Kamis, 12 September 2013

2nd

Armaditya... Seperti nama Yunani.. Terdengar penuh kharisma. Dia maju ke depan podium dengan penuh percaya diri. Dia mulai memetik senar gitar coklat kesayangannya. Alunan musik merdu membahana ke seluruh ruang aula sebuah sekolah SMP.

Denting piano.. kala jemari menari..
Nada merambat pelan...
Di kesunyian malam...
Saat datang rintik hujan...
Bersama setiap bayang...
Yang pernah terlupakan...

Suara anak kelas 3 SMP itu sangat matang. Para audien yang saat itu menyaksikan geladi bersih terpukau sambil berlinang air mata. Penampilannya sangat menyentuh penonton, termasuk aku.

Armaditya adalah teman sekelasku di kelas 1 SMP. Seingatku, dia dulu sama sekali tidak menarik. Di semua mata pelajaran dia ketinggalan kecuali olahraga & seni, dia selalu memuaku guru - guruku. Takdir menyatukan kami kembali di kelas 3 SMP. Dia kembali duduk di belakang bangkuku. Dia senang sekali kami bisa sekelas.

Kami saling membantu dalam pelajaran. Untuk pelajaran akademik, aku membantunya memahami apa yang sudah dijelaskan di kelas. Sebaliknya, dia mengajariku bermain gitar, melukis & olahraga. Armaditya sangat suka basket, melebihi pelajaran apapun di sekolah. Dia tergabung dalam tim basket sekolahku. Berbagai even & pertandingan dia ikuti bersama tim sekolah.

Setiap latihan, aku selalu menunggunya di pinggir lapangan sambil menyiapkan minum. Setelah selesai, dia akan selalu menghampiriku untuk bersandar di belakangku. Sejenak.. melepaskan lelahnya. Aku menyayanginya sebagai seorang sahabat baik. Tak lebih...

Pentas akhir tahun ajaran senior akan berlangsung tiga hari lagi. Armaditya akan menunjukkan bakatnya dalam bermain musik. Ia dan bandnya akan menyanyikan 3 lagu dalam pentas itu. Selain itu, dia juga bermain solo menyanyikan lagu ciptaan Iwan Fals secara akustik. Tahun senior kami merupakan tahun populer bagi Armaditya. Banyak sekali siswi kelas 1 - 3 yang mengidolakan dia. Aku pun juga begitu secara diam - diam. Aku menyukainya dengan sangat.

Aku tidak tahu mengapa aku bisa menyukainya padahal kami jauh berbeda. Dia sangat gaul & populer sedangkan aku sama sekali tidak populer. Dia sangat metroseksual & aku sangat tidak suka berdandan bahkan terkenal tomboy. Dia sangat lembut & romantis sedangkan aku cuek. Dia sangat tidak menyukai bidang akademik namun aku malah sangat menyukai ilmu pasti. Kami seperti kutub utara & selatan.

H-2 dari waktu pentas. Aku berlari dengan penuh emosi sambil menggenggam tasku erat - erat. Di kejauhan aku melihat gerombolan siswa dari sekolahku & sekolah wilayah tetangga. Mereka terlihat adu mulut sampai urat - urat terlihat jelas. Aku sampai diantara siswa - siswa dari sekolahku. Aku mendengar teriakan memaki dari siswa sekolah tetangga. Aku marah, segera saja aku lemparkan kayu itu ke badannya. Dia meringis kesakitan. Para temannya tidak terima lalu berhamburan memukuli siapa saja yang dilihatnya. Teman - temanku juga ikut memukuli lawannya. Kami terlibat dalam tawuran antar pelajar.

Tiba - tiba ada tangan yang menarikku keluar dari kerumunan. Dia menggandeng erat tanganku meskipun aku berontak. Hampir saja aku menghantam muka orang itu jika saja aku tidak menyadari orang itu adalah Armaditya. Sontak saja aku kaget & diam seketika. Aku menurut keluar dari kerumunan itu, berjalan dengan cepat ke arah pinggir lapangan perumahan. Dia memarahiku habis - habisan seperti ayah memarahi anaknya. Aku menangis bukan karena sakit terkena pukul tapi aku menangis karena aku membuatnya marah hingga membentakku.

Armaditya tersadar dari amarahnya. Dia menarikku duduk di trotoar. Dia mengahpus air mataku dan meminta maaf. Aku terisak - isak. Dia memberikan jaketnya padaku agar seragamku tidak bertambah kotor. Kami pulang tanpa kata apapun di sepanjang jalan.

 Malam itu aku terjaga hingga keesokan harinya. Sepanjang malam yang kupikirkan hanya Armaditya. Saat aku memejamkan mata, terlintas kenangan - kenangan tentangnya. Mungkin, aku jatuh cinta padanya.

H-1 dari waktu pentas. Guru - guru kami bertepuk tangan karena Armaditya berhasil menyelesaikan geladi bersihnya dengan sempurna. Aku berdecak kagum padanya. Dia melihatku sambil tersenyum puas, mengisyaratkan kebanggaan pada dirinya. Seusai geladi bersih, kami menghabiskan sore di warung es juice depan sekolah. Seperti biasa, dia membelikanku roti bakar keju dan jus alpukat. Aku merasakan sesuatu yang hangat merasuk dalam hatiku. Aku ingin mengungkapkannya besok setelah acara pentas seni.

Sore itu ruang aula SMP terasa penuh sesak oleh para siswa, guru, orang tua & undangan pejabat - pejabat penting. Berbagai atraksi seni ditampilkan oleh siswa - siswa senior. Pujian & tepuk tangan silih berganti datang dari para penonton pentas akhir tahun.

Kini tiba saatnya persembahan utama sekaligus terakhir dari siswa kelas 3. Armaditya melangkah ke atas podium dengan mantap. Para siswi memandangnya tanpa berkedip, Armaditya memang sangat keren. Dia mengenakan jas hitam dipadu dengan celana jins plus sepatu kets membuatnya tampak seperti seorang laki - laki dewasa yang mempesona.Armaditya mulai melantunkan lagu denting piano diiringi oleh permainan gitar solonya yang lembut. Dia menjadi bintang utama dalam pertunjukan akhir tahun.

Setelah menaruh gitar di belakang panggung, dia menghampiriku. Aku tak menyangka dia akan melakukannya karena sudah banyak fans - fans cewek yang menunggunya. Aku senang sekali dia tidak melupakanku dibalik kesuksesannya.

"Ikutlah denganku, pergi dari sini, ke suatu tempat." tanpa meminta persetujuanku, dia menggandeng tanganku dengan langkah cepat. Hatiku tak karuan, dag dig dug tak menentu. Seperti inikah rasanya akan ditembak seorang cowok idola sekolah. Woww.. aku menebak - nebak apa yang akan dia lakukan dengan setangkai mawar di genggaman tangan satunya. Aku pun mengikuti langkahnya.

Di taman belakang sekolah, cahaya redup berwarna kuning keemasan. Dia menyuruhku duduk di sebelahnya, kami dekat sekali. Dia menggenggam tanganku. Menatap mataku dalam - dalam tanpa berkedip. Dia terlihat seperti mau mengungkapkan sesuatu namun tertahan. Ahh sungguh tambah cool..

"Selama ini.. aku menyukai seorang cewek di sekolah kita. Dia unik, pintar, menarik. Benar - benar membuatku selalu memikirkannya. Aku ingin menjadi pelindungnya dan membahagiakannya. Menurutmu, apakah aku bisa ?" tanya Armaditya
"Ohh ya tentu saja kau bisa. Pasti kamu bisa". jawabku senang.
"Kau tau siapa orangnya ?" tanya Armaditya lagi
"Siapa ?" tanyaku penuh harap bahwa orang itu adalah aku
"Aku mengenalnya sejak kelas 1, aku selalu melihatnya setiap hari. Cewek itu adalah Ayik." jelas Armaditya.
"Aku sangat menyukainya. Aku mohon padamu tolonglah aku memberikan bunga & surat cintaku padanya." pinta Armaditya
Tidaaakkkkk.... jeritku dalam hati.
Aku segera berlari sekencang - kencangnya meninggalkan Armaditya yang terpaku bingung. Stik drum yang ada dalam tasku kubuang begitu saja di tempat sampah. Hadiah itu sia - sia saja. Seperti perasaanku selama ini kepadanya. (Sinz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar