Kamis, 12 September 2013

1st

Namanya adalah Reza, keturunan Madura - Jawa. Berperawakan tinggi, keren, & smart. Dia selalu menjadi juara & kebanggaan sekolah. Reza sosok yang ceria, tegas namun lembut. Dia menjadi lelaki pertama yang mengajarkanku mengenal kata jatuh hati.

Di sudut lapangan aku berdiri menatap megahnya gedung sekolahku yang baru. Saat itu aku baru saja naik ke kelas 4 dengan menggenggam peringkat 1. Mataku berputar - putar mengelilingi taman dan deretan kelas berwarna hijau muda. Aku merasa seperti ada di arena syuting sinetron karena gedung baru itu sangat - sangat cool.

Tak lama kemudian, kekagumanku terhenti. Aku memperhatikan segerombolan anak laki - laki bermain sepak bola di tengah lapangan. Tubuh mereka dipenuhi keringat namun mereka seakan tak peduli.  Aku hampir melangkahkan kakiku meninggalkan mereka jika saja mataku tak bisa menangkap sosok anak lelaki yang sedang menendang bola ke arah gawang. Oh my gosh.. dia keren sekali. Perjumpaan itu pun membawa benih - benih suka dalam diriku.

Hari itu kulewatkan dengan konsentrasi belajar di kelas. Tiba - tiba seorang teman yang duduk sebangku denganku memanggil namaku. Tanpa menoleh aku menjawab panggilannya karena aku tahu suara itu adalah teman baikku, Riskiyanto. Dia menarik tanganku dan mengajakku keluar kelas. Hampir bete dibuatnya.

Aku mengikutinya keluar kelas dengan sebal dan malas. Aku tidak menyangka sudah ada seorang anak yang menunggu kami datang. Riskiyanto berkata "Kenalin, ini Reza, temenku. Dia kelas 6". Reza mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Akupun menjawab perkenalannya dengan menjabat tangannya sambil tersenyum. Itu saat pertama dalam hidupku menggenggam tangan laki - laki sambil menatap matanya.

Setiap hari aku menghabiskan waktu istirahat dengan Reza, riskiyanto & beberapa sahabat cowokku yang lain (aku cuma punya 1 sahabat cewek saat SD ^_^). Suatu hari kami diajak main ke rumah Reza. Aku tak menyangka bahwa rumahnya dekat dengan rumahku. Bahkan orang tua kami saling mengenal. Kami pun sering pulang sekolah bareng.

Saat itu hari Sabtu yang menggembirakan di sekolahku. Kami akan mengikuti kegiatan pramuka "Persami" (Perkemahan Sabtu Minggu). Reza menjadi seniorku. Aku termasuk salah satu peserta perkemahan itu. Saat acara bebas, aku bermain - main dengan Reza dan Riskiyanto. Dalam sekejap, Reza mengatakan kalau dia menyukaiku dan ingin jadi pacarku. Hatiku berdetak tidak karuan. Aku ingin menangis tapi aku juga ingin tertawa dan menari - nari. Itu saat pertama dalam hidupku merasa gugup dan speechless. Pertama kalinya ada laki - laki menyatakan rasa cinta untukku.

Sejak saat itu, kami resmi menjadi pacar. Setiap pagi dia menungguku lewat agar bisa pergi sekolah bersama. Kami menaiki sepeda masing - masing sambil bercerita & tertawa bahagia. Saat istirahat, dia membawakanku kue, minuman, & mainan yang dia beli dengan uang jajannya. Aku merasa seperti putri raja sedang dimanja pangerannya. Dia juga selalu menantiku keluar kelas dan mengantarku pulang samapi gang. Pertama kalinya aku merasakan indahnya pacaran.

Dia bernama Meliza. Cewek kelas 6 SD yang sangat cantik dan sering menjadi model sekolahku. Dia satu kelas dengan Reza dan merupakan tetangganya juga. Dia mengajakku berkenalan ketika aku menunggu jam les dimulai. Dia bertanya banyak sekali kepadaku. Aku yang masih naif menjawab apapun yang dia tanyakan, termasuk soal Reza.

Meliza anak yang ramah & pandai mengambil hati orang. Dia pintar sekali menjawab soal - soal di buku pelajaranku. Aku senang berteman dengannya apalagi dia mau mengajariku mata pelajaran yang susah aku kuasai. Hampir setiap pulang sekolah, Meliza menemaniku menunggu Reza selesai les. Dia baik sekali padaku, seperti mempunyai kakak perempuan saja.

Sore itu Reza menyuruhku pulang dulu karena dia ada les tambahan menjelang ebtanas (ujian akhir). Aku menurut saja. Aku mengambil sepedaku hendak mengayuh, ada suara memanggil dari tempat parkir. Oh, ternyata Meliza. Kami pulang bersama - sama. Sepanjang jalan dia bercerita soal Reza dan keluarganya Reza. Dia bercerita bahwa dia & Reza sudah berteman sejak TK. Apa yang Reza tahu & mau pasti dia juga tahu. Apa yang Reza rasakan dia juga akan bisa membacanya. Upppsss... kenapa aku jadi merasa sebal ya mendengar ceritanya. Jantungku rasanya seperti mau meledak. Aku mengayuh sepedaku lebih kencang agar aku tak mendengarnya lagi. Meliza mengayuh sepedanya juga hingga kami berhenti. Kemudian dia berkata "Sudah, putusin Reza. Kamu tidak pantas untuknya. Atau mulai besok, kamu akan tahu akibatnya". Woaooowww... kepalaku seperti dipukul dan dadaku seperti dihantam. Hmmm... saat pertama aku merasa cemburu.

Esok paginya, Reza tidak masuk sekolah karena sakit. Aku bersepeda sendiri ke sekolah. Di tengah jalan aku bertemu Meliza dan gengnya. Dia merapat ke arahku hingga setirnya mengenai tanganku. Sepedaku oleng namun aku masih sanggup mempertahankan keseimbangan. Sepedaku masih tetap berjalan. Temannya menubruk ban belakangku. Seorang temannya berbelok ke depan sepedaku kemudian mengerem. Saat itu aku benar - benar kehilangan keseimbangan. Aku terjatuh. Aku menangis terisak karena telapak tanganku berdarah kena pasir & batu. Itu saat pertama aku merasa benci dengan cewek lain yang suka dengan pacarku.

Kejadian itu diketahui juga oleh Reza. Dia minta maaf padaku. Dia membawakanku es krim coklat. Aku senang sekali menerimanya. Aku tak pernah menyalahkan Reza atas semua perbuatan Meliza. Aku merasa nyaman ada di samping Reza. Dia menyuruhku menunggunya seusai pulang sekolah, di taman sekolah.

Sore itu aku merapikan rambutku. Bergegas aku duduk menunggu Reza di taman sekolah. Tentu saja ditemani Riskiyanto, sahabatku. Tak lama kemudian, dia datang. Riskiyanto pergi ke kantin membelikan kami kue & minuman. Dia duduk di sebelahku. Aku gugup tak karuan. Senang bercampur takut ketahuan oleh guru. Dia menatap mataku dengan sedih. Aku bingung. Akhirnya Reza berkata "Sebentar lagi aku ebtanas & lulus. Kita putus saja. Aku ga ingin terlalu sedih saat berpisah karena aku lulus. Aku juga ga ingin kamu disakiti lagi oleh teman - temanku," Aku tercengang. Diapun hanya berlalu meninggalkanku. Itu saat pertama aku merasakan patah hati. (sinz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar