Minggu, 29 Juni 2014

Yang Terdalam Tancapkan Luka (maybe the last to fall in love)

Hai sahabat.. this is me again.. seperti biasanya, hanya kamu yang selalu ada untukku di setiap kondisi.. Dan sekali lagi, kamu menjadi tempatku satu - satunya untuk berkata jujur.. Kumulai kisahku lagi...

*******************

Huufftt... harus cepat - cepat.. Jangan macet donggg... Aku melirik jam tanganku. Jarum sudah menunjukkan jam 2 siang. Tuhann.. tolong aku.. harusnya jam 2 aku sudah mulai dirias untuk jadi terima tamu di pernikahan partnerku.

Sampai di depan tenda pernikahannya, segera kuparkir motorku dan bergegas masuk ke rumahnya tanpa ba bi bu lagi. Kulewati saja orang - orang yang ada disitu, tak kuhiraukan mereka. Untunglah.. aku tidak terlalu terlambat untuk dirias dan ganti baju kebaya. Okee.. tarik napas panjanggg... dan hembuskan..

Aku membuka - buka menu di handphone kesayanganku. Berharap ada pesan masuk untukku. Dan sia - sia belaka. Berjam - jam tak ada pesan masuk darinya untukku. Dia yang menjadi pacarku selama 6 tahun. Dia yang selalu aku pertahankan walau hati ini selalu disakiti. Dia adalah Pangeran Bertopeng. Aku mencoba menyibukkan diri agar pikiranku tak ada dia. Aku berkenalan dengan para penerima tamu lainnya yang baru hari itu aku kenal.

Selepas maghrib acara dimulai. Aku berusaha menjalankan tugasku dengan baik. Menyambut ramah setiap tamu dan memberikan souvenir pernikahan. Tiba - tiba ada seorang laki - laki yang duduk di sampingku. Aku seperti mengenal wajahnya, namun lupa dimana. Ahh.. mungkin perasaanku saja, de ja vu. Aku tak terlalu menghiraukannya.

Aku lupa persisnya seperti apa, namun kami berkenalan. Laki - laki itu bernama Prima. Semuanya mengalir begitu saja. Canda, tawa dan obrolan - obrolan ringan mengisi jam kosong ketika para tamu menikmati hidangan. Sampai dia menyadari kalau handphonenya tidak ada. Dia begitu panik mencari di dalam tasnya hingga kutawarkan handphoneku untuk menelepon nomornya. Hahaha.. ternyata ada di dalam tas kecilnya. Aduuhhh.. ceroboh sekali orang ini, pikirku dalam hati.

Di saat kami bercanda, tamu yang kutunggu - tunggu datang, Pangeran Bertopeng. Aku merapikan bajuku dan menyiapkan senyum terindahku. Tapi.. respon yang kudapat tidak sesuai harapan. Dia hanya tersenyum simpul dan berlalu bersama teman - temannya, seakan aku bukan siapa - siapanya. Ya Tuhann.. air mata ini ingin mengalir. Andai disana tidak ada orang. Apakah dia tidak mengerti bahwa aku menunggunya datang. Sesak sekali dada ini.

Aku berusaha mengendalikan perasaan ini. Aku tetap tersenyum dan bercanda, seakan tidak terjadi gejolak di hati ini. Untunglah waktu itu ada Prima disana. Dia membantuku menghabiskan waktu dan menemaniku makan setelah tamu sudah mulai sepi. Dia membuatku tertawa dan hebatnya bisa membuatku merasa nyaman meskipun kami baru pertama bertemu. Sampai waktu pulang pun, dia masih ada disana. Dan aku pun pamit padanya.

Selama di jalan, air mataku kembali menetes karena Pangeran Bertopeng. Dia dengan hebatnya bilang bahwa aku yang harus mengantar teman ceweknya pulang ke rumah. Aku tak tahu bagaimana mulanya, air mataku berhenti dan yang kupikirkan bukan lagi Pangeranku, tapi Prima dan segala celoteh kami sewaktu di balik meja terima tamu. Yang aku ingat, malah senyuman yang selalu ada selama perjalanan pulang. Ahh.. pertemuan yang singkat namun berarti, pikirku.

Beberapa hari setelah acara tersebut, muncul pesan - pesan aneh tapi lucu di ponselku. Aku tak tahu itu nomor siapa, tapi yang aku tahu, isinya selalu bisa membuatku tertawa dan nyaman. Nomor tersebut menghantuiku selama beberapa hari. Hingga suatu hari aku tahu itu nomor siapa. Prima. Laki - laki yang kupikir hanya pertemuan sekali seumur hidup. Dia muncul lagi di hidupku.

Chat kami semakin intens. Aku menebak - nebak sifatnya. Hmm.. orang yang menyenangkan dan baik hati. Sekali lagi aku tak tahu sebabnya, aku hanya merasa. Secara tidak sadar, yang sering muncul dalam otakku adalah Prima, bukan pangeran bertopeng lagi.

Aku masih ingat malam itu. Malam di bulan Ramadhan. Tepat 1 tahun yang lalu dari hari ini. Dia mengajakku bertemu di bazar ramadhan. Lagi - lagi entah kenapa aku mengiyakan, padahal saat itu harusnya aku ada meeting. Aku seperti bertindak tanpa logika, aku membatalkan meetingku demi seseorang yang baru aku kenal sehari. Ahhh.. perasaan ini sungguh gila, Tuhan.

Bergegas aku ke TKP. Hatiku tiba - tiba menjadi deg - degan dan senang sekali. Terasa sangat menyenangkan. Disana kami hanya ngobrol - ngobrol ringan dan menikmati wisata kuliner ramadhan. Sepertinya Tuhan ingin mendramatisir suasana karena Dia menurunkan gerimis pada saat itu. Kami seakan tak terpengaruh air yang turun dari langit. Kami tetap menikmati suasana. Entah apa ini namanya, yang aku rasakan sebuah perasaan yang sangat nyaman hadir di hatiku. Perasaan yang sudah hampir setahun mati karena hati ini lelah disakiti. Saat itu, aku hanya ingin waktu berhenti agar jam malam tidak datang, hahaha.. But, this is the real. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Kamipun pulang. Ini aneh.. sangat - sangat aneh.. Hati ini merasa hidup kembali. Aku hanya merasakan keceriaan.

Hari berganti hari. Hubunganku dengan Pangeran Bertopeng semakin kurasa hambar. Mungkin hati ini sudah lelah tersakiti dan merasa dihianati. Mungkin juga hati ini sudah mati rasa sejak penghianatan yang kesekian kalinya kuketahui. Aku tak tahu.. Aku hanya merasa hambar jika bersamanya.

Hari Sabtu.. yang kesekian kalinya aku tak tahu kabar tentang Pangeran Bertopeng. Dia menghilang lagi, tak jelas kemana. Hufftt.. bete banget.. Ponsel canggih ini hanya berfungsi sebagai game portabel karena pesan yang ditunggu tak masuk. Tiba - tiba ada satu pesan yang masuk, dari Prima. Kembali aku juga tidak tahu sebabnya. Aku menuruti lagi perasaanku tanpa logika. Selama ini aku mampu membatasi diriku untuk semua laki - laki kecuali pacarku. Buatku, aku hanya untuk pasanganku. Tapi Prima mampu membuatku meruntuhkan itu semua. Jadilah malam minggu ini aku pergi berdua dengannya. Kami pergi ke Pazkul.

Malam minggu pertamaku berdua dengan laki - laki selain pacarku. Dengan Prima. Selama di sampingnya, aku merasa nyaman sekali. Tangannya terasa hangat. Tatapannya terasa lembut. Perasaan aneh kembali datang. Perasaan nyaman, hangat & bahagia. Di dalam pikiranku, aku tak ingin pulang. Aku ingin tetap bersamanya. Hahaha.. pikiran yang ga masuk akal.. Segera kutepis pikiran bahwa aku bisa merasakan cinta lagi setelah setahun mati rasa. Tidakk.. tidakk.. tidakkk.. semua cowok itu sama.. Yang mereka inginkan cuma senang - senang. Hilangkan.. hilangkan rasa ini...

Setiap usaha yang kulakukan untuk menghilangkan rasa ini malah membuat perasaanku ke Prima semakin kuat. Aku mencoba kembali menghangatkan hubunganku dengan Pangeran Bertopeng. Memberinya kejutan, bersikan mesra padanya. Dan hal yang paling sulit kulakukan, menghindari Prima. Tapi semuanya sia - sia. Rasa ini semakin kuat dan tumbuh. Aku menyerah untuk menolaknya.

Hari itu.. aku mengungkapkan keadaan hatiku kepada Pangeran Bertopeng. Dia kaget sekali dan membuatnya menangis tak percaya. Aku yang selama ini terus diam dan selalu kembali padanya setelah dihianati, aku mampu memutuskan untuk meninggalkannya. This is the awful moment in my life. Entah apa yang merasukiku, aku kuat dan lega setelah memutuskan Pangeran. Aku tahu resikonya. Aku punya peluang untuk sakit hati karena Prima belum tentu cinta padaku. Tapi aku ambil resikonya. Aku tak mau menyesal menghabiskan seluruh hidupku dengan orang yang membuatku merasa hambar. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku, suatu anugerah yang Tuhan ciptakan sekali lagi di hatiku.

Esoknya, aku menemui Prima. Ku ungkapkan semua kondisiku tanpa ada satu pun yang kututupi. Dia merasa bersalah membuatku memutuskan hubunganku yang sudah 6 tahun. Dia tidak percaya bahwa aku cinta padanya. Ahh.. sakit sekali rasanya. Seperti pisau yang ditusukkan ke tubuh. Aku mencoba ikhlas menerimanya, meskipun sakit. Patah hati yang paling cepat yang kualami. Kuputuskan untuk mencoba membunuh rasa sayang ini.

Namun Tuhan berkata lain. Tuhan masih membuat kami terhubung dan menjalin kedekatan. Hingga suatu hari, aku sudah pasrah akan cintaku. Aku berserah pada Tuhan bahwa aku ikhlas mundur karena aku bukan wanita yang pantas untuknya. Saat kusampaikan hal itu, Prima dengan tegas menjawabku "Aku terima apapun keadaan kamu". Di meja pojok KFC dia menggenggam tanganku meyakinkan bahwa kami bisa bersama dan segera menikah.Saat itu, yang aku rasakan hanya bahagia hingga menangis. Tak ada lagi yang kuinginkan selain dia dan masa depan kami.

Dengan semangat baru, aku memulai hidupku lagi. Rasa sayang dan cinta yang pernah pupus kini kembali lagi. Aku yang sebelumnya apatis tentang cinta, mulai membangun harapan - harapan bersamanya. Prima, dia yang mampu meyakinkan aku untuk jatuh cinta lagi. Prima yang mampu meyakinkanku bahwa cinta juga bisa berakhir bahagia. Prima yang mampu meyakinkaku bahwa masih ada seorang pria yang setia dengan satu wanita.

Hidupku berubah. Aku bahagia. Hahaha.. sampai - sampai hampir seluruh teman kerjaku tak percaya aku seceria ini. Mereka senang sekali melihat aku hidup lagi. Aku pun juga begitu. Aku senang sekali memiliki seseorang yang baik dan setia bernama Prima. Di otak dan hati ini hanya terisi oleh satu nama, yaitu Prima. Tak ada yang lain. Tergambar jelas di mataku, aku akan menjalani sisa hidupku bersamanya. Ya.. aku ingin dia yang menjadi teman hidupku. Everyday is happy day with him.

Siang itu aku berkunjung ke tempat kerjanya. Aku ingin menemaninya dan belajar tentang hidupnya. Kehidupannya menarik, sama sekali beda dengan kehidupan sehari - hari yang aku alami. Meskipun terkesan jalanan, tapi kesehariannya menarik, hidup. Lalu aku iseng melihat ponselnya. Dan wow.. apa yang aku dapatkan sungguh harta karun yang bisa menghujam jantung. Apa yang aku lihat meruntuhkan semua kepercayaanku selama ini. Jadii.. apakah selama ini yang dia tulis dan ungkapkan di sosmed-nya benar untukku atau untuk perempuan ini. Ahh.. andai aku tahu lebih awal foto - foto dan chat ini. Aku pasti tak akan membuka hatiku untuknya. Aku tak akan meruntuhkan prinsipku sendiri. Sakit banget.. Aku buru - buru ijin pulang sebelum air mata ini membanjir. Dia bingung dengan sikapku yang tiba - tiba berubah. Aku hanya tak ingin bicara. Aku tak mau menjadi tontonan publik karena menangis di muka umum. Aku memacu motorku kencang agar tak ada yang tahu bahwa mataku banjir air mata di atas motor.

Esoknya kami bicara baik - baik setelah emosiku mereda. Dia menjelaskan jika ini hanya salah paham. Hanya aku yang dia sayangi. Dia tak ingin kehilangan aku. Aku menarik napas panjang agar tenang. Oke.. mungkin aku yang terlalu berlebihan. Mungkin ini cara agar aku belajar untuk mempercayai pasangan. Aku berikan kesempatan untuknya agar membuktikan bahwa dia tak ada rasa dengan perempuan itu. Prima menegaskan jika dia tak akan menghubungi perempuan itu lagi. Perempuan bernama Dani.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kami menjalaninya dengan berbagai rasa. Segala usahanya membuatku bahagia bisa menjadi wanita yang dipilih untuk mendampinginya. Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana perjuangannya membawa keluarganya untuk bertemu dengan orang tuaku meskipun hujan deras. Aku tak menyangka dia berani mengambil keputusan untuk mempertemukan dua keluarga demi menunjukkan keseriusannya padaku. It's so romantic..

Aku juga masih ingat bagaimana perjuangannya demi menemaniku liburan ke pantai popoh, gunung kelud, jogja, pantai delegan dan terkahir naik ke gunung semeru. Jika ingat hal itu, aku tak tahu harus bilang kurang apa lagi darinya. Aku tak tahu harus menuntut apa lagi kepadanya.

Tapi di setiap moment berharga itu, ada satu waktu dimana aku menemukan harta karun lagi dan lagi. Hati ini ragu, bukan kepadanya, tapi kepada diri sendiri. Apakah aku sanggup menghilangkan prasangka ini padanya ? Apakah aku sanggup tetap percaya bahwa hanya aku yang ada di hatinya, sedangkan perhatiannya tidak hanya kepadaku ? Apakah aku sanggup membuatnya tetap jatuh cinta padaku di saat banyak wanita yang sesuai tipenya menjadi objek yg ingin dia dapatkan hatinya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia masih rindu dengan mantan - mantannya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia juga memberikan cium jauh untuk teman wanitanya ? Apakah aku sanggup memusnahkan pikiranku bahwa memang aku yang dia inginkan dan dia sayangi di saat aku tahu dia memanggil orang tua teman wanitanya dengan sebutan calon mertua ?

Tuhann.. ini benar - benar gila.. Hati ini sakit Tuhan.. Aku tak sanggup.. Setiap aku menemukan harta karunnya, setiap malam pula air mata ini selalu mengalir. Bukan cinta yang seperti ini yang aku mau. Kalau sayang bukan seperti ini yang dia lakukan padaku.

Disini.. di kamar ini.. Hanya jemari yang menari di atas kertas yang bisa aku lakukan. Mencoba melepaskan segala emosi melalui tarian pena di buku ini. Entah.. apa ini berguna.. Atau mungkin cerita ini hanya menjadi lelucon beberapa tahun lagi. Ataukah setelah ini tak ada cerita lagi karena rasa sayang ini tetap tidak mau pergi ? Entah..

Hari pertama puasa Ramadhan. Hari yang membuatku mengela napas panjang. Dan ini untukmu sahabatku, jangan pernah lelah setiap lembar kertasmu aku goreskan tinta hitam kisahku. Hari pertama puasa Ramadhan menjadi saksi hidup baruku. Tanpa seorang laki - laki bernama F.P.T.U.

Tuhann... Bantu aku mengikhlaskan semuanya...

*********************

Hoaaammm... ngantuk sekali rasanya. Aku menoleh ke tong sampah pinggir meja. Hasshh.. banyak sekali kertas yang kubuang. Aku melihat sekali lagi tumpukan cerita yang sudah kubuat.

Okee.. ini waktunya memasukkan cerita tersebut ke dalam amplop. Kucium amplop ini dan ku letakkan rapi di atas meja. Pagi.. cepatlah datang. Agar cerita ini bisa segera ku kirimkan. Agar Tuhan memberikan harinya untuk belajar melepasmu, Ayah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar