pelajaran, kami menjadi seorang sahabat tanpa kata. Kami seakan mampu membaca pikiran satu sama lain dengan tatapan mata & bahasa tubuh. Hingga suatu saat di hari Jumat seperti biasa kami duduk berdua di dalam kelas.
Dia tidak seperti biasanya. Dia menelungkupkan kepalanya di meja, tidak lagi bersandar kepadaku. Aku menutup novelku. Aku memberanikan diri bertanya kepadanya "Ada apa denganmu ?" Aris memandangku dengan mata berkaca - kaca. "Ayahku sakit. Sakitnya yang sekarang bertambah parah. Aku takut ayahku ga akan bisa bertahan." Cerita hidupnya mulai mengalir dari mulutnya. Aku terperangah mendengar kisah perjalanan hidupnya. Tak terasa air mataku menetes di pipiku.
Dia mengambil beberapa bangku dan disusun berjajar. Dia merebahkan tubuhnya di atas bangku - bangku itu. Kutawarkan pahaku sebagai bantalnya. Dia tersenyum menerima tawaranku. Dia meraih tanganku dan meletakkannya di atas matanya. Baru kali ini aku melihat laki - laki serapuh dia. Aku tidak tahu mengapa perasaanku bergejolak bercampur antara sedih, senang, dan khawatir. Aku mengusap kepalanya berharap dia mampu tegar menjalani hidupnya.
____________________________________________________________________
Siang itu hujan rintik - rintik disertai mendung tebal memayungi sekolah kami. Dari pengeras suara sekolah terdengar pengumuman ayah Arisandi meninggal. Seketika itu aku terhenyak, khawatir membayangkan betapa terpukulnya dia. Seisi sekolah heboh dan berbondong - bondong pergi ke rumahnya, termasuk aku.
Di pelataran rumahnya aku dapat melihat ekspresi wajah sedih bernaung padanya. Ahhh ingin sekali aku memeluk dan meredakan kekhawatirannya. Kami yang masih SMA tidak mungkin mampu melakukan itu. Kami hanya bisa menatap dari kejauhan. Kami semua mengikuti prosesi pemakamannya hingga selesai. Ditemani hujan dan mendung, persemayaman terakhir ayahnya ditutup. Pendeta membacakan ayat - ayat dan doa agar ayahnya damai bersamaNya.
Sejak kepergian ayahnya, dia seakan kehilangan gairah dalam hidup. Dia yang sekarang sudah tidak kukenal lagi. Setiap hari aku mencoba membawanya kembali dalam kehidupan nyata yang harus dia jalani demi masa depannya. Teman - teman sekelas kami akhirnya menyadari juga perubahan diri seorang Aris. Mereka dan para gadis sekolahku berlomba - lomba menghadirkan keceriaan dalam diri Aris. Aku bersyukur banyak yang peduli padanya bahkan mungkin lebih peduli dari aku. Aku tak berkeberatan setiap hari menjadi sandaran baginya melepaskan penat dan kesedihannya.
_____________________________________________________________________
Pagi ini dia datang menghampiriku dengan penuh semangat. Aku bahagia sekali melihatnya tertawa riang dengan teman - teman yang lain. Semangatku hari ini melebihi hari kemarin. Di tengah pelajaran, dia mengajakku pergi ke kantin karena lapar. Kami mencuri - curi kesempatan dan mencari alasan agar diperbolehkan keluar kelas. Dia sudah menungguku di samping pintu. Kami berlarian menuju ke kantin sambil cekikikan seperti orang gila saja.
Di kantin kami memesan menu bersambal ekstra pedas. Dia menantangku menghabiskan masakan tersebut. Aku masih ingat alasannya menyuruhku makan menu itu. "Ayo makan. Kalau kamu bisa makan sambal puedesss, kamu ga akan takut sakit hati karena cinta. Kamu akan kuat saat merasa sakit atau patah hati". Kupikir itu lelucon paling tidak masuk akal yang ada di dunia.
Kami menjalani hari - hari seperti dulu. Tidak, lebih baik dari waktu yang telah berlalu. Dia menjadi sosok yang penuh kebahagiaan. Matanya berbinar - binar saat bercerita apapun yang dia alami hari ini atau kemarin. Aku tidak pernah bosan menatap matanya yang tajam namun meneduhkan hati. Kami seperti sebuah kotak yang berisikan helai - helai cerita rahasia. Kami menjadi tempat sampah satu sama lain soal apapun. Kami mampu merasakan satu sama lain meskipun kami tidak sedang berdekatan.
Suatu hari perutku sakit karena menstruasi. Dia mengantarku ke ruang UKS agar bisa beristirahat. Temanku yang berjaga di UKS menanyakan soal hubunganku dengan dia.
"Wahh tambah dekat saja kamu dengannya. Sudah menyatakan cinta belum ?" Wati bertanya sembari memeriksa keadaanku.
"Ahh kau ini.. Kami cuma berteman."Jawabku tersipu
"Masak sih... kayaknya kalian lebih dari teman deh.. Hati - hati, agama kalian berbeda. Jangan sampai kamu patah hati karena perbedaan agama" Wati berlalu meninggalkanku untuk beristirahat.
Aku gelisah, gundah. Mataku terpejam tapi otakku terus memutar kembali rekaman nasehat dari Wati.
______________________________________________________________________
Pagi ini dimulai seperti pagiku biasanya. Aku melangkah dengan santai menuju kelasku. Ketika hampir memasuki kelas aku mendengar suara anak - anak dikelas begitu ramai dan bergemuruh. Aku membuka pintu dan uppss... hampir saja aku berciuman dengan Aris. Kami kaget setengah mati. Kami termenung sejenak hingga aku memutuskan untuk cepat - cepat masuk kelas.
Baru saja aku duduk di tempatku, Idah mendekatiku diam - diam. Dia duduk di sebelahku dan berbisik "Aris nembak Theresia. Diterima." Ohhh tidakk.. seketika itu jantungku mau meledak. Air mataku hampir saja meleleh jika saja Idah tidak menarikku keluar kelas. Aku mengatur pernapasanku. Aku berjalan mondar - mandir agar tidak menangis.
Idah menarikku ke ruang UKS. Dia memberiku air minum agar aku lebih tenang. Pikiran dan perasaanku kacau. Aku bingung. Aku merasa sangat sangat sangat sedih, aku ingin menangis sekencangnya tapi aku tetap tidak bisa mengeluarkan air mata. Dada ini terasa sesak. Aku memejamkan mata, berdoa pada Allah agar Dia menguatkan aku. Saat aku membuka mata, aku masih merasakan kesedihan tapi ada satu tempat jauh di lubuk hati aku merasa lega. Aku tidak tahu mengapa.
Aris mencariku ke sekeliling kelas. Dia bertanya pada anak - anak yang lain tapi tak berhasil. Dia berputar - putar hingga melihat sepatuku di depan UKS. Dia menemuiku. Dia duduk di ranjang UKS tempat aku beristirahat. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya. Genggaman tangannya membuatku merasa nyaman dan hangat.
"Aku minta maaf padamu. Aku tidak menceritakan hal ini kepadamu sebelumnya. Aku tahu aku salah. Harusnya aku tidak pernah menyembunyikan apapun padamu. Kamu seperti separuh jiwaku." Aris terus menggenggam tanganku erat - erat. Aku bangkit dari tidurku dan duduk berhadapan dengannya di atas ranjang UKS.
"Aku kecewa kamu merahasiakan ini dariku. Aku pikir aku berarti bagimu. Aku menyayangimu dan mungkin lebih dari sekedar temanmu. Tapi, kupikir ini adalah yang terbaik. Kamu menyukai seseorang yang seiman denganmu karena penghalang diantara kita terlalu berat, agama." Aku menghentikan ucapanku, mengatur napas agar aku tetap tenang menghadapinya.
"Aku bahagia menjadi seseorang yang selalu berada di sampingmu baik sedih maupun senang. Aku ingin kita terus menjadi sahabat seperti sedia kala. Jangan pernah berubah. Aku bahagia kamu menemukan semangat hidupmu" Aku menggenggam tanganya dan menatap matanya dalam - dalam.
_______________________________________________________________________
Tahun ketiga kami berada di kelas yang berbeda. Dia sekelas dengan pacarnya. Aku pikir kami akan baik - baik saja seperti sedia kala. Hmmm... sulit rupanya. Tanpa disadari kami mulai menjaga jarak. Kami pun jarang bertemu. Kami hanya saling memandang dari jauh tanpa mengucap kata apapun. Hingga saat - saat terakhir kami di SMA.
Upacara pelepasan siswa berjalan dengan khidmat. Lagu - lagu kebangsaan mengalun merdu diiringi piano klasik milik sekolah. Setelah upacara, kami para murid kelas tiga diberi kebebasan untuk saling mengucapkan kata perpisahan. Tak sengaja aku berhadapan dengan Aris dalam jarak dekat. Lagi - lagi hampir saja kami berciuman. Kami saling memandang mata masing - masing. Dia menggenggam tanganku. Aku menjadi salah tingkah karena agak jauh dari kami ada pacarnya yang sedang memandangi kami. Dia seakan tak peduli. Dia lebih mendekatkan badannya dan berkata
"Maaf selama ini aku membuatmu dalam keadaan yang sulit. Akupun juga begitu. Kita berbeda agama, oleh karena itu tidak ada harapan bagi kita untuk bersatu. Sebentar lagi kita akan melanjutkan hidup kita dan mungkin ga bisa bertemu lagi. Aku ingin kamu tahu kalau selama ini aku menyukai kamu".
2nd
Armaditya... Seperti nama Yunani.. Terdengar penuh kharisma. Dia maju
ke depan podium dengan penuh percaya diri. Dia mulai memetik senar
gitar coklat kesayangannya. Alunan musik merdu membahana ke seluruh
ruang aula sebuah sekolah SMP.
Denting piano.. kala jemari menari..
Nada merambat pelan...
Di kesunyian malam...
Saat datang rintik hujan...
Bersama setiap bayang...
Yang pernah terlupakan...
Suara anak kelas 3 SMP itu sangat matang. Para audien yang saat itu menyaksikan geladi bersih terpukau sambil berlinang air mata. Penampilannya sangat menyentuh penonton, termasuk aku.
Armaditya adalah teman sekelasku di kelas 1 SMP. Seingatku, dia dulu sama sekali tidak menarik. Di semua mata pelajaran dia ketinggalan kecuali olahraga & seni, dia selalu memuaku guru - guruku. Takdir menyatukan kami kembali di kelas 3 SMP. Dia kembali duduk di belakang bangkuku. Dia senang sekali kami bisa sekelas.
Kami saling membantu dalam pelajaran. Untuk pelajaran akademik, aku membantunya memahami apa yang sudah dijelaskan di kelas. Sebaliknya, dia mengajariku bermain gitar, melukis & olahraga. Armaditya sangat suka basket, melebihi pelajaran apapun di sekolah. Dia tergabung dalam tim basket sekolahku. Berbagai even & pertandingan dia ikuti bersama tim sekolah.
Setiap latihan, aku selalu menunggunya di pinggir lapangan sambil menyiapkan minum. Setelah selesai, dia akan selalu menghampiriku untuk bersandar di belakangku. Sejenak.. melepaskan lelahnya. Aku menyayanginya sebagai seorang sahabat baik. Tak lebih...
Pentas akhir tahun ajaran senior akan berlangsung tiga hari lagi. Armaditya akan menunjukkan bakatnya dalam bermain musik. Ia dan bandnya akan menyanyikan 3 lagu dalam pentas itu. Selain itu, dia juga bermain solo menyanyikan lagu ciptaan Iwan Fals secara akustik. Tahun senior kami merupakan tahun populer bagi Armaditya. Banyak sekali siswi kelas 1 - 3 yang mengidolakan dia. Aku pun juga begitu secara diam - diam. Aku menyukainya dengan sangat.
Aku tidak tahu mengapa aku bisa menyukainya padahal kami jauh berbeda. Dia sangat gaul & populer sedangkan aku sama sekali tidak populer. Dia sangat metroseksual & aku sangat tidak suka berdandan bahkan terkenal tomboy. Dia sangat lembut & romantis sedangkan aku cuek. Dia sangat tidak menyukai bidang akademik namun aku malah sangat menyukai ilmu pasti. Kami seperti kutub utara & selatan.
H-2 dari waktu pentas. Aku berlari dengan penuh emosi sambil menggenggam tasku erat - erat. Di kejauhan aku melihat gerombolan siswa dari sekolahku & sekolah wilayah tetangga. Mereka terlihat adu mulut sampai urat - urat terlihat jelas. Aku sampai diantara siswa - siswa dari sekolahku. Aku mendengar teriakan memaki dari siswa sekolah tetangga. Aku marah, segera saja aku lemparkan kayu itu ke badannya. Dia meringis kesakitan. Para temannya tidak terima lalu berhamburan memukuli siapa saja yang dilihatnya. Teman - temanku juga ikut memukuli lawannya. Kami terlibat dalam tawuran antar pelajar.
Tiba - tiba ada tangan yang menarikku keluar dari kerumunan. Dia menggandeng erat tanganku meskipun aku berontak. Hampir saja aku menghantam muka orang itu jika saja aku tidak menyadari orang itu adalah Armaditya. Sontak saja aku kaget & diam seketika. Aku menurut keluar dari kerumunan itu, berjalan dengan cepat ke arah pinggir lapangan perumahan. Dia memarahiku habis - habisan seperti ayah memarahi anaknya. Aku menangis bukan karena sakit terkena pukul tapi aku menangis karena aku membuatnya marah hingga membentakku.
Armaditya tersadar dari amarahnya. Dia menarikku duduk di trotoar. Dia mengahpus air mataku dan meminta maaf. Aku terisak - isak. Dia memberikan jaketnya padaku agar seragamku tidak bertambah kotor. Kami pulang tanpa kata apapun di sepanjang jalan.
Malam itu aku terjaga hingga keesokan harinya. Sepanjang malam yang kupikirkan hanya Armaditya. Saat aku memejamkan mata, terlintas kenangan - kenangan tentangnya. Mungkin, aku jatuh cinta padanya.
H-1 dari waktu pentas. Guru - guru kami bertepuk tangan karena Armaditya berhasil menyelesaikan geladi bersihnya dengan sempurna. Aku berdecak kagum padanya. Dia melihatku sambil tersenyum puas, mengisyaratkan kebanggaan pada dirinya. Seusai geladi bersih, kami menghabiskan sore di warung es juice depan sekolah. Seperti biasa, dia membelikanku roti bakar keju dan jus alpukat. Aku merasakan sesuatu yang hangat merasuk dalam hatiku. Aku ingin mengungkapkannya besok setelah acara pentas seni.
Sore itu ruang aula SMP terasa penuh sesak oleh para siswa, guru, orang tua & undangan pejabat - pejabat penting. Berbagai atraksi seni ditampilkan oleh siswa - siswa senior. Pujian & tepuk tangan silih berganti datang dari para penonton pentas akhir tahun.
Kini tiba saatnya persembahan utama sekaligus terakhir dari siswa kelas 3. Armaditya melangkah ke atas podium dengan mantap. Para siswi memandangnya tanpa berkedip, Armaditya memang sangat keren. Dia mengenakan jas hitam dipadu dengan celana jins plus sepatu kets membuatnya tampak seperti seorang laki - laki dewasa yang mempesona.Armaditya mulai melantunkan lagu denting piano diiringi oleh permainan gitar solonya yang lembut. Dia menjadi bintang utama dalam pertunjukan akhir tahun.
Setelah menaruh gitar di belakang panggung, dia menghampiriku. Aku tak menyangka dia akan melakukannya karena sudah banyak fans - fans cewek yang menunggunya. Aku senang sekali dia tidak melupakanku dibalik kesuksesannya.
"Ikutlah denganku, pergi dari sini, ke suatu tempat." tanpa meminta persetujuanku, dia menggandeng tanganku dengan langkah cepat. Hatiku tak karuan, dag dig dug tak menentu. Seperti inikah rasanya akan ditembak seorang cowok idola sekolah. Woww.. aku menebak - nebak apa yang akan dia lakukan dengan setangkai mawar di genggaman tangan satunya. Aku pun mengikuti langkahnya.
Di taman belakang sekolah, cahaya redup berwarna kuning keemasan. Dia menyuruhku duduk di sebelahnya, kami dekat sekali. Dia menggenggam tanganku. Menatap mataku dalam - dalam tanpa berkedip. Dia terlihat seperti mau mengungkapkan sesuatu namun tertahan. Ahh sungguh tambah cool..
"Selama ini.. aku menyukai seorang cewek di sekolah kita. Dia unik, pintar, menarik. Benar - benar membuatku selalu memikirkannya. Aku ingin menjadi pelindungnya dan membahagiakannya. Menurutmu, apakah aku bisa ?" tanya Armaditya
"Ohh ya tentu saja kau bisa. Pasti kamu bisa". jawabku senang.
"Kau tau siapa orangnya ?" tanya Armaditya lagi
"Siapa ?" tanyaku penuh harap bahwa orang itu adalah aku
"Aku mengenalnya sejak kelas 1, aku selalu melihatnya setiap hari. Cewek itu adalah Ayik." jelas Armaditya.
"Aku sangat menyukainya. Aku mohon padamu tolonglah aku memberikan bunga & surat cintaku padanya." pinta Armaditya
Tidaaakkkkk.... jeritku dalam hati.
Aku segera berlari sekencang - kencangnya meninggalkan Armaditya yang terpaku bingung. Stik drum yang ada dalam tasku kubuang begitu saja di tempat sampah. Hadiah itu sia - sia saja. Seperti perasaanku selama ini kepadanya. (Sinz)
Denting piano.. kala jemari menari..
Nada merambat pelan...
Di kesunyian malam...
Saat datang rintik hujan...
Bersama setiap bayang...
Yang pernah terlupakan...
Suara anak kelas 3 SMP itu sangat matang. Para audien yang saat itu menyaksikan geladi bersih terpukau sambil berlinang air mata. Penampilannya sangat menyentuh penonton, termasuk aku.
Armaditya adalah teman sekelasku di kelas 1 SMP. Seingatku, dia dulu sama sekali tidak menarik. Di semua mata pelajaran dia ketinggalan kecuali olahraga & seni, dia selalu memuaku guru - guruku. Takdir menyatukan kami kembali di kelas 3 SMP. Dia kembali duduk di belakang bangkuku. Dia senang sekali kami bisa sekelas.
Kami saling membantu dalam pelajaran. Untuk pelajaran akademik, aku membantunya memahami apa yang sudah dijelaskan di kelas. Sebaliknya, dia mengajariku bermain gitar, melukis & olahraga. Armaditya sangat suka basket, melebihi pelajaran apapun di sekolah. Dia tergabung dalam tim basket sekolahku. Berbagai even & pertandingan dia ikuti bersama tim sekolah.
Setiap latihan, aku selalu menunggunya di pinggir lapangan sambil menyiapkan minum. Setelah selesai, dia akan selalu menghampiriku untuk bersandar di belakangku. Sejenak.. melepaskan lelahnya. Aku menyayanginya sebagai seorang sahabat baik. Tak lebih...
Pentas akhir tahun ajaran senior akan berlangsung tiga hari lagi. Armaditya akan menunjukkan bakatnya dalam bermain musik. Ia dan bandnya akan menyanyikan 3 lagu dalam pentas itu. Selain itu, dia juga bermain solo menyanyikan lagu ciptaan Iwan Fals secara akustik. Tahun senior kami merupakan tahun populer bagi Armaditya. Banyak sekali siswi kelas 1 - 3 yang mengidolakan dia. Aku pun juga begitu secara diam - diam. Aku menyukainya dengan sangat.
Aku tidak tahu mengapa aku bisa menyukainya padahal kami jauh berbeda. Dia sangat gaul & populer sedangkan aku sama sekali tidak populer. Dia sangat metroseksual & aku sangat tidak suka berdandan bahkan terkenal tomboy. Dia sangat lembut & romantis sedangkan aku cuek. Dia sangat tidak menyukai bidang akademik namun aku malah sangat menyukai ilmu pasti. Kami seperti kutub utara & selatan.
H-2 dari waktu pentas. Aku berlari dengan penuh emosi sambil menggenggam tasku erat - erat. Di kejauhan aku melihat gerombolan siswa dari sekolahku & sekolah wilayah tetangga. Mereka terlihat adu mulut sampai urat - urat terlihat jelas. Aku sampai diantara siswa - siswa dari sekolahku. Aku mendengar teriakan memaki dari siswa sekolah tetangga. Aku marah, segera saja aku lemparkan kayu itu ke badannya. Dia meringis kesakitan. Para temannya tidak terima lalu berhamburan memukuli siapa saja yang dilihatnya. Teman - temanku juga ikut memukuli lawannya. Kami terlibat dalam tawuran antar pelajar.
Tiba - tiba ada tangan yang menarikku keluar dari kerumunan. Dia menggandeng erat tanganku meskipun aku berontak. Hampir saja aku menghantam muka orang itu jika saja aku tidak menyadari orang itu adalah Armaditya. Sontak saja aku kaget & diam seketika. Aku menurut keluar dari kerumunan itu, berjalan dengan cepat ke arah pinggir lapangan perumahan. Dia memarahiku habis - habisan seperti ayah memarahi anaknya. Aku menangis bukan karena sakit terkena pukul tapi aku menangis karena aku membuatnya marah hingga membentakku.
Armaditya tersadar dari amarahnya. Dia menarikku duduk di trotoar. Dia mengahpus air mataku dan meminta maaf. Aku terisak - isak. Dia memberikan jaketnya padaku agar seragamku tidak bertambah kotor. Kami pulang tanpa kata apapun di sepanjang jalan.
Malam itu aku terjaga hingga keesokan harinya. Sepanjang malam yang kupikirkan hanya Armaditya. Saat aku memejamkan mata, terlintas kenangan - kenangan tentangnya. Mungkin, aku jatuh cinta padanya.
H-1 dari waktu pentas. Guru - guru kami bertepuk tangan karena Armaditya berhasil menyelesaikan geladi bersihnya dengan sempurna. Aku berdecak kagum padanya. Dia melihatku sambil tersenyum puas, mengisyaratkan kebanggaan pada dirinya. Seusai geladi bersih, kami menghabiskan sore di warung es juice depan sekolah. Seperti biasa, dia membelikanku roti bakar keju dan jus alpukat. Aku merasakan sesuatu yang hangat merasuk dalam hatiku. Aku ingin mengungkapkannya besok setelah acara pentas seni.
Sore itu ruang aula SMP terasa penuh sesak oleh para siswa, guru, orang tua & undangan pejabat - pejabat penting. Berbagai atraksi seni ditampilkan oleh siswa - siswa senior. Pujian & tepuk tangan silih berganti datang dari para penonton pentas akhir tahun.
Kini tiba saatnya persembahan utama sekaligus terakhir dari siswa kelas 3. Armaditya melangkah ke atas podium dengan mantap. Para siswi memandangnya tanpa berkedip, Armaditya memang sangat keren. Dia mengenakan jas hitam dipadu dengan celana jins plus sepatu kets membuatnya tampak seperti seorang laki - laki dewasa yang mempesona.Armaditya mulai melantunkan lagu denting piano diiringi oleh permainan gitar solonya yang lembut. Dia menjadi bintang utama dalam pertunjukan akhir tahun.
Setelah menaruh gitar di belakang panggung, dia menghampiriku. Aku tak menyangka dia akan melakukannya karena sudah banyak fans - fans cewek yang menunggunya. Aku senang sekali dia tidak melupakanku dibalik kesuksesannya.
"Ikutlah denganku, pergi dari sini, ke suatu tempat." tanpa meminta persetujuanku, dia menggandeng tanganku dengan langkah cepat. Hatiku tak karuan, dag dig dug tak menentu. Seperti inikah rasanya akan ditembak seorang cowok idola sekolah. Woww.. aku menebak - nebak apa yang akan dia lakukan dengan setangkai mawar di genggaman tangan satunya. Aku pun mengikuti langkahnya.
Di taman belakang sekolah, cahaya redup berwarna kuning keemasan. Dia menyuruhku duduk di sebelahnya, kami dekat sekali. Dia menggenggam tanganku. Menatap mataku dalam - dalam tanpa berkedip. Dia terlihat seperti mau mengungkapkan sesuatu namun tertahan. Ahh sungguh tambah cool..
"Selama ini.. aku menyukai seorang cewek di sekolah kita. Dia unik, pintar, menarik. Benar - benar membuatku selalu memikirkannya. Aku ingin menjadi pelindungnya dan membahagiakannya. Menurutmu, apakah aku bisa ?" tanya Armaditya
"Ohh ya tentu saja kau bisa. Pasti kamu bisa". jawabku senang.
"Kau tau siapa orangnya ?" tanya Armaditya lagi
"Siapa ?" tanyaku penuh harap bahwa orang itu adalah aku
"Aku mengenalnya sejak kelas 1, aku selalu melihatnya setiap hari. Cewek itu adalah Ayik." jelas Armaditya.
"Aku sangat menyukainya. Aku mohon padamu tolonglah aku memberikan bunga & surat cintaku padanya." pinta Armaditya
Tidaaakkkkk.... jeritku dalam hati.
Aku segera berlari sekencang - kencangnya meninggalkan Armaditya yang terpaku bingung. Stik drum yang ada dalam tasku kubuang begitu saja di tempat sampah. Hadiah itu sia - sia saja. Seperti perasaanku selama ini kepadanya. (Sinz)
1st
Namanya adalah Reza, keturunan Madura - Jawa. Berperawakan tinggi,
keren, & smart. Dia selalu menjadi juara & kebanggaan sekolah.
Reza sosok yang ceria, tegas namun lembut. Dia menjadi lelaki pertama
yang mengajarkanku mengenal kata jatuh hati.
Di sudut lapangan aku berdiri menatap megahnya gedung sekolahku yang baru. Saat itu aku baru saja naik ke kelas 4 dengan menggenggam peringkat 1. Mataku berputar - putar mengelilingi taman dan deretan kelas berwarna hijau muda. Aku merasa seperti ada di arena syuting sinetron karena gedung baru itu sangat - sangat cool.
Tak lama kemudian, kekagumanku terhenti. Aku memperhatikan segerombolan anak laki - laki bermain sepak bola di tengah lapangan. Tubuh mereka dipenuhi keringat namun mereka seakan tak peduli. Aku hampir melangkahkan kakiku meninggalkan mereka jika saja mataku tak bisa menangkap sosok anak lelaki yang sedang menendang bola ke arah gawang. Oh my gosh.. dia keren sekali. Perjumpaan itu pun membawa benih - benih suka dalam diriku.
Hari itu kulewatkan dengan konsentrasi belajar di kelas. Tiba - tiba seorang teman yang duduk sebangku denganku memanggil namaku. Tanpa menoleh aku menjawab panggilannya karena aku tahu suara itu adalah teman baikku, Riskiyanto. Dia menarik tanganku dan mengajakku keluar kelas. Hampir bete dibuatnya.
Aku mengikutinya keluar kelas dengan sebal dan malas. Aku tidak menyangka sudah ada seorang anak yang menunggu kami datang. Riskiyanto berkata "Kenalin, ini Reza, temenku. Dia kelas 6". Reza mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Akupun menjawab perkenalannya dengan menjabat tangannya sambil tersenyum. Itu saat pertama dalam hidupku menggenggam tangan laki - laki sambil menatap matanya.
Setiap hari aku menghabiskan waktu istirahat dengan Reza, riskiyanto & beberapa sahabat cowokku yang lain (aku cuma punya 1 sahabat cewek saat SD ^_^). Suatu hari kami diajak main ke rumah Reza. Aku tak menyangka bahwa rumahnya dekat dengan rumahku. Bahkan orang tua kami saling mengenal. Kami pun sering pulang sekolah bareng.
Saat itu hari Sabtu yang menggembirakan di sekolahku. Kami akan mengikuti kegiatan pramuka "Persami" (Perkemahan Sabtu Minggu). Reza menjadi seniorku. Aku termasuk salah satu peserta perkemahan itu. Saat acara bebas, aku bermain - main dengan Reza dan Riskiyanto. Dalam sekejap, Reza mengatakan kalau dia menyukaiku dan ingin jadi pacarku. Hatiku berdetak tidak karuan. Aku ingin menangis tapi aku juga ingin tertawa dan menari - nari. Itu saat pertama dalam hidupku merasa gugup dan speechless. Pertama kalinya ada laki - laki menyatakan rasa cinta untukku.
Sejak saat itu, kami resmi menjadi pacar. Setiap pagi dia menungguku lewat agar bisa pergi sekolah bersama. Kami menaiki sepeda masing - masing sambil bercerita & tertawa bahagia. Saat istirahat, dia membawakanku kue, minuman, & mainan yang dia beli dengan uang jajannya. Aku merasa seperti putri raja sedang dimanja pangerannya. Dia juga selalu menantiku keluar kelas dan mengantarku pulang samapi gang. Pertama kalinya aku merasakan indahnya pacaran.
Dia bernama Meliza. Cewek kelas 6 SD yang sangat cantik dan sering menjadi model sekolahku. Dia satu kelas dengan Reza dan merupakan tetangganya juga. Dia mengajakku berkenalan ketika aku menunggu jam les dimulai. Dia bertanya banyak sekali kepadaku. Aku yang masih naif menjawab apapun yang dia tanyakan, termasuk soal Reza.
Meliza anak yang ramah & pandai mengambil hati orang. Dia pintar sekali menjawab soal - soal di buku pelajaranku. Aku senang berteman dengannya apalagi dia mau mengajariku mata pelajaran yang susah aku kuasai. Hampir setiap pulang sekolah, Meliza menemaniku menunggu Reza selesai les. Dia baik sekali padaku, seperti mempunyai kakak perempuan saja.
Sore itu Reza menyuruhku pulang dulu karena dia ada les tambahan menjelang ebtanas (ujian akhir). Aku menurut saja. Aku mengambil sepedaku hendak mengayuh, ada suara memanggil dari tempat parkir. Oh, ternyata Meliza. Kami pulang bersama - sama. Sepanjang jalan dia bercerita soal Reza dan keluarganya Reza. Dia bercerita bahwa dia & Reza sudah berteman sejak TK. Apa yang Reza tahu & mau pasti dia juga tahu. Apa yang Reza rasakan dia juga akan bisa membacanya. Upppsss... kenapa aku jadi merasa sebal ya mendengar ceritanya. Jantungku rasanya seperti mau meledak. Aku mengayuh sepedaku lebih kencang agar aku tak mendengarnya lagi. Meliza mengayuh sepedanya juga hingga kami berhenti. Kemudian dia berkata "Sudah, putusin Reza. Kamu tidak pantas untuknya. Atau mulai besok, kamu akan tahu akibatnya". Woaooowww... kepalaku seperti dipukul dan dadaku seperti dihantam. Hmmm... saat pertama aku merasa cemburu.
Esok paginya, Reza tidak masuk sekolah karena sakit. Aku bersepeda sendiri ke sekolah. Di tengah jalan aku bertemu Meliza dan gengnya. Dia merapat ke arahku hingga setirnya mengenai tanganku. Sepedaku oleng namun aku masih sanggup mempertahankan keseimbangan. Sepedaku masih tetap berjalan. Temannya menubruk ban belakangku. Seorang temannya berbelok ke depan sepedaku kemudian mengerem. Saat itu aku benar - benar kehilangan keseimbangan. Aku terjatuh. Aku menangis terisak karena telapak tanganku berdarah kena pasir & batu. Itu saat pertama aku merasa benci dengan cewek lain yang suka dengan pacarku.
Kejadian itu diketahui juga oleh Reza. Dia minta maaf padaku. Dia membawakanku es krim coklat. Aku senang sekali menerimanya. Aku tak pernah menyalahkan Reza atas semua perbuatan Meliza. Aku merasa nyaman ada di samping Reza. Dia menyuruhku menunggunya seusai pulang sekolah, di taman sekolah.
Sore itu aku merapikan rambutku. Bergegas aku duduk menunggu Reza di taman sekolah. Tentu saja ditemani Riskiyanto, sahabatku. Tak lama kemudian, dia datang. Riskiyanto pergi ke kantin membelikan kami kue & minuman. Dia duduk di sebelahku. Aku gugup tak karuan. Senang bercampur takut ketahuan oleh guru. Dia menatap mataku dengan sedih. Aku bingung. Akhirnya Reza berkata "Sebentar lagi aku ebtanas & lulus. Kita putus saja. Aku ga ingin terlalu sedih saat berpisah karena aku lulus. Aku juga ga ingin kamu disakiti lagi oleh teman - temanku," Aku tercengang. Diapun hanya berlalu meninggalkanku. Itu saat pertama aku merasakan patah hati. (sinz)
Di sudut lapangan aku berdiri menatap megahnya gedung sekolahku yang baru. Saat itu aku baru saja naik ke kelas 4 dengan menggenggam peringkat 1. Mataku berputar - putar mengelilingi taman dan deretan kelas berwarna hijau muda. Aku merasa seperti ada di arena syuting sinetron karena gedung baru itu sangat - sangat cool.
Tak lama kemudian, kekagumanku terhenti. Aku memperhatikan segerombolan anak laki - laki bermain sepak bola di tengah lapangan. Tubuh mereka dipenuhi keringat namun mereka seakan tak peduli. Aku hampir melangkahkan kakiku meninggalkan mereka jika saja mataku tak bisa menangkap sosok anak lelaki yang sedang menendang bola ke arah gawang. Oh my gosh.. dia keren sekali. Perjumpaan itu pun membawa benih - benih suka dalam diriku.
Hari itu kulewatkan dengan konsentrasi belajar di kelas. Tiba - tiba seorang teman yang duduk sebangku denganku memanggil namaku. Tanpa menoleh aku menjawab panggilannya karena aku tahu suara itu adalah teman baikku, Riskiyanto. Dia menarik tanganku dan mengajakku keluar kelas. Hampir bete dibuatnya.
Aku mengikutinya keluar kelas dengan sebal dan malas. Aku tidak menyangka sudah ada seorang anak yang menunggu kami datang. Riskiyanto berkata "Kenalin, ini Reza, temenku. Dia kelas 6". Reza mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Akupun menjawab perkenalannya dengan menjabat tangannya sambil tersenyum. Itu saat pertama dalam hidupku menggenggam tangan laki - laki sambil menatap matanya.
Setiap hari aku menghabiskan waktu istirahat dengan Reza, riskiyanto & beberapa sahabat cowokku yang lain (aku cuma punya 1 sahabat cewek saat SD ^_^). Suatu hari kami diajak main ke rumah Reza. Aku tak menyangka bahwa rumahnya dekat dengan rumahku. Bahkan orang tua kami saling mengenal. Kami pun sering pulang sekolah bareng.
Saat itu hari Sabtu yang menggembirakan di sekolahku. Kami akan mengikuti kegiatan pramuka "Persami" (Perkemahan Sabtu Minggu). Reza menjadi seniorku. Aku termasuk salah satu peserta perkemahan itu. Saat acara bebas, aku bermain - main dengan Reza dan Riskiyanto. Dalam sekejap, Reza mengatakan kalau dia menyukaiku dan ingin jadi pacarku. Hatiku berdetak tidak karuan. Aku ingin menangis tapi aku juga ingin tertawa dan menari - nari. Itu saat pertama dalam hidupku merasa gugup dan speechless. Pertama kalinya ada laki - laki menyatakan rasa cinta untukku.
Sejak saat itu, kami resmi menjadi pacar. Setiap pagi dia menungguku lewat agar bisa pergi sekolah bersama. Kami menaiki sepeda masing - masing sambil bercerita & tertawa bahagia. Saat istirahat, dia membawakanku kue, minuman, & mainan yang dia beli dengan uang jajannya. Aku merasa seperti putri raja sedang dimanja pangerannya. Dia juga selalu menantiku keluar kelas dan mengantarku pulang samapi gang. Pertama kalinya aku merasakan indahnya pacaran.
Dia bernama Meliza. Cewek kelas 6 SD yang sangat cantik dan sering menjadi model sekolahku. Dia satu kelas dengan Reza dan merupakan tetangganya juga. Dia mengajakku berkenalan ketika aku menunggu jam les dimulai. Dia bertanya banyak sekali kepadaku. Aku yang masih naif menjawab apapun yang dia tanyakan, termasuk soal Reza.
Meliza anak yang ramah & pandai mengambil hati orang. Dia pintar sekali menjawab soal - soal di buku pelajaranku. Aku senang berteman dengannya apalagi dia mau mengajariku mata pelajaran yang susah aku kuasai. Hampir setiap pulang sekolah, Meliza menemaniku menunggu Reza selesai les. Dia baik sekali padaku, seperti mempunyai kakak perempuan saja.
Sore itu Reza menyuruhku pulang dulu karena dia ada les tambahan menjelang ebtanas (ujian akhir). Aku menurut saja. Aku mengambil sepedaku hendak mengayuh, ada suara memanggil dari tempat parkir. Oh, ternyata Meliza. Kami pulang bersama - sama. Sepanjang jalan dia bercerita soal Reza dan keluarganya Reza. Dia bercerita bahwa dia & Reza sudah berteman sejak TK. Apa yang Reza tahu & mau pasti dia juga tahu. Apa yang Reza rasakan dia juga akan bisa membacanya. Upppsss... kenapa aku jadi merasa sebal ya mendengar ceritanya. Jantungku rasanya seperti mau meledak. Aku mengayuh sepedaku lebih kencang agar aku tak mendengarnya lagi. Meliza mengayuh sepedanya juga hingga kami berhenti. Kemudian dia berkata "Sudah, putusin Reza. Kamu tidak pantas untuknya. Atau mulai besok, kamu akan tahu akibatnya". Woaooowww... kepalaku seperti dipukul dan dadaku seperti dihantam. Hmmm... saat pertama aku merasa cemburu.
Esok paginya, Reza tidak masuk sekolah karena sakit. Aku bersepeda sendiri ke sekolah. Di tengah jalan aku bertemu Meliza dan gengnya. Dia merapat ke arahku hingga setirnya mengenai tanganku. Sepedaku oleng namun aku masih sanggup mempertahankan keseimbangan. Sepedaku masih tetap berjalan. Temannya menubruk ban belakangku. Seorang temannya berbelok ke depan sepedaku kemudian mengerem. Saat itu aku benar - benar kehilangan keseimbangan. Aku terjatuh. Aku menangis terisak karena telapak tanganku berdarah kena pasir & batu. Itu saat pertama aku merasa benci dengan cewek lain yang suka dengan pacarku.
Kejadian itu diketahui juga oleh Reza. Dia minta maaf padaku. Dia membawakanku es krim coklat. Aku senang sekali menerimanya. Aku tak pernah menyalahkan Reza atas semua perbuatan Meliza. Aku merasa nyaman ada di samping Reza. Dia menyuruhku menunggunya seusai pulang sekolah, di taman sekolah.
Sore itu aku merapikan rambutku. Bergegas aku duduk menunggu Reza di taman sekolah. Tentu saja ditemani Riskiyanto, sahabatku. Tak lama kemudian, dia datang. Riskiyanto pergi ke kantin membelikan kami kue & minuman. Dia duduk di sebelahku. Aku gugup tak karuan. Senang bercampur takut ketahuan oleh guru. Dia menatap mataku dengan sedih. Aku bingung. Akhirnya Reza berkata "Sebentar lagi aku ebtanas & lulus. Kita putus saja. Aku ga ingin terlalu sedih saat berpisah karena aku lulus. Aku juga ga ingin kamu disakiti lagi oleh teman - temanku," Aku tercengang. Diapun hanya berlalu meninggalkanku. Itu saat pertama aku merasakan patah hati. (sinz)
Kamis, 23 Mei 2013
It used to be called "Friendship"
Ada satu masa berharga di dalam hidup yang saya jalani. Dan sampai kapanpun, saya tidak akan pernah melupakan masa itu. Until the end of time.. Ini masa tentang waktu yang saya jalani bersama Erna..
Saya sudah lupa sejak kapan saya mengenal Erna. Mungkin kedua ibu kami yang mempertemukan kami. Yang saya ingat, saya mengenal dia sejak sebelum merasakan Taman Kanak-kanak. Saya hanya ingat dialah satu - satunya teman perempuan yang saya miliki kala itu.Sekiranya umur Erna dan saya hampir sama, mungkin lebih tua dia satu tahun.
Rumahnya tepat di depan rumah saya. Keluarganya tinggal di rumah kontrakan kecil yang berisi satu kamar tidur dan satu ruang tamu. Kamar mandi dan dapurnya terletak di luar menjadi satu fasilitas umum bagi beberapa penghuni kos. Bagaimanapun itu tak menjadikan saya enggan bertamu ke rumahnya. Malah sebaliknya, hampir setiap siang saya menghabiskan waktu menjadi anak kedua dari orang tua Erna.
Orang tua saya bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu saya menjadi juru masak di salah satu katering terbesar di Surabaya. Tidak ada yang meragukan kemampuan memasak ibu saya. Ayah saya pekerja proyek instalasi listrik bandara, pelabuhan, pabrik dsb. Sama seperti ibu saya, tak ada yang meragukan hasil instalasi ayah saya. Sayangnya, saya lah yang sering meragukan kasih sayang mereka. Nenek adalah orang yang selalu ada untuk mengasuh saya, memberi apapun yang saya mau, memeluk saya ketika saya merasa sepi. Hmm.. ironis...
Masa itu adalah masa yang selalu saya ingat dalam hidup. Masa bersekolah TK. Belum genap 5 tahun ketika saya melarikan diri dari rumah. Diam - diam pergi ke sekolah TK dengan bersepatu tanpa membawa buku atau apapun. Saya selalu meminta ikut pergi ke sekolah bersama Erna. Orang tuanya tak pernah keberatan mengajak saya. Selama di sekolah ibunya memperhatikan saya juga.
Mungkin para guru itu tak percaya dengan saya. Saya dianggap masih terlalu kecil untuk memahami pelajaran mereka. Saya diberi bangku di pojok belakang kelas. Saya tak pernah menjadi siswa urutan pertama yang diberi mainan atau alat berhitung. Setelah semua siswa sudah selesai mencoba puzle, lego, mainan kayu-kayuan, barulah satu persatu alat - alat tersebut dipinjamkan ke saya.
Erna selalu membantu saya memainkan mereka. Dia selalu duduk satu meja dengan saya. Dia tak peduli meskipun harus duduk di belakang, jauh dari papan tulis. Kadang - kadang saya merasa lucu padanya. Padahal dia yang selalu mengajarkan pelajaran baru kepada saya namun seringkali dia malah tak tahu apa yang barusan dijelaskan oleh guru kami. Jika itu terjadi, giliran saya yang menjelaskan kepadanya.
Saya tak pernah mengerti bagaimana cara kerja otak saya. Saya bermain ketika para ibu guru kami, Bu Fat, Bu Mia & Bu Ina, menjelaskan sesuatu. Namun saya merasa mengerti saja tentang semua yang mereka jelaskan. Kadang saya merasa kasihan pada Erna. Dia selalu tekun belajar namun sering kali masih kebingungan untuk menulis atau mencocokkan warna. Saya selalu diam dan pura - pura belum mengerti saat dia mulai frustasi ketika dia mengira dia yang paling bodoh. Saat itu saya bilang padanya kalau saya juga tak mengerti. Dia selalu tersenyum lega mengetahui bahwa dia bukan orang paling bodoh sedunia. :) lucu sekali jika saya berfikir tentang hal itu sekarang, konyol.. bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi orang paling bodoh sedunia hanya karena dia kesulitan menulis atau tak hafal lagu kebangsaan.
Setiap hari Jumat merupakan hari yang saya hindari. Hari Jumat hanya ada satu pelajaran yang harus kami ikuti sampai jam pulang sekolah. Pelajaran olahraga. Saya tidak suka jika harus lompat - lompat, lari - lari, senam dan jam bebas untuk bermain di lapangan. Para anak laki - laki selalu mendominasi area bermain. Pernah kami anak perempuan bermain "sepur - sepuran" lalu diganggu oleh murid laki - laki hingga salah satu dari murid perempuan menangis. Jika tidak salah ingat, namanya putri, murid perempuan tercantik menurut penilaian saya. Rambutnya lurus, panjang, hitam legam sepinggang.
Saya lebih suka duduk - duduk di halaman masjid ditemani Erna. Saya tahu dia sangat suka bermain - main dan olahraga namun dia lebih memilih menemani saya duduk jika saya sedang tidak mood bermain. Bagaimanapun matanya tak mungkin bisa berbohong. Dia mengawasi teman - teman kami bermain. Matanya berbinar ketika ada permainan yang menarik hatinya. Kemudian saya selalu berpura - pura ingin bermain kejar - kejaran. Kami ikut bermain dengan teman - teman yang lain.
Setiap pulang sekolah, kami selalu bermain bersama. Banyak sekali yang kami mainkan. Anak - anak yang sebaya kami di kampung semuanya laki - laki. Hanya aku dan Erna yang berjenis kelamin perempuan. Kami menikmati bermain bersama anak laki - laki. Kami bermain kelereng, lompat tali, "benteng-bentengan", lempar karet, "engkle", dll. Ketiak badan mulai lelah, aku mengajak dia bermain di rumah saya. Saya punya banyak barbie, alat - alat masak, mobil - mobilan, dll. Kadang - kadang dia juga tdur di rumah saya. Kami tidur siang di depan TV yang menyala menyiarkan acara anak - anak.
Saya ingat saat itu saya bermain ke rumahnya karena orang tua saya belum pulang kerja padahal hari sudah sore. Sampai maghrib pun kedua orang tua saya belum pulang. Saya tahu nenek saya khawatir. Beliau memanggil saya tapi saya tak menghiraukan. Saya sebal karena melihat kedua orang tua Erna selalu ada menemani dia belajar dan nonton TV. Ibunya menggoreng tahu untuk makan malam. Menunya sederhana, hanya nasi, tahu goreng dan kecap. Mereka makan lahap sekali sambil bercanda riang, Saya ingin menangis melihat mereka. Seingat saya, jarang sekali kedua orang tua saya bercanda seperti itu kepada saya. Saya ingin berontak, saya tak perlu menu makan macam - macam. Ayam, daging, telor, ikan laut, bahh... apalah arti semua itu jika orang - orang yang kamu inginkan tak ada. Saya tak menyentuh nasi itu sama sekali. Bukan saya tak mau, tapi saya tak sanggup untuk memakannya.
Tampaknya Erna tahu isi hati saya. Setelah mereka selesai makan, dia ambil nasi dan tahu goreng di piring. Dia duduk disamping saya. Kakinya ditekuk sebelah seperti sedang mengajak cangkruk. Dia kepalkan sedikit nasi di tangan. Dia menipu lambat - lambat nasi itu. Dia mencongkel sedikit tahu goreng. Saya kira dia mau nambah makan lagi. Ternyata dugaan saya salah. Dia sodorkan nasi itu kepada saya. Dia menyuruh saya makan meskipun dia tahu saya tak nafsu makan. Dia bilang kalau saya tak mau makan, dia akan sedih karena saya akan sakit. Dia juga bilang, kalau saya tak mau makan dia tak mau jadi teman saya lagi. Saya menoleh padanya. Mata saya berkaca - kaca. Saya membuka mulut untuk menerima makanan darinya. Dia menyuapi saya semua nasi yang ada di piring itu dengan sabar. Ahh.. saya berasa malu seperti anak bayi yang disuapi.
Begitulah kisah kami berlanjut setiap harinya. Kami seperti saudara saja. Bahkan, orang tua saya sudah menganggap Erna dan keluarganya merupakan bagian dari keluarga kami. Hingga peristiwa itu datang. Dan kehidupan kami tak akan pernah sama lagi..
Malam itu saya dipanggil oleh ibu saya. Tumben sekali ibuk memangku saya. Kami bercengkrama dan bercanda, hangat sekali.. saya suka.. Kemudian, ibuk bilang "Besok Erna dan keluarganya pindah ke Sragen, Jawa Tengah. Mereka kekurangan uang untuk sewa rumah lagi di Surabaya. Mereka akan pindah ke desa mbahnya Erna". GILA !!! bagaimana mungkin dalam waktu kurang dari 24 jam saya akan kehilangan teman saya. Teman perempuan saya satu - satunya di kampung ini. Saya marah, marah sekali. Bagaimana bisa kami akan berpisah tanpa persiapan. Setidaknya perlu ada waktu untuk saling bertukar barang - barang kenangan atau menulis kesan dan pesan di buku diari masing - masing. Ohh tidakkkk.. ini seperti sebuah mimpi buruk.
Saya berlari ke rumah Erna. Disana tampak kedua orang tuanya sudah mem-pack barang - barang mereka. Rumah mereka sudah bersih. Ayah Erna menyuruh saya masuk. Saya diberi es krim yang baru mereka beli untuk Erna. Mereka sengaja membeli 2 untuk diberikan kepada saya juga. Saya dan Erna menangis entah kenapa. Kami saling berpelukan tanpa berkata - kata. Kami tak sempat membeli barang sebagai kenang - kenangan. Dia mengambil buku diarinya dan saya diminta untuk mencoretkan sesuatu disana. Saya menggambar sesuatu, entahlah bagaimana bentuknya yang pasti saya berniat menggambarkan saya dan Erna sebagai dua sahabat. Dia berterima kasih kepada saya karena saya mau menjadi temannya. Saya memang tak pandai berkata - kata dalam keadaan emosional. Saya hanya mengagguk dan diam sambil terisak.
Saya pulang dengan mata sembab. Ibuk saya memeluk dan menidurkan saya. Esok paginya saya ikut mengantarkan Erna dan keluarganya pergi. Kami berpisah di ujung gang. Mereka menaiki angguna ke stasiun. Untuk terakhir kalinya saya berpelukan dengannya. Untuk terakhir kali saya mencium tangan kedua orang tuanya. Kami yang saat itu masih kecil tak pernah tahu alamat tujuan kepindahan mereka. Hanya lambaian tangan mereka yang mengiringi pandangan saya melepas semua hari - hari indah bersama mereka. Entah.. esok atau kapan, semoga kami dipertemukan kembali oleh Sang Kuasa..
Saya sudah lupa sejak kapan saya mengenal Erna. Mungkin kedua ibu kami yang mempertemukan kami. Yang saya ingat, saya mengenal dia sejak sebelum merasakan Taman Kanak-kanak. Saya hanya ingat dialah satu - satunya teman perempuan yang saya miliki kala itu.Sekiranya umur Erna dan saya hampir sama, mungkin lebih tua dia satu tahun.
Rumahnya tepat di depan rumah saya. Keluarganya tinggal di rumah kontrakan kecil yang berisi satu kamar tidur dan satu ruang tamu. Kamar mandi dan dapurnya terletak di luar menjadi satu fasilitas umum bagi beberapa penghuni kos. Bagaimanapun itu tak menjadikan saya enggan bertamu ke rumahnya. Malah sebaliknya, hampir setiap siang saya menghabiskan waktu menjadi anak kedua dari orang tua Erna.
Orang tua saya bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu saya menjadi juru masak di salah satu katering terbesar di Surabaya. Tidak ada yang meragukan kemampuan memasak ibu saya. Ayah saya pekerja proyek instalasi listrik bandara, pelabuhan, pabrik dsb. Sama seperti ibu saya, tak ada yang meragukan hasil instalasi ayah saya. Sayangnya, saya lah yang sering meragukan kasih sayang mereka. Nenek adalah orang yang selalu ada untuk mengasuh saya, memberi apapun yang saya mau, memeluk saya ketika saya merasa sepi. Hmm.. ironis...
Masa itu adalah masa yang selalu saya ingat dalam hidup. Masa bersekolah TK. Belum genap 5 tahun ketika saya melarikan diri dari rumah. Diam - diam pergi ke sekolah TK dengan bersepatu tanpa membawa buku atau apapun. Saya selalu meminta ikut pergi ke sekolah bersama Erna. Orang tuanya tak pernah keberatan mengajak saya. Selama di sekolah ibunya memperhatikan saya juga.
Mungkin para guru itu tak percaya dengan saya. Saya dianggap masih terlalu kecil untuk memahami pelajaran mereka. Saya diberi bangku di pojok belakang kelas. Saya tak pernah menjadi siswa urutan pertama yang diberi mainan atau alat berhitung. Setelah semua siswa sudah selesai mencoba puzle, lego, mainan kayu-kayuan, barulah satu persatu alat - alat tersebut dipinjamkan ke saya.
Erna selalu membantu saya memainkan mereka. Dia selalu duduk satu meja dengan saya. Dia tak peduli meskipun harus duduk di belakang, jauh dari papan tulis. Kadang - kadang saya merasa lucu padanya. Padahal dia yang selalu mengajarkan pelajaran baru kepada saya namun seringkali dia malah tak tahu apa yang barusan dijelaskan oleh guru kami. Jika itu terjadi, giliran saya yang menjelaskan kepadanya.
Saya tak pernah mengerti bagaimana cara kerja otak saya. Saya bermain ketika para ibu guru kami, Bu Fat, Bu Mia & Bu Ina, menjelaskan sesuatu. Namun saya merasa mengerti saja tentang semua yang mereka jelaskan. Kadang saya merasa kasihan pada Erna. Dia selalu tekun belajar namun sering kali masih kebingungan untuk menulis atau mencocokkan warna. Saya selalu diam dan pura - pura belum mengerti saat dia mulai frustasi ketika dia mengira dia yang paling bodoh. Saat itu saya bilang padanya kalau saya juga tak mengerti. Dia selalu tersenyum lega mengetahui bahwa dia bukan orang paling bodoh sedunia. :) lucu sekali jika saya berfikir tentang hal itu sekarang, konyol.. bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi orang paling bodoh sedunia hanya karena dia kesulitan menulis atau tak hafal lagu kebangsaan.
Setiap hari Jumat merupakan hari yang saya hindari. Hari Jumat hanya ada satu pelajaran yang harus kami ikuti sampai jam pulang sekolah. Pelajaran olahraga. Saya tidak suka jika harus lompat - lompat, lari - lari, senam dan jam bebas untuk bermain di lapangan. Para anak laki - laki selalu mendominasi area bermain. Pernah kami anak perempuan bermain "sepur - sepuran" lalu diganggu oleh murid laki - laki hingga salah satu dari murid perempuan menangis. Jika tidak salah ingat, namanya putri, murid perempuan tercantik menurut penilaian saya. Rambutnya lurus, panjang, hitam legam sepinggang.
Saya lebih suka duduk - duduk di halaman masjid ditemani Erna. Saya tahu dia sangat suka bermain - main dan olahraga namun dia lebih memilih menemani saya duduk jika saya sedang tidak mood bermain. Bagaimanapun matanya tak mungkin bisa berbohong. Dia mengawasi teman - teman kami bermain. Matanya berbinar ketika ada permainan yang menarik hatinya. Kemudian saya selalu berpura - pura ingin bermain kejar - kejaran. Kami ikut bermain dengan teman - teman yang lain.
Setiap pulang sekolah, kami selalu bermain bersama. Banyak sekali yang kami mainkan. Anak - anak yang sebaya kami di kampung semuanya laki - laki. Hanya aku dan Erna yang berjenis kelamin perempuan. Kami menikmati bermain bersama anak laki - laki. Kami bermain kelereng, lompat tali, "benteng-bentengan", lempar karet, "engkle", dll. Ketiak badan mulai lelah, aku mengajak dia bermain di rumah saya. Saya punya banyak barbie, alat - alat masak, mobil - mobilan, dll. Kadang - kadang dia juga tdur di rumah saya. Kami tidur siang di depan TV yang menyala menyiarkan acara anak - anak.
Saya ingat saat itu saya bermain ke rumahnya karena orang tua saya belum pulang kerja padahal hari sudah sore. Sampai maghrib pun kedua orang tua saya belum pulang. Saya tahu nenek saya khawatir. Beliau memanggil saya tapi saya tak menghiraukan. Saya sebal karena melihat kedua orang tua Erna selalu ada menemani dia belajar dan nonton TV. Ibunya menggoreng tahu untuk makan malam. Menunya sederhana, hanya nasi, tahu goreng dan kecap. Mereka makan lahap sekali sambil bercanda riang, Saya ingin menangis melihat mereka. Seingat saya, jarang sekali kedua orang tua saya bercanda seperti itu kepada saya. Saya ingin berontak, saya tak perlu menu makan macam - macam. Ayam, daging, telor, ikan laut, bahh... apalah arti semua itu jika orang - orang yang kamu inginkan tak ada. Saya tak menyentuh nasi itu sama sekali. Bukan saya tak mau, tapi saya tak sanggup untuk memakannya.
Tampaknya Erna tahu isi hati saya. Setelah mereka selesai makan, dia ambil nasi dan tahu goreng di piring. Dia duduk disamping saya. Kakinya ditekuk sebelah seperti sedang mengajak cangkruk. Dia kepalkan sedikit nasi di tangan. Dia menipu lambat - lambat nasi itu. Dia mencongkel sedikit tahu goreng. Saya kira dia mau nambah makan lagi. Ternyata dugaan saya salah. Dia sodorkan nasi itu kepada saya. Dia menyuruh saya makan meskipun dia tahu saya tak nafsu makan. Dia bilang kalau saya tak mau makan, dia akan sedih karena saya akan sakit. Dia juga bilang, kalau saya tak mau makan dia tak mau jadi teman saya lagi. Saya menoleh padanya. Mata saya berkaca - kaca. Saya membuka mulut untuk menerima makanan darinya. Dia menyuapi saya semua nasi yang ada di piring itu dengan sabar. Ahh.. saya berasa malu seperti anak bayi yang disuapi.
Begitulah kisah kami berlanjut setiap harinya. Kami seperti saudara saja. Bahkan, orang tua saya sudah menganggap Erna dan keluarganya merupakan bagian dari keluarga kami. Hingga peristiwa itu datang. Dan kehidupan kami tak akan pernah sama lagi..
Malam itu saya dipanggil oleh ibu saya. Tumben sekali ibuk memangku saya. Kami bercengkrama dan bercanda, hangat sekali.. saya suka.. Kemudian, ibuk bilang "Besok Erna dan keluarganya pindah ke Sragen, Jawa Tengah. Mereka kekurangan uang untuk sewa rumah lagi di Surabaya. Mereka akan pindah ke desa mbahnya Erna". GILA !!! bagaimana mungkin dalam waktu kurang dari 24 jam saya akan kehilangan teman saya. Teman perempuan saya satu - satunya di kampung ini. Saya marah, marah sekali. Bagaimana bisa kami akan berpisah tanpa persiapan. Setidaknya perlu ada waktu untuk saling bertukar barang - barang kenangan atau menulis kesan dan pesan di buku diari masing - masing. Ohh tidakkkk.. ini seperti sebuah mimpi buruk.
Saya berlari ke rumah Erna. Disana tampak kedua orang tuanya sudah mem-pack barang - barang mereka. Rumah mereka sudah bersih. Ayah Erna menyuruh saya masuk. Saya diberi es krim yang baru mereka beli untuk Erna. Mereka sengaja membeli 2 untuk diberikan kepada saya juga. Saya dan Erna menangis entah kenapa. Kami saling berpelukan tanpa berkata - kata. Kami tak sempat membeli barang sebagai kenang - kenangan. Dia mengambil buku diarinya dan saya diminta untuk mencoretkan sesuatu disana. Saya menggambar sesuatu, entahlah bagaimana bentuknya yang pasti saya berniat menggambarkan saya dan Erna sebagai dua sahabat. Dia berterima kasih kepada saya karena saya mau menjadi temannya. Saya memang tak pandai berkata - kata dalam keadaan emosional. Saya hanya mengagguk dan diam sambil terisak.
Saya pulang dengan mata sembab. Ibuk saya memeluk dan menidurkan saya. Esok paginya saya ikut mengantarkan Erna dan keluarganya pergi. Kami berpisah di ujung gang. Mereka menaiki angguna ke stasiun. Untuk terakhir kalinya saya berpelukan dengannya. Untuk terakhir kali saya mencium tangan kedua orang tuanya. Kami yang saat itu masih kecil tak pernah tahu alamat tujuan kepindahan mereka. Hanya lambaian tangan mereka yang mengiringi pandangan saya melepas semua hari - hari indah bersama mereka. Entah.. esok atau kapan, semoga kami dipertemukan kembali oleh Sang Kuasa..
Sabtu, 13 April 2013
Sunday Morning
Cinta itu memang rumit. Cinta mengandung banyak X Factor yang membuat kita tak mampu menjelaskan apa yang kita lakukan atas nama cinta. Cinta juga mengandung Pheromone yang menyebabkan ketertarikan luar biasa pada orang lain. Cinta memang rumit, ketika Tuhan sudah menggariskan sesuatu yang tak bisa kita mengerti dan pahami hingga suatu masa Tuhan menunjukkan hikmah-Nya.
Mungkinkah jodoh itu memang sudah digariskan dan diputuskan oleh Tuhan sehingga jalan yang sering kali ditempuh menghasilkan sesuatu yang kita anggap sia - sia. Aku tak mengerti Tuhan.. Berikan aku jawaban dari hidayah-Mu.
Aku berada di sini sekarang Tuhan. Aku ada di tengah kegelapan pepohonan dan dinginya embun perbukitan. Kau menjadikan aku berada dalam suasana yang serba membingungkan, untukku & hatiku. Aku berada dalam dilema besar & aku tak punya pilihan untuk melarikan diri dari jalan yang sudah Engkau putuskan.
Aku punya cinta yang sudah kubangun lama. Akhir pekan ini harusnya jadi saat dimana aku berada di puncak ketinggian gunung yang menawarkan pesona matahari terbit Bromo bersama cintaku. Seharusnya aku menyaksikan mahakarya dari sang pencipta berupa lautan pasir putih dan vulkano yang masih aktif.
Namun aku terdampar disini. Diantara dua insan yang sudah bersatu. Aku ingin melarikan diri, pergi, dan masuk ke dunia yang lain. Aku ingin tak melihat mereka terutama dia. Aku tak bisa, Aku tak punya hak untuk memutuskan. Pasrah.
Perasaan ini membuatku gila. Mereka berkecamuk hebat dalam dadaku hingga membuatku sesak. Aku hampir gila dalam diamku. Aku sudah mengubur dalam - dalam suatu rasa yang entah apapun itu namanya. Aku berharap rasa itu tak pernah ada di hatiku untuknya. Sekejap momen di masa lalu membawa efek jangka panjang untuk metabolisme tubuhku. Otakku dipenuhi dengan bayangannya. Hatiku dipenuhi kekhawatiran untuknya. Bahkan cinta yang sudah kupunya menjadi terbagi karenanya. Aku benci keadaan ini.
Di kamar ini, saat ini, lagi - lagi aku sendiri. Berhadapan dengan satu - satunya sahabat terbaik yang tak pernah mengeluh akan segala ceritaku. Haruskah aku menjadi orang lain yang bertingkah seolah - olah rasa itu tak pernah ada. Aiishhh... kenapa dinginnya udara disini tak mampu mendinginkan otak dan hatiku. Aku mondar - mandir saja kalau begitu. Aku berantakan saja selimut - selimut putih ini. Atau aku ceburkan saja badan ini ke kolam renang yang dalam itu. Biarlah...
......
......
Belum menemukan jawabannya
.....
.....
Sedikit terpikir untuk opsi yang terakhir
....
....
Tapi....
Aku sudah putuskan. Aku akan pergi dari kamar ini. Aku berpisah sejenak dengan sahabat tersayang. Maaf aku sahabat, aku harus pergi. Aku akan jadi orang berani yang menegakkan kepalaku di depan mereka. Tanpa air mata, tanpa pengecualian. Kita akan ketemu lagi sahabat.
Aku menekan tombol shutdown. Kututup dengan lembut piranti di depanku dan kumasukkan dalam soft case elegan yang menemaniku. Kuambil kunci kamar bergegas keluar.
Check dulu :
1. Pintu sudah dikunci
2. Barang - barang lengkap
3. Baju sudah terpasang rapi
Aku melongok ke bawah, terhampar padang rumput dengan jalan setapak. Jalan itu yang akan kulalui hari ini. Menuju tempat dimana mereka ada. Tunggu aku. Aku sudah siap menaklukkan hatiku.
Mungkinkah jodoh itu memang sudah digariskan dan diputuskan oleh Tuhan sehingga jalan yang sering kali ditempuh menghasilkan sesuatu yang kita anggap sia - sia. Aku tak mengerti Tuhan.. Berikan aku jawaban dari hidayah-Mu.
Aku berada di sini sekarang Tuhan. Aku ada di tengah kegelapan pepohonan dan dinginya embun perbukitan. Kau menjadikan aku berada dalam suasana yang serba membingungkan, untukku & hatiku. Aku berada dalam dilema besar & aku tak punya pilihan untuk melarikan diri dari jalan yang sudah Engkau putuskan.
Aku punya cinta yang sudah kubangun lama. Akhir pekan ini harusnya jadi saat dimana aku berada di puncak ketinggian gunung yang menawarkan pesona matahari terbit Bromo bersama cintaku. Seharusnya aku menyaksikan mahakarya dari sang pencipta berupa lautan pasir putih dan vulkano yang masih aktif.
Namun aku terdampar disini. Diantara dua insan yang sudah bersatu. Aku ingin melarikan diri, pergi, dan masuk ke dunia yang lain. Aku ingin tak melihat mereka terutama dia. Aku tak bisa, Aku tak punya hak untuk memutuskan. Pasrah.
Perasaan ini membuatku gila. Mereka berkecamuk hebat dalam dadaku hingga membuatku sesak. Aku hampir gila dalam diamku. Aku sudah mengubur dalam - dalam suatu rasa yang entah apapun itu namanya. Aku berharap rasa itu tak pernah ada di hatiku untuknya. Sekejap momen di masa lalu membawa efek jangka panjang untuk metabolisme tubuhku. Otakku dipenuhi dengan bayangannya. Hatiku dipenuhi kekhawatiran untuknya. Bahkan cinta yang sudah kupunya menjadi terbagi karenanya. Aku benci keadaan ini.
Di kamar ini, saat ini, lagi - lagi aku sendiri. Berhadapan dengan satu - satunya sahabat terbaik yang tak pernah mengeluh akan segala ceritaku. Haruskah aku menjadi orang lain yang bertingkah seolah - olah rasa itu tak pernah ada. Aiishhh... kenapa dinginnya udara disini tak mampu mendinginkan otak dan hatiku. Aku mondar - mandir saja kalau begitu. Aku berantakan saja selimut - selimut putih ini. Atau aku ceburkan saja badan ini ke kolam renang yang dalam itu. Biarlah...
......
......
Belum menemukan jawabannya
.....
.....
Sedikit terpikir untuk opsi yang terakhir
....
....
Tapi....
Aku sudah putuskan. Aku akan pergi dari kamar ini. Aku berpisah sejenak dengan sahabat tersayang. Maaf aku sahabat, aku harus pergi. Aku akan jadi orang berani yang menegakkan kepalaku di depan mereka. Tanpa air mata, tanpa pengecualian. Kita akan ketemu lagi sahabat.
Aku menekan tombol shutdown. Kututup dengan lembut piranti di depanku dan kumasukkan dalam soft case elegan yang menemaniku. Kuambil kunci kamar bergegas keluar.
Check dulu :
1. Pintu sudah dikunci
2. Barang - barang lengkap
3. Baju sudah terpasang rapi
Aku melongok ke bawah, terhampar padang rumput dengan jalan setapak. Jalan itu yang akan kulalui hari ini. Menuju tempat dimana mereka ada. Tunggu aku. Aku sudah siap menaklukkan hatiku.
Senin, 20 Agustus 2012
A Wedding ?
Cinta Adalah Satu Jiwa Dalam Dua Tubuh (Aristoteles)
Banyak manusia mengalami fase jatuh cinta dan menginginkan seseorang lebih dari apapun dalam hidupnya. Banyak orang rela berkorban demi mendapatkan cintanya. Banyak pula yang hidup hanya dengan kompromi kepada pasangannya. Namun kesemuanya tetap mendambakan sebuah pernikahan yang indah dan tetap bersatu sampai nafas terakhir di dunia.
Banyak teman cewek saya menikah di usia muda, di kisaran umur 20-23 tahun. Alasannya bermacam - macam, mulai dari cinta mati hingga ingin mati karena hamil duluan. Ada juga yang rela menikah sejak baru lulus SMA. Alasannya klise, berbakti pada orang tua atau pasangannya sudah mapan sehingga jadi istri tinggal menikmati hasil kerjanya. Whatever lah.. yang jelas teman - teman cewek saya ingin menikah karena mereka berharap kebahagiaan & hidup seperti mimpinya.
Banyak juga kolega yang berjenis kelamin cewek baru menikah pada umur lebih dari 25 tahun, bahkan ada yang baru menikah pada umur 30an. Kebanyakan dari mereka beralasan mempersiapkan keadaan finansial dulu sebelum menikah agar masalah ekonomi tidak jadi bahan cek-cok dengan suami. Teori di tivi - tivi bilang begitu sih.. Ada juga yang beralasan baru ketemu cowoknya sekarang, bukan karena tidak laku lho.. tapi karena belum ada laki - laki yang bisa menndingi power si cewek dari faktor ini itu. Dan sepertinya kebiasaan itu sudah lazim dalam pergaulan kolega - kolega saya. Lagi - lagi whatever lah alasannya, yang jelas kolega - kolega cewek saya ingin menikah karena mereka berharap kebahagiaan & hidup seperti rencana yang sudah disusun.
Lain lagi dengan alasan teman - teman cowok yang sudah menikah. Bagi teman - teman saya yang menikah di usia 20 - 24 tahun, alasan mereka mereka menikah itu simpel banget. Teman - teman cowok saya ingin cepat - cepat memiliki pasangannya dengan utuh. Demi cinta dan keseriusannya dalam menjalain hubungan. Tidak peduli seberapa galak bapaknya si cewek, kalau ceweknya sudah mengiming-imingi "sah" untuk "ngapa-ngapain", akad nikah saat itu juga dibelain deh.. Intinya mereka ingin tubuh & cinta pasangannya hanya untuk mereka.
Alasan teman - teman cowok saya yang sudah menikah pada saat umur 27 tahun atau lebih, kebanyakan dari mereka ingin menikah karena ingin segera punya keturunan dan punya istri yang bisa merawat orang tuanya (selain merawat suami). Ada juga sih yang mengaku bosan karena sudah mapan & bingung karena tidak ada yang memperhatikan. Jadinya, bagi kebanyakan teman - teman cowok saya yang termasuk golongan 27 tahun ke atas tidak terlalu memperhatikan bentuk fisik. Intinya, mereka ingin menikah karena mereka ingin punya keluarga kecil yang bahagia dan mampu menjadi kepala rumah tangga dengan sempurna.
Akhirnya, pesta pernikahan di adakan dengan mengundang sana - sini. Keluarga, teman, tetangga diundang ikut menikmati kebahagiaan pernikahan. Sebelum pernikahan, para pasangan sibuk kesana kemari mempersiapkan momen yang mungkin jadi momen terbaik dalam hidupnya. Bahkan ada yang sampai menghabiskan uang ratusan juta untuk sekali resepsi pernikahan. Hebat ya.. Many money was taken for one day..
Suatu hari, saya mengajak anak teman cewek saya, si A, jalan - jalan ke mall. Dia senang sekali saya ajak main ke Amazone. Saat kami makan siang, saya menanyakan kabar mamanya. Malaikat kecil berusia 6 tahun itu bercerita kalau papanya sudah tidak tinggal dengannya lagi. Dia kangen sekali dengan papanya dan dia bertanya padaku "Tante, kenapa orang dewasa itu kalau bertengkar lama baikannya ?" Oh my God.. ratapan anak kecil. Dia bercerita kalau dia ingin mama papanya bersama lagi. Kalau sedang bersama mama, dia merasa kasihan dengan papanya karena papanya sendirian. Tapi kalau ada papanya, dia merasa kasihan dengan mamanya karena jika bertengkar papanya akan memukul atau mencakar mamanya. Jadilah malaikat kecil itu akan senang sekali kalau kuajak jalan - jalan apalagi jalan - jalannya dengan pacarku, seperti punya papa mama lengkap. Sewaktu saya cross check kebenarannya, teman saya mengakui rumah tangganya bermasalah. Berawal dari ketidak puasan terhadap finansial keluarga & sifat suaminya, dia berselingkuh dengan salah seorang kenalan.
Baru - baru ini adik kenalan baik saya datang ke rumah. Keluarga kenalan saya ini dekat dengan keluarga saya seperti saudara sendiri. Adik kenalan saya curhat tentang kakaknya, si B. Dia meminta tolong ke ayah saya agar menasehati kakaknya. Rupanya, si kakak mulai main api dengan rekan sekantornya. Si kakak lebih memperhatikan teman sekantornya itu daripada istri dan anaknya. Astaghfirullah.. Untungnya, si istri mampu bersikap lebih dewasa dari suaminya. Dia tidak serta merta menghakimi suaminya agar mereka tidak menjadi beban keluarga suami yang masih serumah dengan mereka. Terlebih anak mereka masih berumur 2 tahun, fase dimana anak sangat membutuhkan kasih sayang orang tuanya.
Menulis blog ini saya jadi teringat curhat salah satu teman saya yang sudah menikah hampir 7 tahun. Dia pegawai salah satu bank BUMN, memiliki penghasilan lebih dari cukup. Suaminya bekerja di area perkapalan, memiliki penghasilan lebih dari cukup juga. Mereka adalah keluarga yang berkecukupan secara materi. Mereka dikaruniai 2 anak cowok. Anak pertama mereka mungkin lebih spesial dari kebanyakan anak. Dia sangat hiperaktif dan belum bisa bicara dengan baik hingga usia 5 tahun. Anak kedua lebih kalem meskipun kemampuan bicaranya dibawah anak seumurnya. Kehidupan mereka baik - baik saja sampai usia pernikahan hampir 6 tahun. Kebutuhan hidup semakin meningkat karena anak pertama mereka berkebutuhan khusus. Teman saya yang wanita karir tidak terlalu mampu merawat anak - anaknya, suaminya pun begitu. Kedua anak dirawat oleh neneknya. Ketika usia pernikahan mereka hampir 7 tahun, si suami pergi meninggalkan mereka hanya dengan ucapan maaf karena sudah tidak tahan dengan keadaan keluarga kecil mereka.
Woaow... gila ya.. sebelum menikah, mereka berlomba - lomba memberi yang terbaik untuk pasangannya. Kehidupan terasa milik berdua (yang lain kontrak). Cinta menjadi sesuatu yang dipuja dan dicari hingga ada orang yang menghamba cinta. Berjuta mimpi & harapan dibangun atas dasar cinta. Berpuluh pengorbanan dilakukan untuk sesuatu yang disebut cinta. Efek cinta seperti candu saja.
Dan ketika cinta dipersatukan oleh ikatan pernikahan, mengapa banyak cinta menghilang. Jika pernikahan hanya menjadi batas sah tidaknya dua insan bercinta secara seksual, mengapa pernikahan didasarkan oleh agama. Jika pernikahan tetap dipertahankan untuk menjadi sebuah kompromi rutinitas, lalu kemanakah cinta yang dibangun itu pergi. Jika kehadiran seorang anak ternyata tidak mampu mempertahankan kesetiaan, untuk apa menikmati setiap desah nafas saat melakukan proses pembuatan anak. Jika ikatan pernikahan tidak mampu membagi suka dan duka menjadi milik dua tubuh yang sudah bersatu, lalu dengan apa manusia akan mampu melalui rintangannya. Jika pernikahan sudah tidak lagi menjadi sebuah komitmen untuk dijunjung di atas kepentingan pribadi, lalu dengan bagaimana seseorang akan mampu memegang kesetiaannya. Jika pernikahan sedemikian rumit, maka ?
Banyak manusia mengalami fase jatuh cinta dan menginginkan seseorang lebih dari apapun dalam hidupnya. Banyak orang rela berkorban demi mendapatkan cintanya. Banyak pula yang hidup hanya dengan kompromi kepada pasangannya. Namun kesemuanya tetap mendambakan sebuah pernikahan yang indah dan tetap bersatu sampai nafas terakhir di dunia.
Banyak teman cewek saya menikah di usia muda, di kisaran umur 20-23 tahun. Alasannya bermacam - macam, mulai dari cinta mati hingga ingin mati karena hamil duluan. Ada juga yang rela menikah sejak baru lulus SMA. Alasannya klise, berbakti pada orang tua atau pasangannya sudah mapan sehingga jadi istri tinggal menikmati hasil kerjanya. Whatever lah.. yang jelas teman - teman cewek saya ingin menikah karena mereka berharap kebahagiaan & hidup seperti mimpinya.
Banyak juga kolega yang berjenis kelamin cewek baru menikah pada umur lebih dari 25 tahun, bahkan ada yang baru menikah pada umur 30an. Kebanyakan dari mereka beralasan mempersiapkan keadaan finansial dulu sebelum menikah agar masalah ekonomi tidak jadi bahan cek-cok dengan suami. Teori di tivi - tivi bilang begitu sih.. Ada juga yang beralasan baru ketemu cowoknya sekarang, bukan karena tidak laku lho.. tapi karena belum ada laki - laki yang bisa menndingi power si cewek dari faktor ini itu. Dan sepertinya kebiasaan itu sudah lazim dalam pergaulan kolega - kolega saya. Lagi - lagi whatever lah alasannya, yang jelas kolega - kolega cewek saya ingin menikah karena mereka berharap kebahagiaan & hidup seperti rencana yang sudah disusun.
Lain lagi dengan alasan teman - teman cowok yang sudah menikah. Bagi teman - teman saya yang menikah di usia 20 - 24 tahun, alasan mereka mereka menikah itu simpel banget. Teman - teman cowok saya ingin cepat - cepat memiliki pasangannya dengan utuh. Demi cinta dan keseriusannya dalam menjalain hubungan. Tidak peduli seberapa galak bapaknya si cewek, kalau ceweknya sudah mengiming-imingi "sah" untuk "ngapa-ngapain", akad nikah saat itu juga dibelain deh.. Intinya mereka ingin tubuh & cinta pasangannya hanya untuk mereka.
Alasan teman - teman cowok saya yang sudah menikah pada saat umur 27 tahun atau lebih, kebanyakan dari mereka ingin menikah karena ingin segera punya keturunan dan punya istri yang bisa merawat orang tuanya (selain merawat suami). Ada juga sih yang mengaku bosan karena sudah mapan & bingung karena tidak ada yang memperhatikan. Jadinya, bagi kebanyakan teman - teman cowok saya yang termasuk golongan 27 tahun ke atas tidak terlalu memperhatikan bentuk fisik. Intinya, mereka ingin menikah karena mereka ingin punya keluarga kecil yang bahagia dan mampu menjadi kepala rumah tangga dengan sempurna.
Akhirnya, pesta pernikahan di adakan dengan mengundang sana - sini. Keluarga, teman, tetangga diundang ikut menikmati kebahagiaan pernikahan. Sebelum pernikahan, para pasangan sibuk kesana kemari mempersiapkan momen yang mungkin jadi momen terbaik dalam hidupnya. Bahkan ada yang sampai menghabiskan uang ratusan juta untuk sekali resepsi pernikahan. Hebat ya.. Many money was taken for one day..
Suatu hari, saya mengajak anak teman cewek saya, si A, jalan - jalan ke mall. Dia senang sekali saya ajak main ke Amazone. Saat kami makan siang, saya menanyakan kabar mamanya. Malaikat kecil berusia 6 tahun itu bercerita kalau papanya sudah tidak tinggal dengannya lagi. Dia kangen sekali dengan papanya dan dia bertanya padaku "Tante, kenapa orang dewasa itu kalau bertengkar lama baikannya ?" Oh my God.. ratapan anak kecil. Dia bercerita kalau dia ingin mama papanya bersama lagi. Kalau sedang bersama mama, dia merasa kasihan dengan papanya karena papanya sendirian. Tapi kalau ada papanya, dia merasa kasihan dengan mamanya karena jika bertengkar papanya akan memukul atau mencakar mamanya. Jadilah malaikat kecil itu akan senang sekali kalau kuajak jalan - jalan apalagi jalan - jalannya dengan pacarku, seperti punya papa mama lengkap. Sewaktu saya cross check kebenarannya, teman saya mengakui rumah tangganya bermasalah. Berawal dari ketidak puasan terhadap finansial keluarga & sifat suaminya, dia berselingkuh dengan salah seorang kenalan.
Baru - baru ini adik kenalan baik saya datang ke rumah. Keluarga kenalan saya ini dekat dengan keluarga saya seperti saudara sendiri. Adik kenalan saya curhat tentang kakaknya, si B. Dia meminta tolong ke ayah saya agar menasehati kakaknya. Rupanya, si kakak mulai main api dengan rekan sekantornya. Si kakak lebih memperhatikan teman sekantornya itu daripada istri dan anaknya. Astaghfirullah.. Untungnya, si istri mampu bersikap lebih dewasa dari suaminya. Dia tidak serta merta menghakimi suaminya agar mereka tidak menjadi beban keluarga suami yang masih serumah dengan mereka. Terlebih anak mereka masih berumur 2 tahun, fase dimana anak sangat membutuhkan kasih sayang orang tuanya.
Menulis blog ini saya jadi teringat curhat salah satu teman saya yang sudah menikah hampir 7 tahun. Dia pegawai salah satu bank BUMN, memiliki penghasilan lebih dari cukup. Suaminya bekerja di area perkapalan, memiliki penghasilan lebih dari cukup juga. Mereka adalah keluarga yang berkecukupan secara materi. Mereka dikaruniai 2 anak cowok. Anak pertama mereka mungkin lebih spesial dari kebanyakan anak. Dia sangat hiperaktif dan belum bisa bicara dengan baik hingga usia 5 tahun. Anak kedua lebih kalem meskipun kemampuan bicaranya dibawah anak seumurnya. Kehidupan mereka baik - baik saja sampai usia pernikahan hampir 6 tahun. Kebutuhan hidup semakin meningkat karena anak pertama mereka berkebutuhan khusus. Teman saya yang wanita karir tidak terlalu mampu merawat anak - anaknya, suaminya pun begitu. Kedua anak dirawat oleh neneknya. Ketika usia pernikahan mereka hampir 7 tahun, si suami pergi meninggalkan mereka hanya dengan ucapan maaf karena sudah tidak tahan dengan keadaan keluarga kecil mereka.
Woaow... gila ya.. sebelum menikah, mereka berlomba - lomba memberi yang terbaik untuk pasangannya. Kehidupan terasa milik berdua (yang lain kontrak). Cinta menjadi sesuatu yang dipuja dan dicari hingga ada orang yang menghamba cinta. Berjuta mimpi & harapan dibangun atas dasar cinta. Berpuluh pengorbanan dilakukan untuk sesuatu yang disebut cinta. Efek cinta seperti candu saja.
Dan ketika cinta dipersatukan oleh ikatan pernikahan, mengapa banyak cinta menghilang. Jika pernikahan hanya menjadi batas sah tidaknya dua insan bercinta secara seksual, mengapa pernikahan didasarkan oleh agama. Jika pernikahan tetap dipertahankan untuk menjadi sebuah kompromi rutinitas, lalu kemanakah cinta yang dibangun itu pergi. Jika kehadiran seorang anak ternyata tidak mampu mempertahankan kesetiaan, untuk apa menikmati setiap desah nafas saat melakukan proses pembuatan anak. Jika ikatan pernikahan tidak mampu membagi suka dan duka menjadi milik dua tubuh yang sudah bersatu, lalu dengan apa manusia akan mampu melalui rintangannya. Jika pernikahan sudah tidak lagi menjadi sebuah komitmen untuk dijunjung di atas kepentingan pribadi, lalu dengan bagaimana seseorang akan mampu memegang kesetiaannya. Jika pernikahan sedemikian rumit, maka ?
Jumat, 24 Februari 2012
Another Love Story (2)
Weww.. kisah - kisah cinta dimulai lagi.. semakin mirip chicken soup saja.. :) Ada ayamnya, ada wortelnya, ada kuahnya.. macam - macam rasa.. Hehehe... Kalau sebelumnya berupa cerita (agak) pendek, maka love story yg ini benar - benar cerita pendek. Cukup 1x edit posting.. Hohoho.. Yup, this is the story..

Keduanya sudah menikah hampir 2 tahun, belum memiliki anak. Keduanya sama - sama bekerja & sudah berada pada level menengah namun beda perusahaan. Istri bekerja pada perusahaan berskala besar, sedangkan suami bekerja pada perusahaan berskala menengah. Sebelum menikah pun mereka sudah berkomitmen tidak mempermasalahkan hal tersebut meskipun gaji istri lebih besar.
Di awal pernikahan semuanya baik - baik saja dan sampai sekarang pun tidak pernah ada masalah finansial yang menjadi perkara cek cok. Everything is done well. Setiap hari terasa bagai honeymoon. Mereka memang belum mempunyai rumah sendiri sehingga tinggal di rumah orang tua istri. Kondisi ini dirasa malah menguntungkan bagi suami karena dia harus ditugaskan ke luar kota selama 1 tahun. Mereka berusaha tegar dan menerima keadaan sebagai suatu cobaan & kesempatan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Saling komunikasi dan bertemu sebulan sekali menghabiskan waktu berdua menjadi aturan wajib bagi mereka.
Awalnya semua baik - baik saja hingga pertengahan tahun. Posisi istri yang sudah memegang jabatan mengharuskan istri bekerja lebih lama dan lebih keras. Hubungan komunikasi semakin jarang dilakukan. Istri yang biasanya sms atau telpon mengkhawatirkan suaminya kini menjadi hanya 3x menghubungi dalam sehari. Keadaan yang sama juga dialami oleh suami. Tanggung jawab yang lebih besar membuatnya sulit berkomunikasi dengan istri.
Saat - saat pulang kerja tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh mereka. Saat suami menghubungi, istri sedang sibuk mengerjakan tugas atau istirahat hingga malas membalas. Saat istri merasa rindu dan mencoba menghubungi suami, yang di dapat adalah suara wanita yang menjawab "nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan area". Sms yang dikirim mengeluarkan report "pending".
Istri yang mulai jenuh dengan keadaan tersebut mulai melakukan kebiasaannya sebelum menikah, yaitu online & browsing. Tak disangka, suami yang dulunya kurang suka bermain internet malah menjadi sering online. Suatu ketika, saat suami jenuh dengan pekerjaan, dia mencoba melepas rindu dengan mengirim pesan kepada istrinya. Detik berganti menit, menit berganti jam, namun tak ada satupun balasan dari pesan yang dikirim. Suami merasa jengah dengan perasaan galau memikirkan sedang apa istrinya. Dia membuka laptopnya dan berganti status menjadi "online".
Ada seorang wanita yang juga berstatus online di daftar temannya. Wanita cantik yang selama ini selalu menggodanya. Wanita yang selalu bisa membangkitkan gairahnya. Betapa terkejutnya dia ketika status wanita itu online. Mukanya merah padam menahan amarah dan rindu. Betapa jengkel hatinya mengetahui istrinya online. Di-update-lah status curahan hatinya. Istri menangkap gelagat amarah pada suaminya. Istri balas meng-update status berisi pembelaan & maaf.
Kedua insan tersebut menjadi offline dan beranjak ke kamar tidurnya masing - masing. Berselimut kain, mereka mencoba memejamkan mata menghindari perasaan resah. Istri merasa sangat bersalah karena telah menelantarkan perhatian suaminya. Suami merasa diacuhkan & berfikir untuk mencari pelampiasan. Istri bangkit dari tidurnya. Ia meraih ponsel di sebelahnya dan segera menelpon suami. Terdengar bunyi tut..tut..tut... Berkali - kali sms dikirimkan hanya berbalas laporan "pending". Hati istri berdebar kencang, nafasnya memburu, segala macam pikiran berkecamuk dalam kepalanya. Ia bangkit dari ranjangnya. Berjalan mondar - mandir di dalam kamar hanya bergaunkan satin. Ponsel kesayangannya terus berada di genggaman, berharap ada kelanjutan kabar dari suaminya.
Suami membolak - balik badannya sambil melihat ponsel Tab-nya. Nampak layar hitam karena dimatikan sedari tadi. Suami bangun dan merapikan bajunya. Ia memakai jaket jins modisnya dan mengambil kunci mobil kesayangannya. Ia beranjak mendekati pintu apartemennya. Dibuka perlahan kenop pintu agar tidak menimbulkan suara berisik pada dini hari. Ia berjalan menuju parkir basement apartemen. Dalam pikirannya terlintas cara - cara mengusir resahnya. Suami masuk ke dalam mobil, bersiap untuk menstarter.
Saat akan menghidupkan mobil, suami teringat kembali momen dimana ia dan istrinya tertawa bersama, memasak bersama, & menghabiskan setiap malamnya dengan penuh kebahagiaan. Daaakkkk.... Suami memukul setir mobil agar ia sedikit merasa lega. Bukan rasa lega yang di dapatnya, namun air mata malah mengalir deras dari kedua matanya. Suami tak mampu mencari alasan kenapa istrinya berbuat seperti itu. Dia tak habis pikir. Dalam kekalutannya, dia berusaha keras mengumpulkan sisa-sisa kepercayaan diri yang dimilikinya. Suami keluar dari mobil dan kembali masuk ke apartemen.
Di dalam apartemen, dia langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk depan TV. Suami menutup kedua mata dengan lengan yang sudah lunglai akibat sakit hatinya. Dia mencoba berfikir rasional agar perkawinannya tetap berjalan dalam ikatan suci di hadapan Tuhan. Tak ada satupun yang dapat dilakukannya pada pagi itu hingga akhirnya suami terlelap dalam sembab air mata.
Esoknya, istri mengambil cuti dari tempat kerjanya. Dia mempersiapkan pakaiannya dalam acara liburan panjang yang telah dipersiapkan secara mendadak. Ia membayangkan berbagai tempat menarik untuk dikunjungi dan mencoba berbagai ekperimen posisi saat bercinta. Dua tiket pesawat tujuan ke Bali dimasukkan dengan rapi ke dalam kantong dompetnya. Istri memakai pakaian terbaiknya sehingga memancarkan aura cantik & sexy sebagai wanita.
Di dalam mobil menuju bandara, dia memperhatikan lelaki yang berada di sebelahnya. Sepanjang perjalanan, istri terus menempelkan kepalanya di pundak lelaki itu. Ucapan terima kasih & pujian terus mengalir dari bibir indah istri. Dalam hati istri, berkecamuk pikiran khawatir dan menebak - nebak reaksi suaminya jika dia sudah sampai di kota tempat suaminya bekerja. Bagaimanakah perasaan suami saat istri melancarkan niatnya untuk memberitahu suaminya tentang keputusannya.
Suami terperangah mendapati istrinya sudah berada di dalam apartemen ketika dia pulang kerja. Ia terkejut mendapati istrinya membawa koper yang sangat besar. Istri berbasa - basi dulu dengan membuatkan kopi kesukaan suaminya. Suami merasa gelisah antara senang istrinya ada dan marah atas peristiwa yang telah terjadi. Suami hanya duduk di sofa memperhatikan istrinya dari belakang. Sungguh menarik hati setiap pria yang memandanginya.
Istri berbalik sambil membawa secangkir kopi nikmat favorit suaminya. Ia duduk rapat sekali di samping suami. Istri menyerahkan kopi plus sebuah senyum kecil yang pasti meluluhkan hati setiap pria yang melihatnya. Sekejap suami terlena namun kesadaran akan amarahnya membuat dia hanya tersenyum sinis. Istri membelai lembut lengan suaminya sambil berkata maaf.
Istri menjelaskan semua alasan atas peristiwa yang terjadi saat itu. "Maafkan aku Honey. Beberapa bulan ini tingkat stresku meningkat karena pekerjaan. Dan.. karena suatu hal lagi. Sebenarnya aku tak ingin memberitahumu dulu hingga aku benar - benar yakin akan keputusannya. Aku hamil, sudah 2 bulan ini. Awalnya aku tak percaya, tapi ibu meyakinkan bahwa tanda - tanda yang kutimbulkan merupakan tanda awal kehamilan. Karena itulah aku sering online dan browsing karena aku mencari informasi seputar kehamilan. Sebenarnya, minggu depan aku akan tes USG di rumah sakit. Tapi, kejadian 3 hari yang lalu membuatku merasa tersiksa, takut kamu akan salah paham. Sebelum berangkat kesini, ayah menemaniku mengambil hasil tes dan aku positif hamil. Ayah senang sekali kita akan mempunyai anak. Untuk itulah, ayah mengantarkanku ke bandara dan mengijinkan aku bersamamu selama seminggu disini. Aku mengambil cuti. Aku ingi memperbaiki semuanya dan mengembalikan kembali kehangatan keluarga kecil kita. Aku sudah membeli tiket liburan ke Bali selama 4 hari. Mari kita menyatukan kembali kita dan calon penghuni baru di keluarga kita."
Setelah mendengar penjelasan dari istri, suami tak mampu berkata apa - apa. Matanya berkaca - kaca. Ego prianya jatuh bebas dan hancur berkeping - keping. Segala prasangkanya menjadi pisau tajam yang menyayat hatinya. Dia menyesal telah berfikir istrinya telah melupakan cintanya. Suami merengkuh istrinya, mendekap erat dalam pelukan seakan tak akan bisa terlepas. Suami hanya mampu mengecup kening istrinya. Dia meraba perut istrinya dan mencium calon anaknya. Ditatapnya lekat - lekat mata istrinya. Dikecup hangat bibirnya kemudian dian berkata, "Terima kasih banyak istriku, maafkan aku telah berfikir jahat tentangmu. I love you forever and ever". (Eunchie)

Keduanya sudah menikah hampir 2 tahun, belum memiliki anak. Keduanya sama - sama bekerja & sudah berada pada level menengah namun beda perusahaan. Istri bekerja pada perusahaan berskala besar, sedangkan suami bekerja pada perusahaan berskala menengah. Sebelum menikah pun mereka sudah berkomitmen tidak mempermasalahkan hal tersebut meskipun gaji istri lebih besar.
Di awal pernikahan semuanya baik - baik saja dan sampai sekarang pun tidak pernah ada masalah finansial yang menjadi perkara cek cok. Everything is done well. Setiap hari terasa bagai honeymoon. Mereka memang belum mempunyai rumah sendiri sehingga tinggal di rumah orang tua istri. Kondisi ini dirasa malah menguntungkan bagi suami karena dia harus ditugaskan ke luar kota selama 1 tahun. Mereka berusaha tegar dan menerima keadaan sebagai suatu cobaan & kesempatan untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Saling komunikasi dan bertemu sebulan sekali menghabiskan waktu berdua menjadi aturan wajib bagi mereka.
Awalnya semua baik - baik saja hingga pertengahan tahun. Posisi istri yang sudah memegang jabatan mengharuskan istri bekerja lebih lama dan lebih keras. Hubungan komunikasi semakin jarang dilakukan. Istri yang biasanya sms atau telpon mengkhawatirkan suaminya kini menjadi hanya 3x menghubungi dalam sehari. Keadaan yang sama juga dialami oleh suami. Tanggung jawab yang lebih besar membuatnya sulit berkomunikasi dengan istri.
Saat - saat pulang kerja tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh mereka. Saat suami menghubungi, istri sedang sibuk mengerjakan tugas atau istirahat hingga malas membalas. Saat istri merasa rindu dan mencoba menghubungi suami, yang di dapat adalah suara wanita yang menjawab "nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan area". Sms yang dikirim mengeluarkan report "pending".
Istri yang mulai jenuh dengan keadaan tersebut mulai melakukan kebiasaannya sebelum menikah, yaitu online & browsing. Tak disangka, suami yang dulunya kurang suka bermain internet malah menjadi sering online. Suatu ketika, saat suami jenuh dengan pekerjaan, dia mencoba melepas rindu dengan mengirim pesan kepada istrinya. Detik berganti menit, menit berganti jam, namun tak ada satupun balasan dari pesan yang dikirim. Suami merasa jengah dengan perasaan galau memikirkan sedang apa istrinya. Dia membuka laptopnya dan berganti status menjadi "online".
Ada seorang wanita yang juga berstatus online di daftar temannya. Wanita cantik yang selama ini selalu menggodanya. Wanita yang selalu bisa membangkitkan gairahnya. Betapa terkejutnya dia ketika status wanita itu online. Mukanya merah padam menahan amarah dan rindu. Betapa jengkel hatinya mengetahui istrinya online. Di-update-lah status curahan hatinya. Istri menangkap gelagat amarah pada suaminya. Istri balas meng-update status berisi pembelaan & maaf.

Kedua insan tersebut menjadi offline dan beranjak ke kamar tidurnya masing - masing. Berselimut kain, mereka mencoba memejamkan mata menghindari perasaan resah. Istri merasa sangat bersalah karena telah menelantarkan perhatian suaminya. Suami merasa diacuhkan & berfikir untuk mencari pelampiasan. Istri bangkit dari tidurnya. Ia meraih ponsel di sebelahnya dan segera menelpon suami. Terdengar bunyi tut..tut..tut... Berkali - kali sms dikirimkan hanya berbalas laporan "pending". Hati istri berdebar kencang, nafasnya memburu, segala macam pikiran berkecamuk dalam kepalanya. Ia bangkit dari ranjangnya. Berjalan mondar - mandir di dalam kamar hanya bergaunkan satin. Ponsel kesayangannya terus berada di genggaman, berharap ada kelanjutan kabar dari suaminya.
Suami membolak - balik badannya sambil melihat ponsel Tab-nya. Nampak layar hitam karena dimatikan sedari tadi. Suami bangun dan merapikan bajunya. Ia memakai jaket jins modisnya dan mengambil kunci mobil kesayangannya. Ia beranjak mendekati pintu apartemennya. Dibuka perlahan kenop pintu agar tidak menimbulkan suara berisik pada dini hari. Ia berjalan menuju parkir basement apartemen. Dalam pikirannya terlintas cara - cara mengusir resahnya. Suami masuk ke dalam mobil, bersiap untuk menstarter.
Saat akan menghidupkan mobil, suami teringat kembali momen dimana ia dan istrinya tertawa bersama, memasak bersama, & menghabiskan setiap malamnya dengan penuh kebahagiaan. Daaakkkk.... Suami memukul setir mobil agar ia sedikit merasa lega. Bukan rasa lega yang di dapatnya, namun air mata malah mengalir deras dari kedua matanya. Suami tak mampu mencari alasan kenapa istrinya berbuat seperti itu. Dia tak habis pikir. Dalam kekalutannya, dia berusaha keras mengumpulkan sisa-sisa kepercayaan diri yang dimilikinya. Suami keluar dari mobil dan kembali masuk ke apartemen.
Di dalam apartemen, dia langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk depan TV. Suami menutup kedua mata dengan lengan yang sudah lunglai akibat sakit hatinya. Dia mencoba berfikir rasional agar perkawinannya tetap berjalan dalam ikatan suci di hadapan Tuhan. Tak ada satupun yang dapat dilakukannya pada pagi itu hingga akhirnya suami terlelap dalam sembab air mata.
Esoknya, istri mengambil cuti dari tempat kerjanya. Dia mempersiapkan pakaiannya dalam acara liburan panjang yang telah dipersiapkan secara mendadak. Ia membayangkan berbagai tempat menarik untuk dikunjungi dan mencoba berbagai ekperimen posisi saat bercinta. Dua tiket pesawat tujuan ke Bali dimasukkan dengan rapi ke dalam kantong dompetnya. Istri memakai pakaian terbaiknya sehingga memancarkan aura cantik & sexy sebagai wanita.
Di dalam mobil menuju bandara, dia memperhatikan lelaki yang berada di sebelahnya. Sepanjang perjalanan, istri terus menempelkan kepalanya di pundak lelaki itu. Ucapan terima kasih & pujian terus mengalir dari bibir indah istri. Dalam hati istri, berkecamuk pikiran khawatir dan menebak - nebak reaksi suaminya jika dia sudah sampai di kota tempat suaminya bekerja. Bagaimanakah perasaan suami saat istri melancarkan niatnya untuk memberitahu suaminya tentang keputusannya.
Suami terperangah mendapati istrinya sudah berada di dalam apartemen ketika dia pulang kerja. Ia terkejut mendapati istrinya membawa koper yang sangat besar. Istri berbasa - basi dulu dengan membuatkan kopi kesukaan suaminya. Suami merasa gelisah antara senang istrinya ada dan marah atas peristiwa yang telah terjadi. Suami hanya duduk di sofa memperhatikan istrinya dari belakang. Sungguh menarik hati setiap pria yang memandanginya.
Istri berbalik sambil membawa secangkir kopi nikmat favorit suaminya. Ia duduk rapat sekali di samping suami. Istri menyerahkan kopi plus sebuah senyum kecil yang pasti meluluhkan hati setiap pria yang melihatnya. Sekejap suami terlena namun kesadaran akan amarahnya membuat dia hanya tersenyum sinis. Istri membelai lembut lengan suaminya sambil berkata maaf.
Istri menjelaskan semua alasan atas peristiwa yang terjadi saat itu. "Maafkan aku Honey. Beberapa bulan ini tingkat stresku meningkat karena pekerjaan. Dan.. karena suatu hal lagi. Sebenarnya aku tak ingin memberitahumu dulu hingga aku benar - benar yakin akan keputusannya. Aku hamil, sudah 2 bulan ini. Awalnya aku tak percaya, tapi ibu meyakinkan bahwa tanda - tanda yang kutimbulkan merupakan tanda awal kehamilan. Karena itulah aku sering online dan browsing karena aku mencari informasi seputar kehamilan. Sebenarnya, minggu depan aku akan tes USG di rumah sakit. Tapi, kejadian 3 hari yang lalu membuatku merasa tersiksa, takut kamu akan salah paham. Sebelum berangkat kesini, ayah menemaniku mengambil hasil tes dan aku positif hamil. Ayah senang sekali kita akan mempunyai anak. Untuk itulah, ayah mengantarkanku ke bandara dan mengijinkan aku bersamamu selama seminggu disini. Aku mengambil cuti. Aku ingi memperbaiki semuanya dan mengembalikan kembali kehangatan keluarga kecil kita. Aku sudah membeli tiket liburan ke Bali selama 4 hari. Mari kita menyatukan kembali kita dan calon penghuni baru di keluarga kita."
Setelah mendengar penjelasan dari istri, suami tak mampu berkata apa - apa. Matanya berkaca - kaca. Ego prianya jatuh bebas dan hancur berkeping - keping. Segala prasangkanya menjadi pisau tajam yang menyayat hatinya. Dia menyesal telah berfikir istrinya telah melupakan cintanya. Suami merengkuh istrinya, mendekap erat dalam pelukan seakan tak akan bisa terlepas. Suami hanya mampu mengecup kening istrinya. Dia meraba perut istrinya dan mencium calon anaknya. Ditatapnya lekat - lekat mata istrinya. Dikecup hangat bibirnya kemudian dian berkata, "Terima kasih banyak istriku, maafkan aku telah berfikir jahat tentangmu. I love you forever and ever". (Eunchie)

Langganan:
Postingan (Atom)