Armaditya... Seperti nama Yunani.. Terdengar penuh kharisma. Dia maju
ke depan podium dengan penuh percaya diri. Dia mulai memetik senar
gitar coklat kesayangannya. Alunan musik merdu membahana ke seluruh
ruang aula sebuah sekolah SMP.
Denting piano.. kala jemari menari..
Nada merambat pelan...
Di kesunyian malam...
Saat datang rintik hujan...
Bersama setiap bayang...
Yang pernah terlupakan...
Suara
anak kelas 3 SMP itu sangat matang. Para audien yang saat itu
menyaksikan geladi bersih terpukau sambil berlinang air mata.
Penampilannya sangat menyentuh penonton, termasuk aku.
Armaditya
adalah teman sekelasku di kelas 1 SMP. Seingatku, dia dulu sama sekali
tidak menarik. Di semua mata pelajaran dia ketinggalan kecuali olahraga
& seni, dia selalu memuaku guru - guruku. Takdir menyatukan kami
kembali di kelas 3 SMP. Dia kembali duduk di belakang bangkuku. Dia
senang sekali kami bisa sekelas.
Kami saling membantu
dalam pelajaran. Untuk pelajaran akademik, aku membantunya memahami apa
yang sudah dijelaskan di kelas. Sebaliknya, dia mengajariku bermain
gitar, melukis & olahraga. Armaditya sangat suka basket, melebihi
pelajaran apapun di sekolah. Dia tergabung dalam tim basket sekolahku.
Berbagai even & pertandingan dia ikuti bersama tim sekolah.
Setiap
latihan, aku selalu menunggunya di pinggir lapangan sambil menyiapkan
minum. Setelah selesai, dia akan selalu menghampiriku untuk bersandar di
belakangku. Sejenak.. melepaskan lelahnya. Aku menyayanginya sebagai
seorang sahabat baik. Tak lebih...
Pentas akhir tahun
ajaran senior akan berlangsung tiga hari lagi. Armaditya akan
menunjukkan bakatnya dalam bermain musik. Ia dan bandnya akan
menyanyikan 3 lagu dalam pentas itu. Selain itu, dia juga bermain solo
menyanyikan lagu ciptaan Iwan Fals secara akustik. Tahun senior kami
merupakan tahun populer bagi Armaditya. Banyak sekali siswi kelas 1 - 3
yang mengidolakan dia. Aku pun juga begitu secara diam - diam. Aku
menyukainya dengan sangat.
Aku tidak tahu mengapa aku
bisa menyukainya padahal kami jauh berbeda. Dia sangat gaul &
populer sedangkan aku sama sekali tidak populer. Dia sangat metroseksual
& aku sangat tidak suka berdandan bahkan terkenal tomboy. Dia
sangat lembut & romantis sedangkan aku cuek. Dia sangat tidak
menyukai bidang akademik namun aku malah sangat menyukai ilmu pasti.
Kami seperti kutub utara & selatan.
H-2 dari waktu
pentas. Aku berlari dengan penuh emosi sambil menggenggam tasku erat -
erat. Di kejauhan aku melihat gerombolan siswa dari sekolahku &
sekolah wilayah tetangga. Mereka terlihat adu mulut sampai urat - urat
terlihat jelas. Aku sampai diantara siswa - siswa dari sekolahku. Aku
mendengar teriakan memaki dari siswa sekolah tetangga. Aku marah, segera
saja aku lemparkan kayu itu ke badannya. Dia meringis kesakitan. Para
temannya tidak terima lalu berhamburan memukuli siapa saja yang
dilihatnya. Teman - temanku juga ikut memukuli lawannya. Kami terlibat
dalam tawuran antar pelajar.
Tiba - tiba ada tangan
yang menarikku keluar dari kerumunan. Dia menggandeng erat tanganku
meskipun aku berontak. Hampir saja aku menghantam muka orang itu jika
saja aku tidak menyadari orang itu adalah Armaditya. Sontak saja aku
kaget & diam seketika. Aku menurut keluar dari kerumunan itu,
berjalan dengan cepat ke arah pinggir lapangan perumahan. Dia memarahiku
habis - habisan seperti ayah memarahi anaknya. Aku menangis bukan
karena sakit terkena pukul tapi aku menangis karena aku membuatnya marah
hingga membentakku.
Armaditya tersadar dari amarahnya.
Dia menarikku duduk di trotoar. Dia mengahpus air mataku dan meminta
maaf. Aku terisak - isak. Dia memberikan jaketnya padaku agar seragamku
tidak bertambah kotor. Kami pulang tanpa kata apapun di sepanjang jalan.
Malam
itu aku terjaga hingga keesokan harinya. Sepanjang malam yang
kupikirkan hanya Armaditya. Saat aku memejamkan mata, terlintas kenangan
- kenangan tentangnya. Mungkin, aku jatuh cinta padanya.
H-1
dari waktu pentas. Guru - guru kami bertepuk tangan karena Armaditya
berhasil menyelesaikan geladi bersihnya dengan sempurna. Aku berdecak
kagum padanya. Dia melihatku sambil tersenyum puas, mengisyaratkan
kebanggaan pada dirinya. Seusai geladi bersih, kami menghabiskan sore di
warung es juice depan sekolah. Seperti biasa, dia membelikanku roti
bakar keju dan jus alpukat. Aku merasakan sesuatu yang hangat merasuk
dalam hatiku. Aku ingin mengungkapkannya besok setelah acara pentas
seni.
Sore itu ruang aula SMP terasa penuh sesak oleh
para siswa, guru, orang tua & undangan pejabat - pejabat penting.
Berbagai atraksi seni ditampilkan oleh siswa - siswa senior. Pujian
& tepuk tangan silih berganti datang dari para penonton pentas akhir
tahun.
Kini tiba saatnya persembahan utama sekaligus
terakhir dari siswa kelas 3. Armaditya melangkah ke atas podium dengan
mantap. Para siswi memandangnya tanpa berkedip, Armaditya memang sangat
keren. Dia mengenakan jas hitam dipadu dengan celana jins plus sepatu
kets membuatnya tampak seperti seorang laki - laki dewasa yang
mempesona.Armaditya mulai melantunkan lagu denting piano diiringi oleh
permainan gitar solonya yang lembut. Dia menjadi bintang utama dalam
pertunjukan akhir tahun.
Setelah menaruh gitar di
belakang panggung, dia menghampiriku. Aku tak menyangka dia akan
melakukannya karena sudah banyak fans - fans cewek yang menunggunya. Aku
senang sekali dia tidak melupakanku dibalik kesuksesannya.
"Ikutlah
denganku, pergi dari sini, ke suatu tempat." tanpa meminta
persetujuanku, dia menggandeng tanganku dengan langkah cepat. Hatiku tak
karuan, dag dig dug tak menentu. Seperti inikah rasanya akan ditembak
seorang cowok idola sekolah. Woww.. aku menebak - nebak apa yang akan
dia lakukan dengan setangkai mawar di genggaman tangan satunya. Aku pun
mengikuti langkahnya.
Di taman belakang sekolah, cahaya
redup berwarna kuning keemasan. Dia menyuruhku duduk di sebelahnya,
kami dekat sekali. Dia menggenggam tanganku. Menatap mataku dalam -
dalam tanpa berkedip. Dia terlihat seperti mau mengungkapkan sesuatu
namun tertahan. Ahh sungguh tambah cool..
"Selama
ini.. aku menyukai seorang cewek di sekolah kita. Dia unik, pintar,
menarik. Benar - benar membuatku selalu memikirkannya. Aku ingin menjadi
pelindungnya dan membahagiakannya. Menurutmu, apakah aku bisa ?" tanya
Armaditya
"Ohh ya tentu saja kau bisa. Pasti kamu bisa". jawabku senang.
"Kau tau siapa orangnya ?" tanya Armaditya lagi
"Siapa ?" tanyaku penuh harap bahwa orang itu adalah aku
"Aku mengenalnya sejak kelas 1, aku selalu melihatnya setiap hari. Cewek itu adalah Ayik." jelas Armaditya.
"Aku sangat menyukainya. Aku mohon padamu tolonglah aku memberikan bunga & surat cintaku padanya." pinta Armaditya
Tidaaakkkkk.... jeritku dalam hati.
Aku
segera berlari sekencang - kencangnya meninggalkan Armaditya yang
terpaku bingung. Stik drum yang ada dalam tasku kubuang begitu saja di
tempat sampah. Hadiah itu sia - sia saja. Seperti perasaanku selama ini
kepadanya. (Sinz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar