Namanya adalah Reza, keturunan Madura - Jawa. Berperawakan tinggi,
keren, & smart. Dia selalu menjadi juara & kebanggaan sekolah.
Reza sosok yang ceria, tegas namun lembut. Dia menjadi lelaki pertama
yang mengajarkanku mengenal kata jatuh hati.
Di sudut
lapangan aku berdiri menatap megahnya gedung sekolahku yang baru. Saat
itu aku baru saja naik ke kelas 4 dengan menggenggam peringkat 1. Mataku
berputar - putar mengelilingi taman dan deretan kelas berwarna hijau
muda. Aku merasa seperti ada di arena syuting sinetron karena gedung
baru itu sangat - sangat cool.
Tak lama
kemudian, kekagumanku terhenti. Aku memperhatikan segerombolan anak laki
- laki bermain sepak bola di tengah lapangan. Tubuh mereka dipenuhi
keringat namun mereka seakan tak peduli. Aku hampir melangkahkan
kakiku meninggalkan mereka jika saja mataku tak bisa menangkap sosok
anak lelaki yang sedang menendang bola ke arah gawang. Oh my gosh.. dia keren sekali. Perjumpaan itu pun membawa benih - benih suka dalam diriku.
Hari
itu kulewatkan dengan konsentrasi belajar di kelas. Tiba - tiba seorang
teman yang duduk sebangku denganku memanggil namaku. Tanpa menoleh aku
menjawab panggilannya karena aku tahu suara itu adalah teman baikku,
Riskiyanto. Dia menarik tanganku dan mengajakku keluar kelas. Hampir
bete dibuatnya.
Aku mengikutinya keluar kelas dengan
sebal dan malas. Aku tidak menyangka sudah ada seorang anak yang
menunggu kami datang. Riskiyanto berkata "Kenalin, ini Reza, temenku.
Dia kelas 6". Reza mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Akupun
menjawab perkenalannya dengan menjabat tangannya sambil tersenyum. Itu
saat pertama dalam hidupku menggenggam tangan laki - laki sambil menatap
matanya.
Setiap hari aku menghabiskan waktu istirahat
dengan Reza, riskiyanto & beberapa sahabat cowokku yang lain (aku
cuma punya 1 sahabat cewek saat SD ^_^). Suatu hari kami diajak main ke
rumah Reza. Aku tak menyangka bahwa rumahnya dekat dengan rumahku.
Bahkan orang tua kami saling mengenal. Kami pun sering pulang sekolah
bareng.
Saat itu hari Sabtu yang menggembirakan di
sekolahku. Kami akan mengikuti kegiatan pramuka "Persami" (Perkemahan
Sabtu Minggu). Reza menjadi seniorku. Aku termasuk salah satu peserta
perkemahan itu. Saat acara bebas, aku bermain - main dengan Reza dan
Riskiyanto. Dalam sekejap, Reza mengatakan kalau dia menyukaiku dan
ingin jadi pacarku. Hatiku berdetak tidak karuan. Aku ingin menangis
tapi aku juga ingin tertawa dan menari - nari. Itu saat pertama dalam
hidupku merasa gugup dan speechless. Pertama kalinya ada laki - laki
menyatakan rasa cinta untukku.
Sejak saat itu, kami
resmi menjadi pacar. Setiap pagi dia menungguku lewat agar bisa pergi
sekolah bersama. Kami menaiki sepeda masing - masing sambil bercerita
& tertawa bahagia. Saat istirahat, dia membawakanku kue, minuman,
& mainan yang dia beli dengan uang jajannya. Aku merasa seperti
putri raja sedang dimanja pangerannya. Dia juga selalu menantiku keluar
kelas dan mengantarku pulang samapi gang. Pertama kalinya aku merasakan
indahnya pacaran.
Dia bernama Meliza. Cewek kelas 6 SD
yang sangat cantik dan sering menjadi model sekolahku. Dia satu kelas
dengan Reza dan merupakan tetangganya juga. Dia mengajakku berkenalan
ketika aku menunggu jam les dimulai. Dia bertanya banyak sekali
kepadaku. Aku yang masih naif menjawab apapun yang dia tanyakan,
termasuk soal Reza.
Meliza anak yang ramah & pandai
mengambil hati orang. Dia pintar sekali menjawab soal - soal di buku
pelajaranku. Aku senang berteman dengannya apalagi dia mau mengajariku
mata pelajaran yang susah aku kuasai. Hampir setiap pulang sekolah,
Meliza menemaniku menunggu Reza selesai les. Dia baik sekali padaku,
seperti mempunyai kakak perempuan saja.
Sore itu Reza
menyuruhku pulang dulu karena dia ada les tambahan menjelang ebtanas
(ujian akhir). Aku menurut saja. Aku mengambil sepedaku hendak mengayuh,
ada suara memanggil dari tempat parkir. Oh, ternyata Meliza. Kami
pulang bersama - sama. Sepanjang jalan dia bercerita soal Reza dan
keluarganya Reza. Dia bercerita bahwa dia & Reza sudah berteman
sejak TK. Apa yang Reza tahu & mau pasti dia juga tahu. Apa yang
Reza rasakan dia juga akan bisa membacanya. Upppsss... kenapa aku jadi
merasa sebal ya mendengar ceritanya. Jantungku rasanya seperti mau
meledak. Aku mengayuh sepedaku lebih kencang agar aku tak mendengarnya
lagi. Meliza mengayuh sepedanya juga hingga kami berhenti. Kemudian dia
berkata "Sudah, putusin Reza. Kamu tidak pantas untuknya. Atau mulai
besok, kamu akan tahu akibatnya". Woaooowww... kepalaku seperti dipukul
dan dadaku seperti dihantam. Hmmm... saat pertama aku merasa cemburu.
Esok
paginya, Reza tidak masuk sekolah karena sakit. Aku bersepeda sendiri
ke sekolah. Di tengah jalan aku bertemu Meliza dan gengnya. Dia merapat
ke arahku hingga setirnya mengenai tanganku. Sepedaku oleng namun aku
masih sanggup mempertahankan keseimbangan. Sepedaku masih tetap
berjalan. Temannya menubruk ban belakangku. Seorang temannya berbelok ke
depan sepedaku kemudian mengerem. Saat itu aku benar - benar kehilangan
keseimbangan. Aku terjatuh. Aku menangis terisak karena telapak
tanganku berdarah kena pasir & batu. Itu saat pertama aku merasa
benci dengan cewek lain yang suka dengan pacarku.
Kejadian
itu diketahui juga oleh Reza. Dia minta maaf padaku. Dia membawakanku
es krim coklat. Aku senang sekali menerimanya. Aku tak pernah
menyalahkan Reza atas semua perbuatan Meliza. Aku merasa nyaman ada di
samping Reza. Dia menyuruhku menunggunya seusai pulang sekolah, di taman
sekolah.
Sore itu aku merapikan rambutku. Bergegas aku
duduk menunggu Reza di taman sekolah. Tentu saja ditemani Riskiyanto,
sahabatku. Tak lama kemudian, dia datang. Riskiyanto pergi ke kantin
membelikan kami kue & minuman. Dia duduk di sebelahku. Aku gugup tak
karuan. Senang bercampur takut ketahuan oleh guru. Dia menatap mataku
dengan sedih. Aku bingung. Akhirnya Reza berkata "Sebentar lagi aku
ebtanas & lulus. Kita putus saja. Aku ga ingin terlalu sedih saat
berpisah karena aku lulus. Aku juga ga ingin kamu disakiti lagi oleh
teman - temanku," Aku tercengang. Diapun hanya berlalu meninggalkanku.
Itu saat pertama aku merasakan patah hati. (sinz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar