Sabtu, 13 April 2013

Sunday Morning

Cinta itu memang rumit. Cinta mengandung banyak X Factor yang membuat kita tak mampu menjelaskan apa yang kita lakukan atas nama cinta. Cinta juga mengandung Pheromone yang menyebabkan ketertarikan luar biasa pada orang lain. Cinta memang rumit, ketika Tuhan sudah menggariskan sesuatu yang tak bisa kita mengerti dan pahami hingga suatu masa Tuhan menunjukkan hikmah-Nya.

Mungkinkah jodoh itu memang sudah digariskan dan diputuskan oleh Tuhan sehingga jalan yang sering kali ditempuh menghasilkan sesuatu yang kita anggap sia - sia. Aku tak mengerti Tuhan.. Berikan aku jawaban dari hidayah-Mu.

Aku berada di sini sekarang Tuhan. Aku ada di tengah kegelapan pepohonan dan dinginya embun perbukitan. Kau menjadikan aku berada dalam suasana yang serba membingungkan, untukku & hatiku. Aku berada dalam dilema besar & aku tak punya pilihan untuk melarikan diri dari jalan yang sudah Engkau putuskan.

Aku punya cinta yang sudah kubangun lama. Akhir pekan ini harusnya jadi saat dimana aku berada di puncak ketinggian gunung yang menawarkan pesona matahari terbit Bromo bersama cintaku. Seharusnya aku menyaksikan mahakarya dari sang pencipta berupa lautan pasir putih dan vulkano yang masih aktif.

Namun aku terdampar disini. Diantara dua insan yang sudah bersatu. Aku ingin melarikan diri, pergi, dan masuk ke dunia yang lain. Aku ingin tak melihat mereka terutama dia. Aku tak bisa, Aku tak punya hak untuk memutuskan. Pasrah.

Perasaan ini membuatku gila. Mereka berkecamuk hebat dalam dadaku hingga membuatku sesak. Aku hampir gila dalam diamku. Aku sudah mengubur dalam - dalam suatu rasa yang entah apapun itu namanya. Aku berharap rasa itu tak pernah ada di hatiku untuknya. Sekejap momen di masa lalu membawa efek jangka panjang untuk metabolisme tubuhku. Otakku dipenuhi dengan bayangannya. Hatiku dipenuhi kekhawatiran untuknya. Bahkan cinta yang sudah kupunya menjadi terbagi karenanya. Aku benci keadaan ini.

Di kamar ini, saat ini, lagi - lagi aku sendiri. Berhadapan dengan satu - satunya sahabat terbaik yang tak pernah mengeluh akan segala ceritaku. Haruskah aku menjadi orang lain yang bertingkah seolah - olah rasa itu tak pernah ada. Aiishhh... kenapa dinginnya udara disini tak mampu mendinginkan otak dan hatiku. Aku mondar - mandir saja kalau begitu. Aku berantakan saja selimut - selimut putih ini. Atau aku ceburkan saja badan ini ke kolam renang yang dalam itu. Biarlah...

......
......
Belum menemukan jawabannya

.....
.....
Sedikit terpikir untuk opsi yang terakhir

....
....
Tapi....


Aku sudah putuskan. Aku akan pergi dari kamar ini. Aku berpisah sejenak dengan sahabat tersayang. Maaf aku sahabat, aku harus pergi. Aku akan jadi orang berani yang menegakkan kepalaku di depan mereka. Tanpa air mata, tanpa pengecualian. Kita akan ketemu lagi sahabat.

Aku menekan tombol shutdown. Kututup dengan lembut piranti di depanku dan kumasukkan dalam soft case elegan yang menemaniku. Kuambil kunci kamar bergegas keluar.

Check dulu :
1. Pintu sudah dikunci
2. Barang - barang lengkap
3. Baju sudah terpasang rapi

Aku melongok ke bawah, terhampar padang rumput dengan jalan setapak. Jalan itu yang akan kulalui hari ini. Menuju tempat dimana mereka ada. Tunggu aku. Aku sudah siap menaklukkan hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar