Senin, 20 Agustus 2012

A Wedding ?

Cinta Adalah Satu Jiwa Dalam Dua Tubuh (Aristoteles)

Banyak manusia mengalami fase jatuh cinta dan menginginkan seseorang lebih dari apapun dalam hidupnya. Banyak orang rela berkorban demi mendapatkan cintanya. Banyak pula yang hidup hanya dengan kompromi kepada pasangannya. Namun kesemuanya tetap mendambakan sebuah pernikahan yang indah dan tetap bersatu sampai nafas terakhir di dunia.

Banyak teman cewek saya menikah di usia muda, di kisaran umur 20-23 tahun. Alasannya bermacam - macam, mulai dari cinta mati hingga ingin mati karena hamil duluan. Ada juga yang rela menikah sejak baru lulus SMA. Alasannya klise, berbakti pada orang tua atau pasangannya sudah mapan sehingga jadi istri tinggal menikmati hasil kerjanya. Whatever lah.. yang jelas teman - teman cewek saya ingin menikah karena mereka berharap kebahagiaan & hidup seperti mimpinya.

Banyak juga kolega yang berjenis kelamin cewek baru menikah pada umur lebih dari 25 tahun, bahkan ada yang baru menikah pada umur 30an. Kebanyakan dari mereka beralasan mempersiapkan keadaan finansial dulu sebelum menikah agar masalah ekonomi tidak jadi bahan cek-cok dengan suami. Teori di tivi - tivi bilang begitu sih.. Ada juga yang beralasan baru ketemu cowoknya sekarang, bukan karena tidak laku lho.. tapi karena belum ada laki - laki yang bisa menndingi power si cewek dari faktor ini itu. Dan sepertinya kebiasaan itu sudah lazim dalam pergaulan kolega - kolega saya. Lagi - lagi whatever lah alasannya, yang jelas kolega - kolega cewek saya ingin menikah karena mereka berharap kebahagiaan & hidup seperti rencana yang sudah disusun.

Lain lagi dengan alasan teman - teman cowok yang sudah menikah. Bagi teman - teman saya yang menikah di usia 20 - 24 tahun, alasan mereka mereka menikah itu simpel banget. Teman - teman cowok saya ingin cepat - cepat memiliki pasangannya dengan utuh. Demi cinta dan keseriusannya dalam menjalain hubungan. Tidak peduli seberapa galak bapaknya si cewek, kalau ceweknya sudah mengiming-imingi "sah" untuk "ngapa-ngapain", akad nikah saat itu juga dibelain deh.. Intinya mereka ingin tubuh & cinta pasangannya hanya untuk mereka.

Alasan teman - teman cowok saya yang sudah menikah pada saat umur 27 tahun atau lebih, kebanyakan dari mereka ingin menikah karena ingin segera punya keturunan dan punya istri yang bisa merawat orang tuanya (selain merawat suami). Ada juga sih yang mengaku bosan karena sudah mapan & bingung karena tidak ada yang memperhatikan. Jadinya, bagi kebanyakan teman - teman cowok saya yang termasuk golongan 27 tahun ke atas tidak terlalu memperhatikan bentuk fisik. Intinya, mereka ingin menikah karena mereka ingin punya keluarga kecil yang bahagia dan mampu menjadi kepala rumah tangga dengan sempurna.

Akhirnya, pesta pernikahan di adakan dengan mengundang sana - sini. Keluarga, teman, tetangga diundang ikut menikmati kebahagiaan pernikahan. Sebelum pernikahan, para pasangan sibuk kesana kemari mempersiapkan momen yang mungkin jadi momen terbaik dalam hidupnya. Bahkan ada yang sampai menghabiskan uang ratusan juta untuk sekali resepsi pernikahan. Hebat ya.. Many money was taken for one day..

Suatu hari, saya mengajak anak teman cewek saya, si A, jalan - jalan ke mall. Dia senang sekali saya ajak main ke Amazone. Saat kami makan siang, saya menanyakan kabar mamanya. Malaikat kecil berusia 6 tahun itu bercerita kalau papanya sudah tidak tinggal dengannya lagi. Dia kangen sekali dengan papanya dan dia bertanya padaku "Tante, kenapa orang dewasa itu kalau bertengkar lama baikannya ?" Oh my God.. ratapan anak kecil. Dia bercerita kalau dia ingin mama papanya bersama lagi. Kalau sedang bersama mama, dia merasa kasihan dengan papanya karena papanya sendirian. Tapi kalau ada papanya, dia merasa kasihan dengan mamanya karena jika bertengkar papanya akan memukul atau mencakar mamanya. Jadilah malaikat kecil itu akan senang sekali kalau kuajak jalan - jalan apalagi jalan - jalannya dengan pacarku, seperti punya papa mama lengkap. Sewaktu saya cross check kebenarannya, teman saya mengakui rumah tangganya bermasalah. Berawal dari ketidak puasan terhadap finansial keluarga & sifat suaminya, dia berselingkuh dengan salah seorang kenalan.

Baru - baru ini adik kenalan baik saya datang ke rumah. Keluarga kenalan saya ini dekat dengan keluarga saya seperti saudara sendiri. Adik kenalan saya curhat tentang kakaknya, si B. Dia meminta tolong ke ayah saya agar menasehati kakaknya. Rupanya, si kakak mulai main api dengan rekan sekantornya. Si kakak lebih memperhatikan teman sekantornya itu daripada istri dan anaknya. Astaghfirullah.. Untungnya, si istri mampu bersikap lebih dewasa dari suaminya. Dia tidak serta merta menghakimi suaminya agar mereka tidak menjadi beban keluarga suami yang masih serumah dengan mereka. Terlebih anak mereka masih berumur 2 tahun, fase dimana anak sangat membutuhkan kasih sayang orang tuanya.

Menulis blog ini saya jadi teringat curhat salah satu teman saya yang sudah menikah hampir 7 tahun. Dia pegawai salah satu bank BUMN, memiliki penghasilan lebih dari cukup. Suaminya bekerja di area perkapalan, memiliki penghasilan lebih dari cukup juga. Mereka adalah keluarga yang berkecukupan secara materi. Mereka dikaruniai 2 anak cowok. Anak pertama mereka mungkin lebih spesial dari kebanyakan anak. Dia sangat hiperaktif dan belum bisa bicara dengan baik hingga usia 5 tahun. Anak kedua lebih kalem meskipun kemampuan bicaranya dibawah anak seumurnya. Kehidupan mereka baik - baik saja sampai usia pernikahan hampir 6 tahun. Kebutuhan hidup semakin meningkat karena anak pertama mereka berkebutuhan khusus. Teman saya yang wanita karir tidak terlalu mampu merawat anak - anaknya, suaminya pun begitu. Kedua anak dirawat oleh neneknya. Ketika usia pernikahan mereka hampir 7 tahun, si suami pergi meninggalkan mereka hanya dengan ucapan maaf karena sudah tidak tahan dengan keadaan keluarga kecil mereka.

Woaow... gila ya.. sebelum menikah, mereka berlomba - lomba memberi yang terbaik untuk pasangannya. Kehidupan terasa milik berdua (yang lain kontrak). Cinta menjadi sesuatu yang dipuja dan dicari hingga ada orang yang menghamba cinta. Berjuta mimpi & harapan dibangun atas dasar cinta. Berpuluh pengorbanan dilakukan untuk sesuatu yang disebut cinta. Efek cinta seperti candu saja.

Dan ketika cinta dipersatukan oleh ikatan pernikahan, mengapa banyak cinta menghilang. Jika pernikahan hanya menjadi batas sah tidaknya dua insan bercinta secara seksual, mengapa pernikahan didasarkan oleh agama. Jika pernikahan tetap dipertahankan untuk menjadi sebuah kompromi rutinitas, lalu kemanakah cinta yang dibangun itu pergi. Jika kehadiran seorang anak ternyata tidak mampu mempertahankan kesetiaan, untuk apa menikmati setiap desah nafas saat melakukan proses pembuatan anak. Jika ikatan pernikahan tidak mampu membagi suka dan duka menjadi milik dua tubuh yang sudah bersatu, lalu dengan apa manusia akan mampu melalui rintangannya. Jika pernikahan sudah tidak lagi menjadi sebuah komitmen untuk dijunjung di atas kepentingan pribadi, lalu dengan bagaimana seseorang akan mampu memegang kesetiaannya. Jika pernikahan sedemikian rumit, maka ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar